Kiat bekerja sebagai freelance

Ndoro Kakung
Blogger dan Kreator Konten
Konten dari Pengguna
29 September 2019 16:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ndoro Kakung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda, dari 129,36 juta orang yang bekerja di Indonesia, sekitar 5,89 juta (4,55 persen) merupakan pekerja freelance? Menurut data BPS per Mei 2019 angkanya seperti itu. Anda mungkin termasuk salah satu di antara mereka yang mencari penghasilan dengan menjadi pekerja paruh waktu.
Foto ilustrasi freelance. (Foto: Pexels)
Jumlah pekerja freelance di Indonesia ternyata cenderung naik dari waktu ke waktu. Sebuah perusahaan penyedia jasa freelance di Indonesia, Sribulancer, mengaku merasakan peningkatan jumlah penawaran maupun permintaan akan kebutuhan freelancer mulai tahun 2014.
ADVERTISEMENT
Data Sribulancer menunjukkan adanya 105.952 penawaran jasa dengan kategori pekerjaan yang paling banyak tersedia jasanya adalah jasa desain sejumlah 5.149 freelancer.
Adapun permintaan jasa pada Sribulancer berjumlah 26.364 dengan kategori pekerjaan yang paling diminati adalah jasa desain sejumlah 5.149 permintaan. Menyusul di belakangnya adalah kategori pengembangan web sejumlah 4.576 permintaan.
Di kota mana saja para freelancer berada? Data Sribulancer memperlihatkan bahwa freelancer paling banyak tersedia di Jabodetabek dengan 53.216 freelancer, Bandung 12.468, dan Surabaya 9.767.
Apa suka dan duka bekerja secara freelance? Para pekerja paruh waktu tentu memiliki segudang cerita tentang itu – dan semuanya valid. Jika ada sepuluh orang freelancer ditanya tentang susah dan senangnya bekerja paruh waktu, maka ada sepuluh cerita berbeda.
ADVERTISEMENT
Freelance itu pekerjaan yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Artinya kita sendiri yang mengatur dan menyesuaikan waktu kita. Freelancer juga bisa mengatur seberapa besar pendapatan yang akan didapatkan, karena merekalah yang menentukan mau mengerjakan banyak atau sedikit pekerjaan. Mereka bahkan bisa menentukan sendiri berapa harga untuk karya atau hasil pekerjaannya. Jika sudah memiliki reputasi yang bagus, tentu seberapa pun besar harga yang diminta pekerja paruh waktu pasti akan disanggupi klien.
Namun, menjadi pekerja paruh waktu itu banyak tantangannya, seperti tidak memiliki jenjang karier, jaminan sosial -- kecuali diusahakan sendiri – dan pendapatannya tidak tetap.
Tentang freelance, saya baru membaca sebuah serial twit dari @bizzycoy di sini. Akun ini tidak mengulas suka dan duka menjadi freelancer, pun ia tak menggambarkan tantangan menjadi pekerja paruh waktu. Ia berbagi ide inspiratif mengenai cara freelancer membantu sesama freelancer.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang disorot oleh @bizzycoy adalah perlunya seorang freelancer mengumumkan tarifnya per jam atau per proyek. Langkah ini bertujuan memudahkan calon klien menyesuaikan anggaran dan membantu freelancer lain mengira-ira berapa tarif yang sesuai dengan jasanya.
Disebutkan juga perlunya menularkan keterampilan kepada freelancer lain. Tak perlu keterampilan yang rumit, tapi justru yang sederhana, misalnya, cara menyimpan data pekerjaan di cloud server, seperti GoogleDrive, sehingga bisa diakses siapa pun yang diberi hak dan memudahkan orang bertukar data.
Yang tak kalah penting, seorang freelancer sebaiknya menyediakan diri menjadi mentor bagi feelance lain. Caranya? "Tolonglah para freelancer baru. Tak perlu banyak-banyak, cukup sediakan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka," begitu tulisnya.
Ada banyak ide lain di serial itu. Silakan baca dan renungkan. Siapa tahu sampean jadi terinspirasi untuk menjalankannya sendiri.
ADVERTISEMENT