Paris, tu me manques

Nefertiti Hindratmo
A diplomat, learning the curves through Sesdilu 61
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2018 15:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nefertiti Hindratmo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suatu hari, dalam sesi dengan tim Kumparan, kami diminta untuk berlatih menulis populer. Caranya dengan mengunggah satu tulisan setiap minggunya di Kumparan.com. Tulisan bisa bertema apa saja. Saat itu, saya gagap menulis. Salah satu anggota tim Kumparan memberi saran “tuliskan saja pengalaman selama bapak dan ibu bertugas di luar negeri, pasti ada yang menarik”.
ADVERTISEMENT
Sejak hari itu, saya menggali terus memori saya tentang Paris. Di kota cahaya itu, saya sempat ditugaskan selama tiga tahun. Tahun pertama menjadi tahun adaptasi. Daerah di pinggiran Paris yang ramah keluarga menjadi rumah kami. Saat itu, menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerja baru, budaya yang berbeda dan rutinitas kerja yang lain menjadi fokus saya dan keluarga. Jejaring kerja dan pertemanan perlahan dibangun.
Tahun kedua, kami sudah menemukan ritme yang sesuai untuk keluarga kecil kami. Keakraban mulai terjalin dengan warga lokal dan sesama WNI di rantau. Kesibukan kerja kerap menyita waktu, tapi setiap ada waktu kosong dimana kelelahan tak terasa, dimanfaatkan untuk menjelajah kota. Tahun ketiga merupakan tahun terakhir, dimana ketika kami telah beradaptasi dengan lingkungan, warga lokal, budaya, dan segala hal yang membuat kami mulai betah dan menganggap Paris layaknya “rumah” kami, tiba-tiba panggilan untuk mutasi kembali ke Jakarta kami terima.
ADVERTISEMENT
Perasaan saya waktu itu “campur aduk”. Lega karena penugasan telah berakhir, dan sedih karena ketika kami sudah mulai nyaman, kami harus meninggalkan Paris. Awal kepulangan di Jakarta, kami mulai tenggelam dalam rutinitas seperti biasa. Namun kini banyak kenangan di Paris yang kerap saya rindukan. Nah, kalau anda berkesempatan berkunjung ke Paris, pastikan untuk mencoba beberapa hal yang saya rindukan dari Paris.
1. Metro
Metro merupakan sarana transportasi paling efisien dan efektif untuk saya. Jaringan kereta bawah tanah ini merambah hampir ke seluruh sudut Paris. Biayannya pun sangat terjangkau. Menggunakan metro juga memaksa saya berolah raga. Berjalan kaki ke stasiun metro, naik – turun tangga menuju peron dan berdiri di metro menjadi konsumsi harian. Hal ini tampaknya berkontribusi pada berat badan yang relatif stabil di Paris. Ada saatnya kepadatan metro di jam-jam sibuk terasa melelahkan, tapi tetap saja kereta bawah tanah ini menjadi pilihan utama.
Salah satu jalur metro di Paris. Foto: Wikimedia.commons
ADVERTISEMENT
2. Musim gugur di Paris
Bulan September, Paris kembali hidup ketika penduduknya kembali dari liburan musim panas. Akhir dari musim panas, menjadi awal musim gugur. Musim dimana Paris terasa semakin cantik. Lembaran daun mulai menguning, angin sejuk berhembus. Musim dingin belum menunjukkan kedigdayaannya. Pertunjukan musim gugur di Paris dapat dinikmati dengan naik kapal menyusuri sungai Seine atau berjalan ke Jardin du Luxembourg. Ada suasana magis yang mengiring penikmatnya untuk melamun dan mengkhayalkan romantisme kota cinta ini.
Musim gugur di Jardin du Luxembourg. Foto: dok. Pribadi
3. Ngopi di teras café
Ketika angin sejuk mulai berhembus, para pemilik kafe kembali. Beberapa sudut akan terkooptasi oleh bangku-bangku café yang khas. Nikmati secangkir kopi di sore hari sembari memandang orang yang lalu lalang. Kegiatan favorit ini membuat saya memperoleh inspirasi dari para penduduk Paris yang modis. Gaya berpakaian mereka disebut begitu khas sehingga memperoleh sebutan baru yakni Parisienne chic. Setiap nongkrong di teras kafe, pastikan anda punya cukup waktu, karena satu jam bisa lewat tanpa terasa. Tak perlu terburu-buru menyesap kopi, nikmati saja waktu santai ini. Di teras café ini akan terdengar berbagai jenis diskusi dan komentar dari konsumennya, mulai dari isu politik hingga curhat percintaan.
Teras Cafe de Flore, salah satu cafe terkenal di Paris yang konon sering dikunjungi Pablo Picasso. Foto: wikimedia.commons
ADVERTISEMENT
4. Boulangerie
Boulangerie merupakan toko roti yang seakan menjadi salah satu nadi kehidupan di kota Paris. Salah satu primadona di boulangerie adalah baguette. Roti yang berbentuk seperti pentungan itu seakan wajib ada dalam menu makanan. Ketika melewati boulangerie, tak ada yang mengalahkan harum baguette yang dipanggang di dalam oven. Baguette hangat yang diolesi mentega menjadi sarapan favorit. Sebegitu pentingnya baguette, terdapat aturan khusus yang mengatur berat dan harga maksimalnya. Boulangerie juga memiliki pesona lain seperti croissant, pain au chocolat (roti berisi coklat) dan lain sebagainya. Warna kuning keemasan produk boulangerie selalu berhasil mengundang pejalan kaki untuk memasuki toko sekedar mencicipi roti. Setiap orang pasti memiliki toko roti favoritnya dan setia untuk berkunjung hampir setiap hari. Setiap pagi, sembari membeli baguette atau croissant untuk sarapan, saya pasti menyempatkan waktu untuk bertegur sapa dengan pemilik atau pelayan di toko ini. Sekedar membahas cuaca yang mudah berubah atau rencana liburan tahun depan.
Baguette yang baru matang, warna keemasan dan kulitnya yang renyah seakan merayu pelanggan. Foto: pixabay.com
ADVERTISEMENT
5. Arsitektur
Beberapa kali tersesat di Paris, justru menjadi sebuah petualangan baru. Jalan-jalan kuno dipayungi bangunan-bangunan antik menjadi ladang berfoto yang tak pernah habis. Kelok jalan berbatu seakan mengantarkan kita ke era kuno. Fasad bangunannya rata-rata berwarna krem atau keabuan. Sisa-sisa kejayaan berbagai era dari gothik hingga art deco. Blusukan di Paris menawarkan aroma baru di setiap keloknya. Kenakan sepatu nyaman dan langkahkan kaki. Melelahkan? Pasti, tapi pasti membuat akun instagram menjadi lebih berwarna.
Salah satu Paris, keloknya menawarkan aura misterius yang mengundang pengunjung untuk menjelajah. Foto: dok. pribadi
Paris memang penuh warna. Ia seakan menawarkan dinamika yang berbeda.Satu saat terasa terburu-buru dikejar waktu, di saat lain terasa lamban dan mendorong kita untuk lebih santai. Nikmati Paris kalau anda punya kesempatan, luangkan waktu yang cukup karena misterinya tampak tak pernah ada habisnya.
ADVERTISEMENT