Konten dari Pengguna

Dilema Perempuan Modern: Antara Karier dan Rumah Tangga

Alayya Nazma
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
1 Juli 2025 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Dilema Perempuan Modern: Antara Karier dan Rumah Tangga
Dilema antara karier dan rumah tangga masih menjadi pergumulan banyak perempuan modern. Artikel ini mengulas bagaimana perempuan bisa menetapkan prioritas tanpa harus merasa kalah atau dikalahkan.
Alayya Nazma
Tulisan dari Alayya Nazma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Di balik keberhasilan perempuan di dunia kerja, tersimpan dilema yang kerap luput dari sorotan: “Bagaimana tetap mendampingi anak dan melayani pasangan, tanpa mengorbankan cita-cita profesional?"
ADVERTISEMENT
Ini pertanyaan besar bagi banyak perempuan hari ini. Di satu sisi, mereka mengejar pendidikan tinggi, membangun karier, bahkan menduduki posisi strategis. Di sisi lain, setelah menikah, tanggung jawab rumah tangga menanti—dan sering kali tak bisa ditunda atau dibagi sembarangan.
Tak sedikit perempuan yang akhirnya berada di persimpangan: haruskah berhenti bekerja setelah menikah atau punya anak? Haruskah mereka melepas semua pencapaian profesional demi peran domestik? Sementara itu, rumah tangga modern juga menghadapi tantangan baru: suami-istri yang sama-sama sibuk, komunikasi terbatas, kelelahan emosional, hingga anak yang kurang perhatian.
Bukan Soal Siapa Lebih Hebat, Tapi Siapa Mau Berbagi
Di zaman sekarang, perempuan dan laki-laki punya peluang yang sama dalam pendidikan dan pekerjaan. Tapi pernikahan membawa dinamika baru. Laki-laki umumnya memikul tanggung jawab nafkah, sementara perempuan secara biologis memikul proses kehamilan, melahirkan, dan menyusui.
ADVERTISEMENT
Ini bukan soal siapa lebih hebat, tapi soal membagi peran dengan adil dan proporsional. Keadilan bukan berarti sama rata, tapi sesuai porsi dan kapasitas masing-masing. Kompromi adalah kunci.
Rencanakan, Jangan Terjebak
Menurut survei BPS 2023, lebih dari 60% perempuan pekerja di Indonesia merasa tertekan saat mencoba menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga. Artinya, banyak yang merasa kewalahan, dan mungkin tidak siap secara mental maupun sistem dukungan.
Karena itu, berpikir jauh sebelum menikah sangat penting. Pilih karier yang memungkinkan fleksibilitas atau lingkungan kerja yang mendukung kehidupan keluarga. Jangan malu untuk menetapkan batas atau bahkan berhenti sementara dari dunia kerja. Pendidikan tinggi bukan jaminan harus terus berkarier, tapi justru bekal untuk menjadi ibu yang cerdas dan berdaya di rumah.
ADVERTISEMENT
Sepupu saya pernah berkata, “Saya berhenti bekerja bukan karena kalah, tapi karena memilih fokus ke medan perjuangan lain: membesarkan manusia.”
Saling Mengisi, Bukan Saling Berlomba
Dalam rumah tangga yang sehat, suami dan istri saling mendukung. Jika suami mampu memenuhi kebutuhan keluarga, istri tak wajib bekerja. Namun, bila keduanya bekerja, pembagian peran harus jelas dan adil. Komunikasi, saling menghargai, dan kerja sama jadi fondasi utama.
Menjadi perempuan modern bukan soal memilih antara karier atau rumah. Tapi tentang keberanian menetapkan prioritas, memahami keterbatasan, dan berdamai dengan pilihan. Sukses bukan soal siapa paling sibuk, tapi siapa yang paling seimbang—dan bahagia.
Jadi, mari berhenti menghakimi pilihan perempuan lain. Apakah ia bekerja atau di rumah, semua punya perjuangannya masing-masing. Yang terpenting, perempuan punya kuasa atas dirinya sendiri—dan bahagia dengan pilihannya.
ADVERTISEMENT