Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Khalifah di Muka Bumi & Konsekuensinya terhadap Ekologi
20 Mei 2022 11:06 WIB
Tulisan dari Neezar GZ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara etimologi kata manusia dalam bahasa Arab al-Insan berasal dari kata 'uns yang berarti harmoni. Artinya, manusia (insan) merupakan makhluk yang diproyeksikan untuk menjaga harmonitas kehidupan antara Tuhan dengan makhluk, termasuk di antara diri manusia dengan alam semesta. Namun sayangnya tidak semua insan memahami dan merefleksikan makna tersebut dalam menjalankan perannya.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Islam, Manusia & Lingkungan (2014) dikatakan bahwa terdapat tiga fungsi dan peran manusia di bumi. Pertama, manusia sebagai makhluk bumi paling mulia (QS. 17:70). Jika dibandingkan dengan makhluk lain, manusia adalah yang paling dispesialisasikan melalui akal budi serta berbagai keahlian yang dimiliki sebagai bekal untuk menyusuri kehidupan di muka bumi.
Menyadari bagaimana kompleksnya struktur alam bisa dikatakan bahwa penciptaan alam semesta sangat ruwet, ribet, lagi sulit. Maka tidaklah mungkin alam ini diciptakan tanpa memiliki maksud dan tujuan. Lalu siapakah yang harus menelusuri tujuan yang dimaksud? Hanya manusia, satu-satunya makhluk bumi yang memiliki akal budi dan mengemban tugas untuk melakukannya.
Kedua, manusia sebagai hamba Allah (QS. 51:56). Manusia diciptakan dalam rangka untuk beribadah melalui penghambaan kepada Tuhan Yang Esa, yakni Allah SWT. Sebagai seorang hamba, manusia adalah makhluk lemah, melalui kelemahan itulah kasih sayang serta kebesaran Allah akan selalu dibutuhkan hingga kelak mencapai kehidupan sejati di akhirat. Ketiga, manusia sebagai khalifah atau pemimpin (QS. 2:30). Melalui posisi khalifah inilah manusia diberi kewenangan untuk memimpin dan mengatur kehidupan dunia dan segala isinya.
ADVERTISEMENT
Ketiga fungsi dan peran yang disebutkan di atas seharusnya disadari dan direnungkan konsekuensinya. Sekalipun manusia adalah makhluk paling mulia, semua itu tidak dimaksudkan agar manusia merasa lebih baik dan memiliki hak penuh untuk tidak menghargai makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang lain sebagaimana alam, lingkungan, hewan dan makhluk biotik yang pada dasarnya juga memiliki hak-hak yang sama.
Hakikatnya, setiap makhluk memiliki hak yang harus diimplementasikan agar tercapainya keseimbangan ekosistem berkelanjutan. Manusia seringkali berbicara soal pentingnya hak asasi manusia, padahal alam yang mencakup komponen biotik dan abiotik pun sebenarnya memiliki hak-hak yang sama. Hak-hak inilah yang sering dikesampingkan dan tidak dihiraukan oleh kebanyakan manusia karena didominasi oleh pembahasan tentang hak asasi manusia yang semakin hari semakin meningkat baik pada diskursus akademik maupun pada ruang lingkup internasional.
ADVERTISEMENT
Manusia sebagai khalifah atau pemimpin seyogyanya mempunyai visi & misi yang melindungi hak-hak "rakyatnya", dalam hal ini manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan serta tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri. Jika hanya mengutamakan kepentingan diri bukankah nantinya pemimpin tersebut akan dianggap tidak becus dalam menjalankan tupoksinya? Maka dari itu status khalifah yang telah diemban harus dijadikan tanggungjawab dan disadari konsekuensinya.
Rasa Sayang Tuhan kepada Manusia
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang diberi legitimasi oleh Allah untuk mengatur dunia dan seisinya. Sekalipun di awal penciptaan manusia, para Malaikat melakukan protes sebab kelak hanya akan membuat kerusakan dan saling menumpahkan darah (QS. 2:30). Artinya, semulia apapun manusia di muka bumi mereka akan selalu memiliki kecenderungan untuk melakukan kerusakan dan kejahatan. Namun kecenderungan negatif ini diredam oleh Allah melalui ayat-ayat Al-Qur'an serta diutusnya para Nabi pada tiap-tiap kaum (QS. 2:151).
ADVERTISEMENT
Adapun diberikannya hak mengatur alam kepada manusia perlu untuk dikaji lebih mendalam maksud dan konsekuensinya, perlu adanya tafakkur dari dalam diri masing-masing manusia. Tafakkur artinya memikirkan dan merenungkan kebesaran Allah melalui segala ciptaan-Nya yang tersebar di muka bumi. Sebab tidaklah tumbuh dedaunan dan pepohonan dari bumi kecuali memiliki kemanfaatan dan kegunaan tersendiri, hal inilah yang harus bisa dijadikan pemicu untuk terus mempelajari tujuan dari penciptaan alam semesta serta segala interaksi yang ada di dalamnya.
Sumber Kerusakan Bernama Manusia
Saat ini dapat kita amati bersama betapa alam dan lingkungan hanya dijadikan objek eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi manusia. Sama sekali tidak ada keharmonisan yang terbangun. Penggundulan hutan dimana-mana, pembukaan lahan produksi yang semena-mena, dan berbagai macam eksploitasi lainnya telah membuat manusia lupa pada hak tumbuhan untuk tumbuh, hak gunung untuk terus hijau, hak hewan terhadap habitatnya dan sebagainya. Hal ini tentunya disebabkan oleh rasa bangga diri terhadap eksistensinya yang tinggi sebagai khalifah bumi.
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk yang paling tidak tahu malu. Mereka senang pada apa yang alam berikan, bahkan mengumpulkan hasil alam secara berlebihan sampai-sampai menciptakan kerusakan. Tapi mereka tidak pernah berpikir dan merenungi, sebagai khalifah dan makhluk paling mulia di muka bumi apa yang bisa mereka berikan kepada alam dan lingkungan.
Sebagai eksistensi tertinggi di alam semesta sudah seharusnya manusia yang menyandang status khalifah memimpin kehidupan terutama yang berkaitan dengan alam menuju pada perbaikan melalui pengelolaan yang berkelanjutan (sustainable). Hal ini merupakan suatu keharusan bagi manusia dan tidak bisa ditawar lagi karena hanya manusia yang memiliki akal budi untuk menyadari semua itu.
Keberadaan alam merupakan dasar dari keberadaan serta kehidupan manusia dimana semua civitas manusia tidak pernah lepas dari alam itu sendiri. Dengan demikian, manusia sudah seharusnya merawat dasar dari keberadaan dan kehidupannya sebagai langkah pertama merawat dirinya sendiri. Merawat alam berarti merawat kehidupan karena pada dasarnya seluruh organisme yang hidup pasti membutuhkan produk-produk alam, seperti oksigen dari proses fotosintesis, kebersihan lingkungan sebagai pencegah datangnya penyakit, ataupun hanya sekedar penyegar mata melalui keindahan alam karya Sang Pencipta.
ADVERTISEMENT
Paradigma alam & lingkungan sebagai objek harus segera diubah melalui penyadaran-penyadaran dalam bentuk edukasi di lingkup akademik. Mahasiswa jangan hanya diajarkan cara mengelola alam, namun juga harus diajarkan tata cara pelestariannya karena jika menengok pada teori pertanian, lahan atau alam yang rusak tidak akan menghasilkan produk yang berkualitas, pun sebaliknya. Alam dan lingkungan harus dijadikan subjek yang juga memiliki hak-hak yang sama layaknya manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Alam harus dieksplorasi dengan berdasar pada kaidah-kaidah Agama dan Budaya, tak lupa juga melibatkan segala macam regulasi yang dibentuk oleh pemangku kebijakan. Jika ketiganya dikolaborasikan maka lingkungan yang berkelanjutan bisa untuk diwujudkan.