Konten dari Pengguna

Evolusi Narkoba di Indonesia: Dari Ritual ke Krisis Sosial

Nazwah Zahrani Al Hafidz
Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 November 2024 21:26 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazwah Zahrani Al Hafidz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ajakan pentingnya menolak dan menjauhi narkoba. Kredit foto : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ajakan pentingnya menolak dan menjauhi narkoba. Kredit foto : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius yang menggerogoti fondasi sosial masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. Fenomena ini tidak lagi dapat dipandang sekadar sebagai masalah kesehatan atau pelanggaran hukum semata, melainkan telah bertransformasi menjadi cerminan kompleks dari berbagai permasalahan sosial yang saling berkaitan. Dalam konteks modernitas yang kian menantang, narkoba telah bermetamorfosis dari substansi yang dahulu digunakan dalam ritual sakral seperti upacara penyembuhan atau keagamaan, menjadi instrumen perusak yang mengancam masa depan bangsa, dengan omzet bisnis gelap yang mencapai triliunan rupiah. Evolusi ini menunjukkan bagaimana zat-zat yang sebelumnya memiliki fungsi spiritual dan pengobatan tradisional kini telah diselewengkan menjadi komoditas destruktif yang mengancam keberlangsungan generasi.
ADVERTISEMENT
Transformasi peran narkoba dalam masyarakat modern tidak terlepas dari berbagai faktor pendorong yang saling mempengaruhi. Tekanan akademis yang mencekik, tingkat pengangguran yang mengkhawatirkan, dan kesenjangan sosial yang kian menganga telah menciptakan kondisi sempurna bagi peredaran narkoba. Para pengedar dengan cerdik memanfaatkan kerentanan ini, menjadikan remaja dan dewasa muda sebagai target utama mereka. Situasi ini diperparah dengan hadirnya teknologi digital yang justru memudahkan peredaran narkoba melalui aplikasi enkripsi, mata uang digital, dan sistem pengiriman yang menyamar sebagai layanan pesan-antar makanan biasa. Komisaris Besar Ahmad Ramadhan dari Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya mengungkapkan bahwa sepanjang 2023, terjadi peningkatan 40% kasus narkoba yang melibatkan transaksi digital, menunjukkan bahwa kejahatan narkoba telah berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Kecanggihan teknologi dan kreativitas pengedar telah menciptakan kamuflase sempurna dimana narkoba dikemas dalam bentuk permen karet, permen warna-warni, minuman energi, hingga suplemen fitnes yang tampak legal. Hal ini membuat narkoba semakin mudah diselundupkan dan didistribusikan secara luas, terutama melalui platform digital dan aplikasi pesan instan yang sulit dilacak. Akibatnya, penggunaan narkoba di kalangan muda meningkat secara eksponensial dengan korban yang semakin muda dan beragam.
ADVERTISEMENT
Pergeseran nilai di masyarakat modern turut berkontribusi dalam memperburuk situasi ini. Kultur "hustle" yang mengagungkan produktivitas ekstrem, tuntutan untuk selalu terlihat sempurna di media sosial, dan normalisasi penggunaan berbagai suplemen peningkat performa telah mengaburkan batas antara yang legal dan ilegal. Dr. Amalia Purnomo, sosiolog dari Universitas Indonesia, mengamati fenomena menarik dimana terjadi pergeseran persepsi tentang narkoba di kalangan profesional muda yang tidak lagi melihatnya sebagai barang haram, melainkan sebagai 'performance enhancer' seperti kopi atau suplemen. Pandangan ini diperkuat oleh kultur startup yang mengagungkan produktivitas 24/7, mendorong banyak pekerja muda mencari cara instan untuk tetap terjaga dan fokus.
Di antara beragam jenis narkotika yang beredar di masyarakat, ganja menjadi pilihan yang populer di kalangan pengguna pemula karena beberapa faktor khas. Ganja merupakan jenis narkotika golongan I yang berasal dari tanaman Cannabis sativa dan Cannabis indica, mengandung zat psikoaktif utama bernama THC (Tetrahydrocannabinol). Meskipun efek fisik penggunaan ganja tidak secepat atau seberat jenis narkoba lain seperti heroin atau sabu, anggapan bahwa ganja adalah "narkoba ringan" adalah pandangan yang sangat keliru dan berbahaya. Keterjangkauan harga dan cara penggunaan yang relatif sederhana membuat ganja sering menjadi pintu masuk menuju penggunaan narkoba yang lebih berbahaya.
ADVERTISEMENT
Dampak penyalahgunaan narkoba melampaui kerugian individual, menciptakan efek domino yang merusak struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Menurut studi terbaru dari Kementerian Kesehatan, setiap pengguna narkoba menghabiskan rata-rata Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 per minggu, belum termasuk hilangnya produktivitas kerja dan beban biaya kesehatan jangka panjang. Lebih mengkhawatirkan lagi, dampak terhadap kesehatan mental pengguna sangat serius. Dr. Sarah Wijayanto, psikiater di RS Mentari Jakarta, mengungkapkan bahwa 70% pasien rehabilitasi mengalami gangguan mental serius, mulai dari depresi berat hingga skizofrenia, menunjukkan bagaimana narkoba tidak hanya merusak fisik tetapi juga mental penggunanya.
Penyalahgunaan narkotika seringkali berawal dari lingkungan pertemanan dan kurangnya pengawasan efektif dari keluarga. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mulai mengonsumsi ganja sejak 2016, meskipun berasal dari keluarga yang taat beragama, menunjukkan bahwa ketidakpatuhan terhadap aturan dan sikap sulit diatur yang sudah terbentuk sejak kecil bisa menjadi faktor pendorong perilaku menyimpang tersebut. Kombinasi antara karakter individualistis, lemahnya kontrol diri, dan kesempatan yang terbuka lebar dapat mendorong seseorang ke arah penyalahgunaan narkotika.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, upaya pencegahan yang dilakukan masih terjebak dalam pendekatan konvensional yang tidak efektif. Ceramah di sekolah dan spanduk "Say No to Drugs" terbukti tidak cukup untuk menangkal godaan narkoba. Yang dibutuhkan adalah reformasi sistem sosial yang menyeluruh, dimulai dari perbaikan sistem pendidikan yang lebih humanis, penciptaan lapangan kerja yang memadai, hingga penguatan institusi keluarga sebagai benteng pertahanan utama. Dalam perspektif Islam, keluarga merupakan "madrasah pertama" bagi setiap individu, di mana nilai-nilai fundamental kehidupan tertanam dan terbentuk. Keluarga modern perlu berevolusi menghadapi tantangan ini dengan mengembangkan komunikasi terbuka dan menciptakan kehangatan yang lebih dari sekadar formalitas. Orang tua harus memahami bahwa anak-anak mereka hidup di era yang berbeda, dengan tekanan dan godaan yang jauh lebih kompleks. Pembentukan karakter religius dan moral yang kuat harus dimulai sejak dini melalui keteladanan orang tua, bukan hanya melalui perintah verbal. Selain itu, pengawasan terhadap pergaulan anak harus dilakukan secara bijaksana tanpa menimbulkan kesan mengekang.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ekonomi makro, biaya penanggulangan narkoba telah membebani anggaran negara secara signifikan. Dana yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur atau peningkatan kualitas pendidikan terpaksa dialihkan untuk menangani dampak penyalahgunaan narkoba. Belum lagi kerugian akibat hilangnya produktivitas generasi muda yang terjerat narkoba, yang berpotensi menghambat pembangunan nasional jangka panjang. Kompleksitas masalah ini membutuhkan pendekatan pencegahan dan penanganan yang lebih komprehensif, termasuk reformasi sistem pendidikan yang lebih humanis, penguatan peran keluarga, dan pemanfaatan teknologi untuk deteksi dini serta rehabilitasi.
Di tahap kebijakan, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan yang lebih progresif. Program rehabilitasi harus dipandang sebagai upaya pemulihan, bukan penghukuman. Anggaran untuk pencegahan dan rehabilitasi perlu ditingkatkan, dengan fokus pada pengembangan fasilitas rehabilitasi modern dan program aftercare yang komprehensif. Kerjasama internasional juga perlu diperkuat untuk mengatasi perdagangan narkoba lintas negara yang semakin canggih. Yang tidak kalah penting adalah membangun sistem dukungan sosial yang kuat, mulai dari level keluarga hingga komunitas, serta menciptakan lingkungan yang memberi harapan dan kesempatan bagi generasi muda untuk berkembang tanpa harus mencari pelarian dalam narkoba.
ADVERTISEMENT
Perjuangan melawan narkoba pada hakikatnya adalah pertarungan melawan keputusasaan yang membutuhkan keterlibatan seluruh elemen masyarakat. Keberhasilannya tidak hanya bergantung pada ketegasan hukum, melainkan juga pada kemampuan kita membangun sistem dukungan sosial yang kuat dan menciptakan alternatif positif bagi generasi muda. Hanya dengan pendekatan holistik yang memadukan aspek pencegahan, penindakan, dan pemulihan, kita dapat berharap untuk menyelamatkan generasi mendatang dari jeratan narkoba yang mematikan. Karena pada akhirnya, masa depan bangsa ini bergantung pada kemampuan kita untuk melindungi dan memberdayakan generasi mudanya, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif mereka, dan membangun sistem pertahanan sosial yang tangguh terhadap ancaman narkoba yang terus berevolusi mengikuti perkembangan zaman.