Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Borderline Personality Disorder: Gangguan Kepribadian yang Ekstrem
23 November 2021 19:21 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Nerissa Putri Vanindya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah anda melihat seseorang yang tertawa terbahak-bahak lalu tiba-tiba ia berubah menjadi sangat marah? Ternyata fenomena ini merupakan gangguan kepribadian yang lazim ditemukan di sekitar kita. Lantas apa yang menjadikan emosi seseorang seperti roller coaster? Sebelum kita masuk ke pembahasan, mari kita pelajari terlebih dahulu apa itu emosi.
ADVERTISEMENT
Tentang emosi
Setiap manusia pasti memiliki emosi, baik itu emosi negatif maupun emosi positif. Secara umum emosi adalah keadaan yang timbul karena situasi tertentu dan cenderung berkaitan dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance). Perilaku tersebut pada umumnya disertai dengan adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Sederhananya, emosi adalah suatu bentuk reaksi yang menghasilkan ekspresi dari perasaan yang sedang kita alami kepada seseorang atau suatu hal, dan biasanya menunjukkan gejala-gejala kejasmanian. Contoh gejala kejasmanian yaitu seperti perubahan tekanan darah, perubahan raut muka, intonasi suara, tatapan mata, dsb.
Apa itu emosi negatif dan emosi positif?
Emosi digolongkan menjadi dua, yakni emosi negatif dan emosi positif. Emosi negatif adalah perasaan negatif yang kurang menyenangkan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Emosi negatif juga dapat memengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungan sekitarnya, karena emosi negatif dapat merusak dan merenggangkan hubungan antara individu dengan orang lain. Contoh dari emosi negatif yaitu amarah, kebencian, kesedihan, kecemasan, dan ketakutan. Apabila emosi negatif ini dilakukan secara berlebihan, maka akan menimbulkan adanya konflik dan asumsi negatif dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Sedangkan emosi positif merupakan emosi yang mendatangkan perasaan positif. Emosi positif menghasilkan perasaan menyenangkan dan membawa dampak positif bagi diri kita dan juga orang lain. Emosi positif seperti bahagia, damai, ceria secara tidak langsung akan memengaruhi orang lain, karena emosi positif seperti kebahagiaan biasanya menular kepada orang lain. Contohnya, ketika seorang anak senang karena memenangkan sebuah kompetisi, maka kedua orang tuanya pasti turut merasa bahagia dan bangga.
Mengenal kepribadian ambang
Tetapi kenyataannya, terdapat beberapa orang yang memiliki emosi tidak stabil. Ketidakstabilan emosi ini disebabkan dari berbagai faktor, bisa dari faktor lingkungan, stres yang parah, efek obat-obatan tertentu, pola asuh keluarga, dan banyak lagi. Ketidakstabilan emosi dapat menimbulkan masalah kesehatan mental yang disebut sebagai gangguan kepribadian ambang/borderline personality disorder.
ADVERTISEMENT
Gangguan kepribadian ambang merupakan suatu gangguan kejiwaan yang ditandai dengan adanya ketidakstabilan emosi, suasana hati, dan kesulitan mengendalikan perilaku. Salah satu gangguan kepribadian yang banyak ditemui dalam praktik layanan psikiatri maupun psikologi adalah gangguan kepribadian ambang (Akin, Kose, & Cetin, 2017). Kebanyakan pengidap dari gangguan ini adalah perempuan, karena perempuan memiliki kecenderungan 3 kali lipat lebih rentan dibandingkan laki-laki.
Apa saja gejala yang timbul?
Gejala dari kepribadian ambang biasanya terlihat pada saat seseorang menginjak usia remaja akhir atau dewasa awal. Seseorang yang mengidap kepribadian ambang biasanya kebingungan akan identitas dirinya. Adanya pergantian suasana hati yang ekstrem dapat memicu individu untuk melakukan perbuatan yang tidak seharusnya, seperti menyakiti diri sendiri hingga mengakhiri hidup. Hal ini terkadang membuat pengidap kepribadian ambang kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Individu dengan gangguan ini juga sering berperilaku impulsif seperti binge eating, melakukan pemborosan uang, bahkan sampai mengonsumsi obat-obatan terlarang.
ADVERTISEMENT
Adapun gejala-gejala yang menunjukkan bahwa individu mengalami borderline personality disorder, seperti:
Selain itu, individu dapat juga mengalami gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia nervosa.
Apa penyebab seseorang mengalami borderline personality disorder?
Trauma pada masa kecil merupakan faktor utama penyebab gangguan ini. Pengalaman traumatis memiliki beberapa bentuk seperti kekerasan fisik, verbal, seksual, pengabaian, dan perpisahan atau kehilangan figur orang tua di masa kehidupan awal (Kulacaoglu & Kose, 2018). Kekerasan fisik dan seksual yang dialami pada saat anak-anak menjadi pemicu terjadinya kepribadian ambang. Anak yang kerap menerima kekerasan akan beranggapan bahwa ia tidak berharga.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya individu menganggap jika terjadi masalah maka kekerasan adalah jalan keluarnya, dan ia tidak segan untuk menyakiti dirinya sendiri untuk meluapkan amarahnya jika mengalami permasalahan.
Selain penyebab yang telah disebutkan di atas, pola asuh yang salah dan faktor genetik ternyata juga dapat menyebabkan seseorang mengidap kepribadian ambang, apabila ada saudara atau keluarga yang juga mengalami gangguan kepribadian ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BPD (Borderline Personality Disorder) diakibatkan karena terdapat perubahan pada bagian di otak yang berfungsi dalam mengontrol emosi, impulsif, dan agresi seseorang. Penyusutan hormon serotonin pada otak juga berhubungan dengan BPD karena serotonin memiliki andil dalam mengatur suasana hati.
Penyembuhan untuk individu yang memiliki gangguan kepribadian ambang/borderline personality disorder
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengidap gangguan ini dapat melakukan beberapa pengobatan seperti psikoterapi, obat-obatan, dan perawatan di rumah sakit jika dibutuhkan. Beberapa terapi yang dapat dilakukan seperti :
1. DBT (Dialectical Behavior Therapy)
DBT merupakan terapi kognitif yang biasa digunakan untuk gangguan psikologis yang sulit untuk disembuhkan (Dimeff & Linehan, 2001). Terapi ini mengajarkan pengidap BPD untuk mengendalikan serta mengatur emosi, memberikan motivasi agar dapat menoleransi masalah yang dialami, dan membantu memulihkan hubungan sosial yang telah renggang.
2. MBT (Mentalization-Based Therapy)
MBT merupakan terapi yang penerapannya menggunakan metode berpikir sebelum mengambil keputusan agar pengidap BPD dapat memahami konsep dan risiko yang akan dilakukannya. Terapi ini membantu pengidap BPD agar lebih memahami perasaannya sendiri saat dihadapkan dengan suatu masalah.
ADVERTISEMENT
3. Schema-Focused Therapy
Terapi ini membantu pengidap BPD untuk mengenali kebutuhan yang tidak diterima selama hidupnya, di mana hal ini dapat menimbulkan perilaku yang negatif. Terapi ini berfokus agar pengidap dapat memperoleh kebutuhan tersebut dan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
Pencegahan yang dapat dilakukan
Kita dapat menghindari gangguan kepribadian ambang dengan memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri, selalu berpikir optimis, tidak ragu dalam menghadapi sesuatu, tidak takut akan kegagalan, dan apabila memiliki masalah lebih baik menceritakannya kepada orang terdekat, karena dengan memendam perasaan dan emosi dapat mengakibatkan diri kita menjadi tertekan.
Daftar Pustaka
Kusumawardhani, A. (2007). Neurobiologi gangguan kepribadian ambang: Pendekatan biologis perilaku impulsif dan agresif. Majelis Kedokteran Indonesia, 57(4), 123-128.
ADVERTISEMENT
Raharja, T., Jusup, I. (2021). Pasien depresi dengan gangguan kepribadian borderline yang mendapatkan terapi psikofarmaka dan terapi psikodinamik. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 3(1), 1-12. http://jurnal.rs-amino.jatengprov.go.id/index.php/JIKJ/article/view/27
Sari, R, K, L, N., Hamidah., Marheni, A. (2020). Dinamika psikologis individu dengan gangguan kepribadian ambang. Jurnal Psikologi Udayana, 7(2), 16-23. doi : 10.24843/JPU.2020.v07.i02.p02
Wibhowo, C., Andromeda, K., Siek., Santoso, G, J. (2019). Trauma masa anak, hubungan romantis, dan kepribadian ambang. Jurnal Psikologi, 46(1), 63-71. 63-71. http://repository.unika.ac.id/id/eprint/19823
Wibhowo, C. (2016). Faktor penyebab kepribadian ambang. Psikodimensia, 15(1), 107-122. https://doi.org/10.24167/psiko.v15i1.594