Konten dari Pengguna

E-Money dan Inflasi di Indonesia

Nela Fauziah
Seorang mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan sarjana di Universitas Pamulang dengan jurusan akuntansi.
13 Oktober 2024 16:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nela Fauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : Pexels Inflasi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : Pexels Inflasi
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan uang elektronik atau e-money di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Meskipun e-money menawarkan kemudahan dalam transaksi, seperti hanya cukup membawa handphone saat berpergian namun ada kekhawatiran yang menjadi salah satu faktor pendorong inflasi.
ADVERTISEMENT

Apakah ada hubungan antara e-money dan inflasi di Indonesia?

1. Peningkatan Transaksi dan Permintaan

E-money mempermudah transaksi sehari-hari, dari pembayaran belanja hingga tagihan. Dengan meningkatnya jumlah pengguna e-money, permintaan terhadap barang dan jasa juga meningkat. Hal ini dapat menyebabkan tekanan inflasi, terutama jika pasokan barang tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat. Ketika permintaan lebih tinggi daripada penawaran, harga cenderung naik.

2. Perubahan Pola Belanja

Penggunaan e-money mengubah pola belanja masyarakat. Transaksi yang lebih cepat dan mudah mendorong konsumen untuk berbelanja lebih banyak. Masyarakat cenderung menghabiskan lebih banyak uang ketika menggunakan e-money karena tidak merasakan "rasa sakit" yang sama seperti saat mengeluarkan uang tunai. Perilaku ini dapat meningkatkan inflasi, terutama di sektor-sektor tertentu yang lebih sensitif terhadap perubahan permintaan.

3. Ketidakstabilan Harga

E-money juga dapat berkontribusi pada ketidakstabilan harga. Dalam lingkungan di mana e-money digunakan secara luas, perubahan harga barang dan jasa dapat lebih cepat tercermin. Hal ini terjadi karena transaksi yang lebih cepat dan transparan, yang dapat menyebabkan spekulasi harga di pasar. Ketika harga naik dengan cepat, konsumen mungkin merasa perlu untuk berbelanja lebih banyak sebelum harga meningkat lebih lanjut, sehingga menciptakan siklus inflasi.
ADVERTISEMENT

4. Kebijakan Moneter dan Regulasi

Peningkatan penggunaan e-money juga berimplikasi pada kebijakan moneter. Bank Indonesia dan otoritas terkait perlu mempertimbangkan dampak e-money terhadap inflasi saat merumuskan kebijakan suku bunga dan pengaturan moneter lainnya. Jika inflasi meningkat sebagai akibat dari penggunaan e-money, bank sentral mungkin harus mengambil langkah-langkah untuk mengekang inflasi, seperti menaikkan suku bunga.
Penjelasan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian oleh Siti Rahmayuni 2019 tentang Pengaruh E-Money dan E-Commerce Terhadap Nilai Inflasi yang mengatakan "Berdasarkan hasil penelitian bahwa E-Money dan E-Commerce berpengaruh terhadap tingkat Inflasi sehingga butuh aturan yang harus diterapkan sehingga perputaran tidak terlalu cepat."
Meskipun e-money membawa banyak manfaat, seperti efisiensi dan kemudahan dalam transaksi, penting untuk menyadari bahwa penggunaannya juga dapat berkontribusi pada inflasi. Kenaikan permintaan, perubahan pola belanja, dan ketidakstabilan harga adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang bijak dari pemerintah dan otoritas keuangan untuk memaksimalkan manfaat e-money sambil meminimalkan dampak negatifnya terhadap inflasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT