Konten dari Pengguna

Perilaku Generasi Z Terhadap Penggunaan Media Sosial Tiktok

Nazwalia Fairuz Mumtaz
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Tangerang
6 Oktober 2024 9:18 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazwalia Fairuz Mumtaz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Logo Tiktok. Sumber : (https://pixabay.com/id/images/search/logo%20tiktok/)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Logo Tiktok. Sumber : (https://pixabay.com/id/images/search/logo%20tiktok/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Populasi dunia yang terus berkembang menciptakan beberapa generasi. Mulai dari Generasi Baby Boomers (1946-1960) hingga generasi yang memiliki peran vital saat ini yakni Generasi Z atau Gen Z (1995-2010). Generasi Z merupakan generasi pertama yang sejak dini sudah terpapar oleh teknologi. Teknologi teknologi tersebut berupa komputer atau media elektronik lainnya seperti telepon seluler, jaringan internet, bahkan aplikasi media sosial. Generasi Z dibesarkan dengan web sosial, mereka berpusat pada digital dan teknologi adalah identitas mereka. Lahir dan dibesarkan seiring dengan kemajuan-kemajuan dalam dunia digital ini membuat Gen Z berbeda dengan generasi sebelumnya. Perbedaan yang sangat mencolok dari generasi Z dengan generasi lainnya ialah penggunaan telepon seluler.
ADVERTISEMENT
Penggunaan akses internet dengan mudah melalui telepon seluler seiring hidup di era globalisasi pada Gen Z menghasilkan generasi yang dependen dengan internet. Dampak dari kemudahan dalam mengakses internet menciptakan internet sebagai sumber referensi utama dalam mencari suatu informasi. Seiring dengan peningkatan konektivitas global, pergeseran generasi dapat memainkan peran yang lebih penting dalam menentukan perilaku daripada perbedaan sosio-ekonomi. Kaum muda telah menjadi pengaruh yang kuat bagi orang orang dari segala usia dan pendapatan, serta pada cara orang-orang tersebut mengonsumsi dan berhubungan dengan mereka (Francis & Hoefel, 2018). Penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, hingga TikTok dipenuhi oleh berbagai generasi. Jika Facebook lebih sering digunakan oleh Generasi X, maka TikTok lah yang didominasi oleh Generasi Z.
ADVERTISEMENT
TikTok, atau Douyin di China, adalah layanan jejaring sosial berbagi yang menggunakan video berdurasi pendek sebagai media untuk menangkap dan menyajikan kreativitas, pengetahuan, dan momen lainnya yang dimiliki oleh ByteDance, sebuah perusahaan teknologi internet yang berbasis di Beijing dan diciptakan pada tahun 2012 oleh Zhang Yiming. Awal mula TikTok berawal dari tahun 2016 dengan nama Douyin dan baru berlayar di China hingga tahun 2017 diluncurkan dengan nama TikTok untuk seluruh dunia. Sebelum sepenuhnya beroperasi, TikTok bergabung dengan Musical.ly, aplikasi lip sync, sebagai aplikasi seutuhnya. TikTok disukai oleh Gen Z karena karakteristik TikTok yang belum pernah dimiliki oleh media sosial lainnya. Seolah-olah dengan penggunaan TikTok, Gen Z dapat mengungkapkan identitas atau jati dirinya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pemaparan teknologi sejak dini dan kemudahan dalam mendapatkan informasi merupakan sebuah perkembangan dalam berita di televisi merupakan cara konvensional dalam memeroleh informasi. Adanya perkembangan internet yang menghasilkan media sosial membuat cara-cara konvensional tergeserkan dengan cara yang lebih mudah diakses yakni dengan menggunakan media sosial. Dengan kemudahan dengan mengunduh aplikasi, maka informasi yang ingin dicari menjadi mudah. Salah satu media sosial yang sedang hangat dibicarakan dan paling banyak digunakan oleh Gen Z adalah TikTok. Dengan menggunakan perspektif konstruksionis sosial dimana hasil interpretasi dari interaksi sosial membentuk sense of self kepada pengguna dan penonton yang tertarik pada konten tertentu di TikTok.
Perilaku Generasi Z dalam menggunakan TikTok sebagai media penyaluran edukasi dan aktivisme merupakan suatu perilaku manusia dalam periode umur remaja yang inovatif dan kreatif. Upaya intervensi dalam perilaku ini adalah mengubah cara pandang media sosial yang selalu di anggap negatif karena perilaku adikitif yang mampu dimunculkan oleh media sosial tersebut. Namun, kreativitas yang disajikan dalam TikTok oleh para pengguna merupakan salah satu cara yang dapat mengubah perspektif tersebut menjadi positif. Tujuan dari penulisan artikel yang disajikan ini adalah menginformasikan kepada para pembaca bahwa media sosial bukan sebagai media hiburan saja, tetapi mampu sebagai media edukasi dan aktivisme dalam dunia yang sudah terglobalisasi dari cara tradisional. Manfaat yang akan diperoleh dari bahan bacaan artikel adalah informasi baru yang didapatkan mampu mengubah perspektif suatu individu terhadap media sosial TikTok sebagai penyaluran edukasi. maupun aktivisme. Adanya perspektif baru ini mampu mengubah individu untuk memiliki pemahaman lebih baik terhadap penggunaan TikTok karena adanya perkembangan diri dari hasil interpretasi interaksi sosial antar penonton dan pencipta konten.
ADVERTISEMENT
Media sosial menggunakan teknologi seluler dan berbasis web untuk menciptakan platform yang sangat interaktif di mana individu dan komunitas mampu berbagi, membuat bersama, mendiskusikan, dan memodifikasi konten yang dibuat pengguna. Kegunaan TikTok sesuai dengan apa yang dijelaskan dikutipan diatas. Berbagai komunitas dengan minat yang berbeda ada didalamnya, entah itu komunitas masak, komunitas berbagi pengetahuan, hingga komunitas aktivisme. Penggunaan TikTok yang masif pada awal tahun 2020 dan ditambah dengan karantina COVID-19 pada pertengahan bulan Maret 2020, membuat TikTok menjadi aplikasi nomor satu yang paling banyak di download pada tahun 2020.
TikTok pun diprediksi akan meraih 1 miliar pengguna aktif di 2021 secara global. Perkembangan berbagai aplikasi seperti aplikasi jaringan sosial TikTok mampu membuat manusia atau individu mengonsumsi media sosial lebih banyak dari sebelumnya. Penggunaan media sosial dalam bidang edukasi terjadi saat ini yakni saat pandemi COVID-19 yakni dimana pembelajaran tatap muka di pendidikan formal ataupun non formal mengalami perubahan untuk sementara waktu menjadi pembelajaran daring melalui program perangkat lunak videotelepon seperti Zoom dan Google Meet. Sebelum adanya perpindahan pembelajaran tatap muka ini, di lingkup pendidikan non formal yang berupa lembaga bimbingan belajar terdapat bimbingan belajar secara online. Contohnya adalah Zenius Education dan Ruang Guru. Keterbatasan beberapa murid dalam mengelola waktu antara sekolah dan bimbingan belajar secara tatap muka membuat bimbingan belajar mendapatkan poin unggul yakni mampu dijadikan platform pembelajaran yang efektif walaupun secara online. Bimbingan belajar secara online seperti contoh di atas menggunakan tenaga pendidik yang unggul yakni dari beberapa lulusan universitas ternama dengan keunggulan diri tenaga pendidik masing-masing.
ADVERTISEMENT
Nazwalia Fairuz Mumtaz, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Tangerang.