Konten dari Pengguna

Internet Sebagai Demokratis Dalam Kasus Mohamed Bouazizi

Nazwa Zhafira
Mahasiswa aktif jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya
15 Juli 2024 10:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazwa Zhafira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pedagang buah dan sayur asal Tunisia bernama Mohamed Bouazizi, yang dikenal dengan nama panggilan Basbous yang berarti "seseorang yang membuat lelucon", melakukan tindakan membakar diri di kota Sidi Bouzid. Dulunya, Bouazizi dikenal sebagai pria yang sering tertawa, namun pada tahun-tahun terakhir hidupnya ia kehilangan gurauannya karena stres. Saat Bouazizi berusia 3 tahun ayahnya meninggal. Oleh karena itu, sejak kecil ia menghidupi ibu dan enam saudara kandungnya. Cara Bouazizi menghidupkan keluarganya dengan membawa gerobak ke pasar grosir pada tengah malam untuk memperoleh buah-buahan dan sayur-sayuran, yang nantinya akan dijual dari pagi hingga sore hari.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 17 Desember 2010, polisi menyita timbangan milik Bouazizi karena ia bekerja sebagai pedagang kaki lima tanpa izin resmi. Polisi seringkali meminta suap dan mengancam akan menyita barang dagangannya. Bouazizi, yang merasa muak dan kelelahan, memutuskan untuk pergi ke kantor pemerintah provinsi di Sidi Bouzid untuk mengungkapkan ketidakpuasan kepada gubernur. Namun, gubernur menolak untuk bertemu dengannya. Akhirnya, Bouazizi melakukan aksi bakar diri. Pada saat itu sepupu dari Bouazizi bernama Ali seorang aktivis Partai Demokrat Progresif yang berlawanan dengan rezim otoriter Tunisia di bawah Presiden Zine El Abidine Ben Ali sedang bekerja di tokonya. Ali mendapatkan telepon dari pamannya yang mengajaknya untuk melihat orang yang melakukan bakar diri. Ketika mereka tiba, Ali merekam adegan tersebut. Aksi bakar diri itu terdapat seorang sopir taksi yang berusaha memadamkan menggunakan jaketnya. Setelah padam, sopir taksi itu berteriak “Ali, ini Mohamed! Itu Basbous, orang baik”. Ali terkejut dan menangis, lalu segera membawa Bouazizi ke rumah sakit dengan ambulans. Tindakan tersebut menyebabkan demonstrasi yang awalnya dihadiri oleh sedikit orang menjadi ramai dan berlanjut di depan gedung pemerintah. Jumlah demonstran terus bertambah hingga mencapai ratusan. Namun, gubernur daerah tersebut menolak untuk bertemu dengan para demonstran dan bahkan melarikan diri dari tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Ali yang baru aktif di Facebook dua bulan sebelumnya, memutuskan untuk membagikan video demonstrasi di depan gedung pemerintah. Meskipun takut, ia menyadari risiko besar yang dihadapinya karena menjadi oposisi terhadap rezim yang kejam. Namun, demi keluarganya dan demi masa depan, Ali merasa perlu untuk bertindak dan mengambil langkah tersebut. Video tersebut dengan cepat menyebar dan diliput oleh berbagai saluran berita. Pemerintah menjadi panik saat berita tersebut sampai ke media internasional. Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali, mengendalikan media dan melaporkan sebuah kebohongan bahwa negara-negara asing telah mempekerjakan demonstran untuk menciptakan citra negatif tentang Tunisia dan menyatakan keadaan di Sidi Bouzid masih normal dan berjanji akan memberikan bantuan finansial besar ke wilayah tersebut untuk pembangunan ekonomi dan sosial.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 4 Januari 2011, Mohamed Bouazizi dinyatakan meninggal karena luka parah dari aksi bakar dirinya. Setelah kematiannya, sejumlah pengunjuk rasa ditangkap oleh polisi. Ali berusaha untuk tidak ditangkap dengan melakukan penyembunyian dan berpindah-pindah tempat. Namun, pada 10 Januari 2011, usaha penyembunyian Ali tidak berhasil dan ditangkap. Di kantor polisi, Ali disiksa dan dituduh sebagai dalang protes. Setelah tekanan dari demonstran, pada tanggal 12 Januari 2011 Ali dan sejumlah tahanan lainnya dibebaskan. Meskipun dibebaskan, Ali masih membawa bekas luka akibat penyiksaan selama dua hari di tahanan polisi. Pada tanggal 14 Januari 2011, presiden runtuhnya rezim Ben Ali.
Aksi Mohamed Bouazizi yang membakar diri pada tahun 2010 menjadi pemicu terjadinya revolusi meluas di berbagai negara Arab, yang dikenal dengan istilah “Arab Spring”. Peristiwa ini, yang dimulai pada tahun 2011, menyebabkan gelombang protes dan gerakan revolusioner di sejumlah negara Timur Tengah. Hal ini dipicu oleh kombinasi faktor-faktor seperti krisis ekonomi, ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang korup, dan ketidakadilan sosial yang meluas.
ADVERTISEMENT
Internet dianggap memiliki potensi untuk memperluas demokrasi karena menyediakan ruang komunikasi. Hal Ini sejalan dengan aksi Bouazizi yang memicu gerakan revolusioner, menyoroti peran individu dalam membangun momentum perubahan. Internet juga dianggap membuka akses informasi global yang relatif mudah dan tidak terbatas, memungkinkan individu untuk terlibat dalam proses politik dengan lebih baik. Penyebaran informasi independen tentang tindakannya dan kondisi sosial di Tunisia memperkuat kesadaran akan ketidakpuasan terhadap pemerintah. Selain itu, internet menawarkan ruang ekspresi tanpa kendali langsung dari pemerintah, memungkinkan individu untuk bersuara dan berpartisipasi dalam berbagai isu. Meskipun demikian, ada tantangan dalam mewujudkan potensi demokratisasi internet, seperti krisis demokrasi dan penurunan modal sosial.