Konten dari Pengguna
Efektivitas Virgin Coconut Oil terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
16 Juli 2025 16:03 WIB
·
waktu baca 6 menit
Kiriman Pengguna
Efektivitas Virgin Coconut Oil terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Santan yang terbuat dari buah kelapa tua segar selain dapat digunakan untuk memasak, dapat dimanfaatkan menjadi produk lain yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri yaitu Virgin Coconut Oil.Nazhara Silmi
Tulisan dari Nazhara Silmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman dengan mempunyai beragam kegunaan. Satu diantara tanaman yang memiliki sejuta manfaat mulai dari akar hingga ujung daun adalah pohon kelapa yang sering disebut sebagai tree of life, yaitu pohon kehidupan. Pohon kelapa berguna dan bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Akar pohon kelapa dapat mengobati beberapa gangguan kesehatan seperti diare, demam, gatal-gatal hingga melancarkan peredaran darah, selain itu akarnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Batang dapat digunakan sebagai bahan bangunan juga perabotan rumah tangga. Daun digunakan sebagai pembungkus ketupat, tempurung dan sabut dapat dijadikan untuk kerajinan tangan. Buah kelapa memiliki berbagai kegunaan mulai dari air kelapa yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh seperti menghidrasi hingga dapat mendetoks tubuh sebagai penawar racun, daging kelapa dapat dikonsumsi, dibuat menjadi masakan (Rochma et al., 2022). Belakangan ini buah kelapa khususnya bagian daging kelapa yang sudah diproses dengan cara diperas menjadi santan selain digunakan untuk bahan masakan dimanfaatkan lebih bervariatif, yaitu dapat dijadikan sebagai Virgin Coconut Oil yang berkhasiat sebagai antibakteri.
ADVERTISEMENT
Bakteri Penyebab Infeksi
Penyakit infeksi merupakan permasalahan kesehatan yang dapat mengganggu sistem imun manusia. Infeksi disebabkan oleh mikrooorganisme yang masuk dan berkembangbiak dalam tubuh seperti jamur, virus, parasit dan bakteri yang merupakan kumpulan luas makhluk mikroskopik. Infeksi dapat menyerang beberapa bagian tubuh. Infeksi terjadi ketika adanya interaksi dengan mikroba yang menimbulkan gejala tertentu. Mikroorganisme patogen merupakan mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia, salah satunya adalah bakteri patogen.
Infeksi bakteri dapat menyerang berbagai sistem organ pada tubuh. Infeksi saluran kemih umumnya disebabkan oleh Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, dan Escherichia coli. Pada Infesksi saluran pencernaan, bakteri yang sering terlibat adalah Campylobacter, Eschericia coli, dan Shigela. Haemophilus influenzae dan Streptococcus sp. merupakan bakteri yang umumnya hinggap pada saluran pernapasan sedangkan pada jaringan kulit sering ditemukan bakteri Staphylococcus aureus sebagai bakteri umum penyebab infeksi pada jaringan kulit (Novard et al., 2019).
ADVERTISEMENT
Staphylococcus aureus merupakan bakteri dengan bentuk tidak beraturan seperti anggur dan berbentuk bulat yang termasuk kedalam bakteri Gram-positif. Bakteri ini dapat dengan mudah tumbuh pada medium yang berisi nutrisi dalam keadaan aerob ataupun anaerob fakultatif, berkoloni pada permukaan mukosa dan kulit dan bersifat patogen oportunistik. Staphylococcus aureus memiliki ketahanan terhadap antimikrobial yang membuatnya mampu dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Staphylococcus aureus tersebar luas di lingkungan tempat tinggal manusia dan dikenal sebagai penyebab paling umum dari infeksi bernanah (piogenik) (Maromon et al., 2020).
Penanganan Penyakit Infeksi dengan Antibiotik
Penggunaan antibiotik merupakan metode umum yang digunakan dalam penanganan penyakit infeksi. Antibiotik adalah kelompok senyawa, yang berasal dari alam maupun hasil sintesis yang berfungsi menghambat atau membunuh bakteri (H. Ambo Lau, 2020). Antibotik sintetis lebih banyak digunakan dibandingkan dengan antibiotik alami. Namun, antibiotik sintesis memiliki kelemahan karena dapat membunuh bakteri baik yang sebenarnya bermanfaat dan menguntungkan bagi tubuh. Penggunaan antibiotik sintesis yang tidak sesuai sudah banyak dilaporkan karena mengakibatkan resistensi antibiotik (Noriko et al., 2015). Pemilihan antibiotik yang tidak sesuai, dosis yang kurang, serta penggunaan antibiotik yang tidak disiplin dan tidak dihabiskan merupakan penyebab terjadinya resistensi antibiotik. Meluasnya resistensi antibiotik sintesis, maka mendorong penggunaan antibiotik alami, yaitu virgin coconut oil.
ADVERTISEMENT
Komponen Kimia Virgin Coconut Oil
Virgin coconut oil (VCO) alias minyak kelapa murni adalah minyak hasil olahan kelapa tua yang masih segar (Cocos nucifera) serta diproses tanpa menggunakan komponen kimia. Proses pembuatannya hanya melibatkan perlakuan mekanis serta pemanasan suhu rendah, sehingga karakter fisika dan kimia alami dari minyak tetap terjaga. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, yaitu proses pengambilan minyaknya melalui penyulingan yang berasal dari daging kelapa yang diekstraksi (Sherliana et al., 2021). Minat masyarakat terhadap penggunaan minyak VCO terus meningkat.
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil atau VCO) dikenal mempunyai beragam khasiat kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan sistem imun tubuh. Kandungan asam lemak rantai menengah pada VCO, seperti asam kaprilat, asam kaprat, dan asam laurat, dipercaya mampu membantu tubuh dalam melawan infeksi serta penyakit. Asam laurat yang terdapat dalam VCO memiliki kemampuan antibakteri, antivirus, dan antimikroba yang kuat, sehingga efektif melawan berbagai bakteri, virus, serta jamur berbahaya. Selain itu, VCO juga kaya akan senyawa fenolik yang memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi, membantu menjaga tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak serta mengurangi peradangan (Saras, 2023).
ADVERTISEMENT
Komponen kimia VCO memiliki kandungan asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids/MCFA), terutama asam kaprilat (C8) 8%, asam kaprat (C10) 10%, dan asam laurat (C12) sebanyak 48%, serta asam miristat 17%. Bagian utama yang berperan dalam aktivitas antibakteri adalah asam laurat, yang terbukti efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi minimal 200 µL VCO (setara dengan 0,102% asam laurat) berdasarkan uji in vitro. Mekanisme kerjanya meliputi merusak struktur dinding sel bakteri sehingga menyebabkan kebocoran dan kematian sel bakteri, yang terlihat jelas pada hasil pengamatan menggunakan mikroskop elektron pemindaian (SEM). Selain asam kaprilat, asam kaprat dan asam laurat juga berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan demikian, keberadaan MCFA khususnya asam laurat dalam VCO menjadi kunci utama efektivitas antibakteri minyak kelapa murni pada Staphylococcus aureus (Widianingrum et al., 2019).
ADVERTISEMENT
Penelitian Virgin Coconut Oil sebagai Antibakteri
VCO telah banyak digunakan untuk penelitian sebagai antibakteri, terdapat penelitian yang membuktikan minyak kelapa murni (VCO) mempunyai aktivitas antibakteri yang efektif, terutama pada bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri VCO terutama disebabkan oleh kandungan asam lemak rantai sedang (MCFA) di dalamnya, khususnya asam laurat yang jumlahnya sekitar 50% dari total asam lemak VCO. Asam laurat dan MCFA lain seperti asam kaprat dan asam kaprilat berperan dalam merusak struktur membran bakteri, sehingga menyebabkan dinding sel bakteri hancur dan tidak dapat bertahan hidup (Hussain et al., 2020). Sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan Virgin Coconut Oil (VCO) terbukti efektif sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Pengujian dilakukan dengan metode difusi cakram dengan berbagai konsentrasi VCO (20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%) menunjukkan bahwa seluruh konsentrasi VCO menghasilkan daya hambat kuat pada pertumbuhan S. aureus, dengan rata-rata diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan kontrol positif amoksisilin. Tercatat zona hambat dengan diameter terbesar pada konsentrasi 100% yaitu 16,0 mm, sedangkan amoksisilin sebagai kontrol positif hanya menghasilkan zona hambat 7,9 mm (Niken et al., 2023).
ADVERTISEMENT
Penelitian lain yang menggunakan sabun menunjukkan bahwa sabun mandi cair yang mengandung Virgin Coconut Oil (VCO) dengan nilai pH basa maupun pH netral terbukti membentuk zona hambat pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang berarti mengindikasikan aktivitas antibakteri VCO pada kedua formulasi sabun tersebut. Formula sabun dengan pH basa menghasilkan daya hambat yang lebih besar dibandingkan formula pH netral, namun keduanya tetap masuk kategori kuat (diameter zona hambat 10–20 mm), sedangkan sabun antiseptik komersial sebagai kontrol positif menghasilkan daya hambat sangat kuat (>20 mm). Aktivitas antibakteri pada kedua sampel utama dipengaruhi oleh kandungan asam laurat dalam VCO yang bersifat antimikroba, sementara pH basa meningkatkan efek antibakteri melalui mekanisme pelarutan membran sel bakteri (Wijaya & Cahyanti, 2025). Dengan demikian, VCO efektif digunakan sebagai zat aktif antibakteri dalam sabun cair, baik pada pH basa maupun pH netral yang lebih ramah kulit.
ADVERTISEMENT

