Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
Konten dari Pengguna
Tradisi Susuk Wangan dan Sinergi UNNES Giat 11 sebagai Pilar Ketahanan Pangan
8 Maret 2025 15:23 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nazilatur Rahmadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Minggu, 9/2/2025) Susukan, Kabupaten Semarang - Susuk Wangan merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Semarang. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada alam, terutama pasca panen dan merupakan simbol pelestarian lingkungan yang serasi dengan kearifan lokal masyarakat Jawa yang merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang mencapai ketahanan pangan, terutama di musim kemarau.

Susuk Wangan dilaksanakan satu tahun sekali pasca panen pada hari dan tempat yang telah ditentukan oleh pemerintah Desa Kenteng. Tradisi ini dilakukan dalam rangka bersyukur atas panen yang melimpah di tahun tersebut, masyarakat bekerja sama ‘membersihkan’ air persawahan. Hal yang harus diperhatikan pada Susuk Wangan adalah fokusnya terhadap pembenahan saluran air atau irigasi yang rusak dan bendungan yang rusak.
ADVERTISEMENT
“Susuk Wangan memiliki maksud dan tujuan tersendiri, tujuan Susuk Wangan adalah agar sumber mata air dan sumber air yang mengalir dari hulu ke hilir tetap lestari walaupun di musim kemarau, sehingga kebutuhan petani bisa tercukupi.” Ujar Bapak Muhsin, Sekretaris Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
Sehari sebelumnya pemerintah Desa memberikan pengumuman kepada masyarakat desa, terutama petani agar mempersiapkan diri melaksanakan tradisi Susuk Wangan. Setelah itu, pada hari H pelaksanaan masyarakat akan berkumpul di waktu dan tempat (persawahan) yang telah ditetapkan, kemudian kegiatan utama diawali dengan selamatan dan tumpengan sebagai “sesaji”, kemudian setelahnya dilaksanakan kerja bakti Susuk Wangan.
Hal tersebut sejalan dengan konsep ketahanan pangan. UU No. 18/2012 tentang Pangan mendefinisikan ketahanan pangan sebagai “Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan di tingkat desa, Susuk Wangan yang tahun ini diadakan pada hari Minggu, 9 Februari 2025 dimulai pukul 07.00 sampai pukul 09.00 WIB, selain diikuti oleh masyarakat desa, pada kesempatan ini juga diikuti oleh mahasiswa UNNES dalam program UNNES GIAT 11 yang mengusung tema Ketahanan Pangan. UNNES GIAT merupakan metode pendidikan yang memungkinkan mahasiswa mengalami pengalaman belajar hidup di masyarakat di luar kampus. Melalui pengalaman ini, mahasiswa dapat mengidentifikasi potensi dan menganalisis masalah yang ada di masyarakat, serta mengembangkan potensi desa. Mahasiswa juga diharapkan dapat meningkatkan empati mereka dengan orang-orang di sekitar. Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UNNES sebagai penyelenggara UNNES Giat yang memiliki tagline “Bersama UNNES Giat 11, Membangun Indonesia dari Desa” bekerja sama dengan Desa Kenteng untuk dapat membersamai mahasiswanya belajar mengabdi dan bermasyarakat. UNNES Giat 11 menjadi salah satu upaya mencapai ketahanan pangan di Desa Kenteng dengan melibatkan mahasiswa ikut serta dalam tradisi Susuk Wangan.
ADVERTISEMENT
“Saat ini generasi muda kurang peduli dengan adanya tradisi ini, diharapkan nanti ada inovasi yang dapat menarik perhatian para pemuda-pemudi seperti mengadakan kegiatan seni budaya ataupun kegiatan yang terdapat doorprize agar lebih meriah.” Ujar Bapak Muhsin, Sekretaris Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
Pemerintah Desa Kenteng berharap agar generasi muda melalui mahasiswa UNNES Giat 11 tetap melanjutkan dan melestarikan tradisi baik ini, karena tradisi ini sangat bermanfaat terutama bagi para petani di Desa dan saluran air pun bisa tetap utuh mengalirkan air ke sawah-sawah sehingga kebutuhan pangan terutama beras di Desa Kenteng dapat terpenuhi.