Konten dari Pengguna

Remaja Bebas Narkoba dengan Ketahanan Keluarga

Nazwah Zahrani Al Hafidz
Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 November 2024 18:10 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazwah Zahrani Al Hafidz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tentang penolakan terhadap narkoba dan pentingnya peran keluarga dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Kredit foto: Dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tentang penolakan terhadap narkoba dan pentingnya peran keluarga dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Kredit foto: Dokumentasi pribadi.
ADVERTISEMENT
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Narkoba merupakan zat atau obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan pada fungsi fisik dan mental penggunanya, baik yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman. Narkoba dilarang karena memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, dapat menyebabkan ketergantungan yang kuat, serta menimbulkan gangguan sosial dan ekonomi yang serius bagi pengguna maupun masyarakat. Berbagai jenis narkoba yang umum disalahgunakan antara lain opioid seperti morfin dan heroin, stimulan seperti kokain dan amfetamin, serta cannabinoid seperti ganja. Selain itu, terdapat juga obat-obatan psikoaktif seperti benzodiazepin dan barbiturat yang sering disalahgunakan. Banyaknya jenis narkoba yang beredar membuat upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaannya menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Seiring waktu, narkoba yang awalnya digunakan dalam konteks sakral seperti dalam ritual penyembuhan atau upacara keagamaan oleh penggunaan peyote oleh suku asli Amerika untuk komunikasi spiritual, kini telah mengalami pergeseran fungsi yang drastis. Narkoba sekarang banyak dilakukan oleh anak muda sebagai bentuk pelarian dari tekanan akademis, konflik keluarga, dan keinginan untuk diterima dalam lingkaran sosial tertentu, hal ini secara langsung merusak generasi muda dengan menciptakan ketergantungan di usia produktif. Generasi muda saat ini menggunakan narkoba sebagai simbol status sosial, alat untuk meningkatkan performa dalam studi atau pekerjaan, dan bahkan sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan di media sosial sebuah fenomena baru yang didorong oleh kultur "prestise" dalam dunia maya.
Narkoba memang bikin tergiurkan mampu memberikan sensasi euforia instan dan ilusi pemecahan masalah yang cepat, ditambah dengan manipulasi kimia modern yang membuat efeknya lebih kuat dan lebih cepat dibandingkan zat-zat tradisional. Kecanggihan teknologi dan kreativitas pengedar telah menciptakan kamuflase sempurna dimana narkoba dikemas dalam bentuk permen karet, permen warna-warni, minuman energi, hingga suplemen fitnes yang tampak legal, sehingga semakin mudah diselundupkan dan didistribusikan secara luas, terutama melalui platform digital dan aplikasi pesan instan yang sulit dilacak, akibatnya penggunaan narkoba di kalangan muda meningkat secara eksponensial dengan korban yang semakin muda dan beragam.
ADVERTISEMENT
Penyalahgunaan narkotika seringkali berawal dari lingkungan pertemanan dan kurangnya pengawasan efektif dari keluarga. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mulai mengonsumsi ganja sejak 2016, meskipun ia berasal dari keluarga yang taat beragama, menunjukkan bahwa ketidakpatuhan terhadap aturan dan sikap sulit diatur yang sudah terbentuk sejak kecil bisa menjadi faktor pendorong perilaku menyimpang tersebut. Saat memasuki dunia perkuliahan, kebebasan yang lebih besar justru membuka peluang bagi aktivitas negatif, dimana yang bersangkutan memanfaatkan alasan menginap di rumah teman dekat kampus untuk kegiatan mengonsumsi ganja. Rasa bosan di rumah dan pengaruh pergaulan menjadi pemicu utama perilaku tersebut, menunjukkan bahwa latar belakang keluarga yang baik tidak selalu menjamin seseorang terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Contoh kasus ini memperlihatkan bagaimana kombinasi antara karakter individualistis, lemahnya kontrol diri, dan kesempatan yang terbuka lebar dapat mendorong seseorang ke arah penyalahgunaan narkotika.
ADVERTISEMENT
Di antara beragam jenis narkotika yang beredar di masyarakat, ganja menjadi pilihan yang populer di kalangan pengguna pemula karena beberapa faktor khas. Ganja merupakan jenis narkotika golongan I yang berasal dari tanaman Cannabis sativa dan Cannabis indica, mengandung zat psikoaktif utama bernama THC (Tetrahydrocannabinol). Meskipun efek fisik penggunaan ganja tidak secepat atau seberat jenis narkoba lain seperti heroin atau sabu, anggapan bahwa ganja adalah "narkoba ringan" adalah pandangan yang sangat keliru dan berbahaya. Salah satu alasan mengapa ganja sering disalahgunakan adalah harganya yang relatif terjangkau, mulai dari puluhan hingga ratusan ribu rupiah per gram, tergantung pada kualitas dan wilayah peredarannya. Cara penggunaannya pun tergolong sederhana biasanya dilinting seperti rokok tembakau atau dicampur dengan tembakau itu sendiri, sehingga mudah disamarkan sebagai aktivitas merokok biasa.
ADVERTISEMENT
Dalam hal penyamaran, pengguna ganja memiliki berbagai cara untuk mengelabui lingkungan sekitar. Aroma khas ganja yang cenderung menyengat dapat disamarkan dengan pengharum ruangan, dupa, atau rokokk kretek yang aromanya kuat. Para pengguna juga sering memanfaatkan lokasi-lokasi yang minim pengawasan seperti kos-kosan, rumah kosong, atau area terpencil untuk mengonsumsi ganja. Waktu penggunaan pun dipilih saat-saat yang tidak mencurigakan, misalnya berkedok acara nongkrong, bermain game, atau mengerjakan tugas kuliah bersama.
Keterjangkauan ganja juga relatif lebih mudah dibanding narkoba lain karena dapat ditanam secara tersembunyi, berbeda dengan narkoba sintetis yang membutuhkan laboratorium khusus untuk produksinya. Tanaman ganja bisa tumbuh di berbagai kondisi lingkungan, bahkan ada yang menanamnya dalam pot di dalam ruangan dengan pencahayaan khusus. Efek ganja yang tidak segera terlihat secara fisik seperti mata merah yang bisa diakali dengan tetes mata, atau bau yang bisa ditutupi dengan parfum - membuat penggunanya merasa lebih aman dari deteksi keluarga atau otoritas. Dibandingkan dengan narkoba lain seperti heroin yang langsung menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat, atau metamfetamin yang menyebabkan kerusakan otak dengan cepat, ganja memang terkesan lebih "jinak". Namun justru karakteristik inilah yang membuatnya lebih berbahaya sebagai “gateway drug” pintu masuk menuju penggunaan narkoba yang lebih keras. Pengguna yang mulai terbiasa dengan efek ganja dan menganggapnya tidak berbahaya, seringkali tergoda untuk mencoba jenis narkoba lain yang lebih berbahaya ketika efek ganja sudah tidak memberikan kepuasan yang diinginkan. Selain itu, penggunaan ganja jangka panjang juga dikaitkan dengan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh, gangguan sistem pernapasan, dan berisiko tinggi terhadap kanker paru-paru, terutama ketika dicampur dengan tembakau dalam penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Meski berbagai upaya edukasi dan kampanye anti narkoba telah gencar dilakukan di lingkungan sekolah dan masyarakat, fenomena penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja tetap menjadi permasalahan serius, seperti contoh kasus tadi. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan preventif tidak bisa hanya mengandalkan edukasi formal, melainkan harus dimulai dari unit terkecil masyarakat, yaitu keluarga. Dalam perspektif Islam, keluarga merupakan “madrasah pertama” bagi setiap individu, di mana nilai-nilai fundamental kehidupan tertanam dan terbentuk. Oleh karena itu, keluarga harus memiliki peran penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
Beberapa langkah yang dapat diambil oleh keluarga untuk mencegah narkoba adalah dengan menciptakan komunikasi yang terbuka dan hangat, di mana setiap anggota keluarga merasa aman untuk mengungkapkan perasaan dan permasalahannya. Orang tua perlu meluangkan waktu berkualitas untuk mendengarkan dan memahami pergumulan anak-anaknya, bukan sekadar memberikan nasihat atau larangan. Pembentukan karakter religius dan moral yang kuat juga sangat penting, dan hal ini harus dimulai sejak dini melalui keteladanan orang tua, bukan hanya melalui perintah verbal. Selain itu, pengawasan terhadap pergaulan anak harus dilakukan secara bijaksana tanpa menimbulkan kesan mengekang, misalnya dengan mengenal teman-teman anak dan keluarganya. Keluarga juga perlu membangun sistem dukungan emosional yang memadai dengan menciptakan suasana rumah yang nyaman, sehingga anak tidak mencari pelarian di luar rumah, mengajarkan keterampilan mengelola stress secara sehat, serta memberikan apresiasi atas prestasi atau perilaku positif anak. Penting juga bagi keluarga untuk memiliki waktu berkumpul yang rutin, seperti makan bersama atau diskusi keluarga, di mana nilai-nilai positif dapat ditanamkan secara natural tanpa terkesan menggurui. Melalui pendekatan yang komprehensif ini, keluarga dapat menjadi benteng pertahanan yang efektif dalam mencegah anggotanya dari jeratan narkoba, sekaligus menjadi tempat pulang yang aman ketika mereka menghadapi tekanan atau godaan dari lingkungan luar.
ADVERTISEMENT