Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Candi Borobudur: Simbol Perpaduan Budaya dan Arsitektur Buddha di Indonesia
23 November 2024 22:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Nazwaandani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama berabad-abad, Candi Borobudur tersembunyi dan terlantar di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik, hingga ditumbuhi semak belukar. Pada saat itu, Borobudur benar-benar menyerupai sebuah bukit.
ADVERTISEMENT
Candi Borobudur dimasukkan ke dalam tujuh keajaiban dunia karena merupakan candi Buddha terbesar dan tertua yang dibangun jauh sebelum Candi Angkor Wat di Kamboja. Candi ini juga merupakan contoh puncak keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa. Bagi yang belum mengetahui sejarah terbentuknya Candi Borobudur, saya akan menjelaskan sejelas mungkin.
Candi Borobudur dipercaya dibangun pada masa penganut ajaran Buddha Mahayana sekitar tahun 750 hingga 800 Masehi, pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Bangunan ini terinspirasi oleh gagasan dari India, termasuk stupa yang merupakan lambang agama Buddha berbentuk mangkuk terbalik. Stupa dalam Candi Borobudur sering disebut berbentuk lonceng. Selain itu, terdapat konsep Mandala yang digunakan untuk meditasi dan dapat berbentuk benda untuk memusatkan perhatian. Struktur bangunan ini juga merupakan kelanjutan dari unsur lokal, seperti punden berundak yang ditemukan dari periode prasejarah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Candi Borobudur terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Asal-usul nama "Borobudur" sendiri masih belum jelas. Nama ini pertama kali ditulis dalam buku Sejarah Pulau Jawa karya Thomas Stamford Raffles, yang mencatat mengenai monumen bernama Borobudur.
Namun, tidak ada dokumen lebih tua yang menyebutkan nama tersebut. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberikan petunjuk mengenai bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah naskah Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Nama Borobudur kemungkinan ditulis oleh Raffles berdasarkan kata dalam bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi tersebut, yaitu Desa Bore atau Borrow. Selain itu, Raffles menduga bahwa istilah "Budur" mungkin berkaitan dengan istilah "Buddha" dalam bahasa Jawa yang berarti "purba", sehingga bermakna "boro purba". Ada beberapa teori lain mengenai asal-usul nama ini; salah satunya adalah bahwa nama "Budur" berasal dari kata "sambarabudura" yang berarti gunung atau udara.
ADVERTISEMENT
Struktur bangunan Candi Borobudur dibangun menggunakan sekitar 55.000 m³ batu andesit yang dipotong dalam ukuran tertentu dan disatukan tanpa menggunakan semen. Struktur ini memakai sistem interlock atau saling kunci seperti balok-balok Lego yang menempel tanpa perekat. Monumen ini juga dibangun dengan sistem drainase yang baik untuk mencegah genangan air.
Candi Borobudur terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar dengan tiga pelataran melingkar dan satu stupa induk di tengahnya. Dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief atau seni pahat tiga dimensi yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan dan ajaran Buddha. Relief-relief tersebut memberikan gambaran tentang karma, riwayat Sang Buddha, serta berbagai cerita tentang kehidupan masa lampau di Jawa kuno.
Candi Borobudur juga memiliki 504 arca Buddha, meskipun lebih dari tiga ratus di antaranya telah dirusak dan hilang. Banyak kepala arca Buddha sering dicuri sebagai barang koleksi oleh museum luar negeri. Setiap arca memiliki perbedaan halus pada posisi sikap tangan (Mudra), seperti Bumiparsamudra yang melambangkan memanggil bumi sebagai saksi. Borobudur tidak memiliki ruang pemujaan seperti candi-candi lainnya; bangunan ini lebih berfungsi sebagai stupa untuk memuliakan Buddha. Sepanjang sejarahnya, Candi Borobudur sempat terlupakan sebelum ditemukan kembali oleh Raffles pada awal abad ke-19 setelah melalui proses pembersihan oleh insinyur Belanda, HC Cornelius. Sejak saat itu, meskipun berhasil ditemukan kembali, Candi Borobudur mengalami banyak gangguan akibat tindakan masyarakat setempat yang mengambil batu candi untuk bahan bangunan rumah mereka. Namun, minat terhadap candi ini mulai tumbuh seiring dengan promosi dan publikasi dari pemerintah Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Dengan segala keindahan dan sejarahnya, Candi Borobudur tetap menjadi salah satu warisan budaya terbesar Indonesia dan menarik perhatian dunia hingga saat ini. Mari kita jaga dan lestarikan keajaiban arsitektur ini agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Artikel ini menggunakan data yang diperoleh dari video YouTube, 'SEJARAH CANDI BOROBUDUR! SALAH SATU KEAJAIBAN DUNIA DI MAGELANG', yang diterbitkan oleh channel www.youtube.com/NadiaOmaraa pada tanggal 9 Mar 2021.