Serangan Rasisme Dialami Anies Baswedan, Restorasi Nawacita Episode Baru 2024

Nazar EL Mahfudzi
Direktur Pusat Studi Demokrasi dan Pancasila
Konten dari Pengguna
9 Oktober 2022 7:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazar EL Mahfudzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasri serangan rasisme Anies Baswedan
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasri serangan rasisme Anies Baswedan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 di Ballroom NasDem Tower, Jakarta, hari Senin 3 Oktober 2022. Pasca Pencapresan Anies Baswedan ruang publik sudah dipenuhi oleh kebencian, caci maki yang berhubungan erat dengan ejekan rasisme Anies Baswedan yang paling sering digunakan lawan politik melalui jejaring sosial adalah, "wan Abud", "kadrun", atau "wan aibon"
ADVERTISEMENT
Kekecewaan pendukung Ganjar Pranowo karena NasDem tidak mempertimbangkan elektabilitas Ganjar berbagai lembaga survei cukup tinggi, namun tidak mendapatkan ruang calon presiden dari NasDem yang dinilai tidak sejalan dengan keyakinan, pikiran-pikiran dalam perspektif baik secara makro maupun mikro karena masih sebagai kader PDIP.
Dugaan tersebut menguat, sebelum NasDem mendeklarisikan Anies Baswedan sebagai calon presiden, pada bulan Agustus 2022, Puan Maharani dan rombongan PDI-P telah bertemu Surya Paloh, layaknya pertemuan sesama keluarga. Pertemuan antar patron politik Megawati telah memberikan isyarat untuk membendung manuver politik Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.
Pandangan penulis mencermati kekecewaan pemilih pendukung Ganjar Pranowo memberikan label Anies Baswedan melakukan politik identitas karena dikhawatirkan mendapatkan dukungan mayoritas muslim di Indonesia, seperti kemenangan telak terjadi di Pilkada DKI 2017. Maka pola-pola rasisme akan terus digunakan pendukung Ganjar Pranowo untuk menjegal Anies Baswedan, membenturkan Pancasila dengan jargon label Anies Islam Khilafah, Wahabi dan keturunan Arab Timur Tengah sebagai lawan poltik nasionalisme kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran pemilih terhadap hoaks dan politik identitas juga menjadi kajian lembaga survey Algoritma yang pernah melakukan publikasi di media nasional elektronik laman artikel viva.co.id, pada 23 Juli sampai 5 Agustus 2022, dari hasil survey ditemukan sebanyak 92,6 % pemilih masih khawatir dengan hoaks dan disinformasi, kampanye hitam antara pendukung kandidat mencapai 91,1 %, politik uang 89,9 % dan penggunaan simbol identitas yang didasarkan pada isu SARA sebanyak 89,5 % terjadi di Pemilu 2024.
Jika menganalisa lebih lanjut, posisi presiden Joko Widodo menjelang Pilpres 2024 menjadi sangat melemah karena menguatnya isu SARA, bahkan arena poltik koalisi yang telah tercepecah belah antar pendukung pemerintah dan partai-partai politik yang inginkan perubahan fungsi pemerintah kembali kepada cita-cita Proklamasi 1945, rencana MPR RI Periode 2019 – 2024 untuk mengamandemen UUD 1945 khususnya mengembalikan fungsi MPR RI sebagai lembaga tertinggi negara yang bertugas untuk menentukan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
ADVERTISEMENT
Menjalin Misi Restorasi Indonesia dalam Nawacita
Memahami Nawacita lebih sederhana menggunakan istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam visi-misi tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Sosok Anies Baswedan sebagai seorang nasionalis tidak dapat ditawar lagi dengan berbagai isu rasisme dan label politik identitas, perjuangan nasionalisme telah tertanam sejak kakek beliau H. Abdurrahman Baswedan atau populer dengan nama A.R. Baswedan adalah seorang pahlawan nasional dan Mantan Wakil Menteri Penerangan Indonesia pada tahun 1946.
Anies Baswedan juga terlibat dalam membuat konsep dan gagasan Nawacita periode awal pemerintahan Jokowi pada tahun 2014, tidak terlepas dari bingkai restorasi Indonesia yang diusung ormas NasDem semenjak menjadi bagian deklarator untuk melakukan gerakan memulihkan, mengembalikan, serta memajukan fungsi pemerintahan Indonesia kepada cita-cita Proklamasi 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
ADVERTISEMENT
Peran Anies Baswedan dan Surya Paloh tentulah memiliki visi dan misi restorasi Indonesia yang menjadi kunci perjuangan Partai NasDem. Restorasi Indonesia dalam Nawacita, mencakup empat kata kerja sekaligus, yaitu Memperbaiki, Mengembalikan, Memulihkan, Mencerahkan. Syarat utama restorasi adalah perubahan mendasar, menyeluruh dan terpadu, melibatkan populasi besar dengan pengerahan energi berpikir yang kuat dan terarah dan berjangka waktu panjang.
Sebagai catatan penulis, bahwa restorasi Nawacita menjadi episode baru 2024, berlandaskan kondisi obyektif krisis multidimensi selama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan pemetaan berbagai analisis untuk menyelematkan persoalan bangsa, Akan tetapi pada praktiknya, hingga saat ini belum menunjukkan perbaikan yang komprehensif dan holistik. Laju pertumbunhan terus mendorong investasi dan hutang para pihak yang terlibat, lebih banyak menggunakan pendekatan kekuasaan dan pemilik modal untuk memperoleh keuntungan segelintir elite politik dan oligarki
ADVERTISEMENT