Mengenal Dr. Widjo yang Dipanggil Polisi karena Penelitian Tsunami

9 April 2018 20:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
36
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr. Widjo Kongko (Foto: Fb @Widjo Kongko)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Widjo Kongko (Foto: Fb @Widjo Kongko)
ADVERTISEMENT
Nama Dr. Widjo Kongko kini tengah ramai diperbincangkan publik. Bahkan, saat ini Polda Banten akan memanggilnya untuk memberikan klarifikasi terkait penelitian Widjo yang dianggap meresahkan.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, dalam sebuah seminar tertanggal 3 April, Widjo yang merupakan ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menyampaikan pemaparannya yang bertajuk "Potensi Tsunami Jawa Barat". Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan potensi ketinggian tsunami yang dihasilkan dari sejumlah skenario pemodelan.
Dari sejumlah skenario itu, dia mendapatkan beberapa kota di bagian barat Pulau Jawa bisa terkena tsunami. Dari hasil penelitiannya, diduga Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, akan menjadi wilayah dengan ancaman tsunami terbesar. Jika terjadi tsunami di sana ombaknya diperkirakan setinggi 57 meter dan sampai ke daratan dengan waktu setidaknya enam menit.
Dari pemaparan itu, muncul pemberitaan soal potensi tsunami yang merujuk pada omongan Widjo. Alhasil, Widjo pun menjadi bahan omongan.
Dr. Widjo Kongko (tengah). (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Widjo Kongko (tengah). (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
Lantas siapa sosok Widjo sebenarnya?
ADVERTISEMENT
Saat ini, pria kelahiran Banyumas Juli 1967 silam menjabat sebagai Kepala Seksi Program dan Jasa Teknologi Balai Teknologi Infrastruktur dan Dinamika Pantai, BPPT. Dia mulai aktif bekerja di BPPT sejak tahun 1997.
Saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Widjo mengungkap ketertarikannya meneliti tsunami karena melihat adanya peluang di Indonesia.
"Di Indonesia kan banyak gempa ya. Gempa di laut juga banyak ya saya kira. Nah kemudian karena gede-gede itu jadi banyak tsunami. Tapi, yang meneliti itu sedikit. Saya pada dasarnya memang suka air," cerita Widjo, Senin (9/4).
Semasa berkarier, Widjo tercatat sudah menghasilkan 30 penelitian lebih. Karya-karya Widjo banyak dijadikan rujukan oleh banyak pihak. Di antara 3 karya Widjo yang telah dikutip lebih dari 100 kali antara lain, A 1,000-year sediment record of tsunami recurrence in northern Sumatra; Extreme runup from the 17 July 2006 Java tsunami; dan Northwest Sumatra and offshore islands field survey after the December 2004 Indian Ocean tsunami.
ADVERTISEMENT
Menyinggung soal penelitiannya, Widjo mengungkap potensi tsunami 57 meter yang ia maksud bisa saja terjadi.
"Potensi itu kan energi yang tersimpan. Bisa terjadi, tapi masalahnya kita enggak tahu kapan," lanjut Widjo.
Dilihat dari latar belakang pendidikannya, Widjo sendiri Insinyur Teknik Sipil Hidro di Universitas Gadjah Mada tahun 1992. Dia kemudian melanjutkan pendidikan masternya di Iwate University, Jepang tahun 2002. Dua tahun berselang, dia berhasil merengkuh gelar Master Teknik (M.Eng.) pada bidang Teknik Sipil.
Tak hanya berhenti di situ, tahun 2007 Widjo menempuh pendidikan doktoralnya di Leibniz Universitaet Hannover, Jerman. Kala itu, dia mengambil konsentrasi Coastal Engineering. Pada tahun 2012, Widjo akhirya berhasil meraih gelar doktor.
Kini, setelah penelitiannya ramai menjadi perbincangan, Widjo mengaku perasaannya campur aduk.
ADVERTISEMENT
"Ini kan katanya meresahkan masyarakat, tapi sudah permohonan maaf dari BPPT. Itu dari BPPTnya, kalau saya kan hanya memaparkan saja. Kalau kajian kan enggak keliru," pungkasnya.
Terlepas dari Widjo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hal selaras. Masyarakat diminta supaya tidak resah dengan hasil penelitian tersebut.
"Itu bukan prediksi tapi potensi dari hasil modeling. Adanya media yang salah menuliskan akhirnya jadi meresahkan," ungkap Sutopo.