Konten dari Pengguna

Kerjasama Badan Internasional untuk Mengatasi Ekploitasi Seksual Perempuan Syiria

Nazar el mahfudzi, S.IP
Peneliti Magister Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 Juni 2018 5:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazar el mahfudzi, S.IP tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kerjasama Badan Internasional untuk Mengatasi Ekploitasi Seksual Perempuan Syiria
Kerjasama Badan Internasional untuk Mengatasi Ekploitasi Seksual Perempuan Syiria
zoom-in-whitePerbesar
Oleh : Nazar El- Mahfudzi, S,IP
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Jutaan orang Suriah mengungsi akibat perang sipil dan membutuhkan bantuan internasional Perempuan-perempuan di Suriah dieksploitasi secara seksual oleh pria-pria yang menyalurkan bantuan atas nama PBB dan lembaga bantuan internasional. menukar bantuan makanan dan minuman dengan meminta imbalan layanan seksual.
Dari hasil laporan PBB dan badan bantuan internasional bahwa PBB tidak mentoleransi eksploitasi dan tidak mengetahui adanya kasus pelecehan yang dilakukakan oleh oknum pekerja kemanusiaan
Para pekerja kemanusiaan melakukan eksploitasi begitu meluas sehingga sebagian perempuan Suriah sampai menolak pergi ke pusat pembagian bantuan karena takut bahwa orang-orang akan menganggap mereka memberikan tubuh mereka demi mendapat bantuan yang mereka bawa pulang.
Sejumlah badan kemanusiaan menutup mata terhadap eksploitasi itu karena satu-satunya cara untuk menyalurkan bantuan ke wilayah berbahaya di Suriah yang tidak dapat diakses oleh staf asing, adalah menggunakan pihak ketiga dan pejabat setempat.
ADVERTISEMENT
United Nations Population Fund (UNFPA) melakukan penilaian terhadap kekerasan berbasis gender di wilayah Syiria dan menyimpulkan bahwa di berbagai wilayah di Suriah, memang ada bantuan kemanusiaan yang hanya diberikan karena ditukar dengan seks.
Bagaiamana kerjasama badan Internasional untuk mengatasi ekploitasi perempuan di Syria ?
Latar Belakang
Laporan yang berjudul "Voices from Syria 2018", menyebutkan, "Banyak kejadian, perempuan atau gadis muda menikah dengan pejabat untuk waktu pendek sebagai 'layanan seksual' untuk menerima makanan; Ada pula penyalur bantuan meminta nomor telepon perempuan dan anak gadis, memberi mereka tumpangan ke rumah mereka untuk memperoleh sesuatu sebagai imbalan atau mendapatkan bantuan dengan imbalan kunjungan ke rumah atau dengan imbalan layanan seperti menghabiskan malam bersama mereka.
ADVERTISEMENT
Eksploitasi perempuan Syiria telah dilaporkan pada tahun 2015. Danielle Spencer, seorang penasihat kemanusiaan yang bekerja untuk sebuah lembaga bantuan, mendengar mengenai tuduhan itu dari sekelompok perempuan Suriah di sebuah kamp pengungsi di Yordania pada bulan Maret 2015. Petugas pemerintah kota di daerah-daerah seperti Dara'a dan Quneitra meminta imbalan seks untuk bantuan yang mereka salurkan. Mereka menahan bantuan yang telah dikirim dan kemudian menyalahgunakan perempuan-perempuan itu untuk seks. (Spencer, 2015).
Peran PBB dalam Membantu Ekploitasi Perempuan di Syiria
Pada bulan Juni 2015, PBB melalui Badan International Rescue Committee (IRC) mensurvei 190 perempuan dan anak perempuan di Dara'a dan Quneitra. Laporan mereka mengemukakan sekitar 40% mengalami kekerasan seksual saat mereka mengakses layanan, termasuk bantuan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Ekploitasi perempuan di Syiria di kenal dengan “Ritual Yazidi” untuk terima lagi perempuan yang menjadi budak seks ISIS.Kisah Ekhlas, budak seks ISIS: 'Saya diperkosa setiap hari selama enam bulan' Bagi ISIS, kaum perempuan Yazidi adalah 'barang dagangan, harga mulai US$7.000' . Dalam laporan IRC penilaian tersebut menyimpulkan bahwa; Pertama, kekerasan seksual adalah keprihatinan yang meluas, termasuk saat mencari akses ke berbagai jenis layanan di Suriah selatan. Layanan ini mencakup distribusi bantuan kemanusiaan.
Kedua, laporan ekploitasi perempuan Syiria dipresentasikan pada sebuah pertemuan badan-badan PBB dan badan kemanusiaan internasional yang diselenggarakan oleh UNPFA di ibu kota Yordania, Amman, pada 15 Juli 2015. Sebagai hasil dari pertemuan ini, beberapa lembaga bantuan memperketat prosedur mereka.
ADVERTISEMENT
IRC membuat bantuan meluncurkan program dan sistem baru untuk melindungi perempuan dan anak perempuan di Suriah selatan dengan lebih baik. Program tersebut terus didanai oleh berbagai donor. Badan bantuan CARE memperluas tim pemantau mereka di Suriah, membentuk mekanisme pengaduan dan tidak lagi menyerahkan bantuan ke pemerintah lokal.
Kerjasama Badan Internasional
IRC juga meminta berbagai badan PBB, termasuk Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dan Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), untuk menyelidiki lebih lanjut dan membuat mekanisme pelaporan baru. Tapi CARE tidak diberikan izin untuk melakukan penelitian di kamp pengungsi Yordania. UNHCR melakukan langkah-langkah pencegahan dan proses pelaporan telah ditingkatkan.
Laporan kredibel tentang eksploitasi dan pelecehan seksual yang terjadi selama pengiriman bantuan lintas batas dan PBB tidak melakukan langkah serius untuk melakukan mengatasinya atau mengakhirinya. UNFPA dan CARE menyikapi kasus eksploitasi dan kekerasan perempuan di Suriah sebagai laporan tentang tuduhan pelecehan atau eksploitasi bukan dari kedua LSM yang bekerja dengan mereka di Suriah selatan. Juru bicara tersebut juga menjelaskan bahwa UNFPA tidak bekerja dengan pemerintah setempat sebagai mitra pelaksana.
ADVERTISEMENT
Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) mengkonfirmasi bahwa mereka hadir pada pertemuan bulan Juli 2015. Badan tersebut mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan peninjauan ulang terhadap mitra dan kontraktor lokal di Suriah selatan dan tidak mengetahui adanya tuduhan terhadap mereka. Namun mereka menerima kenyataan bahwa eksploitasi seksual merupakan masalah serius di Suriah dan mengatakan bahwa pihak mereka memperkenalkan mekanisme pengaduan berbasis masyarakat dan lebih banyak pelatihan bagi para mitra mereka.
Badan internasional DfID pihaknya tidak mengetahui adanya kasus seperti ini yang melibatkan bantuan Inggris. Sudah ada mekanisme untuk mengangkat isu pelecehan dan eksploitasi. Mitra DfID di Suriah menggunakan lembaga pemantauan pihak ketiga untuk memverifikasi bantuan Inggris yang disalurkan di Suriah. Pihaknya tidak bekerja dengan pemerintah lokal yang memberikan bantuan di Suriah selatan hingga 2015, begitu pun sekarang.
ADVERTISEMENT
DfID mengambil langkah bantuan untuk mengatasi ekploitasi perempuan di Syiria melakukan laporan setiap pelecehan sistematis untuk diketahui oleh pemantau dan melaporkannya ke DfID. Bantuan di Suriah kebanyakan difokuskan untuk menyediakan perangkat keras berskala besar untuk memasok air ke masyarakat Suriah daripada menargetkan bantuan pada individu atau rumah tangga tertentu.