Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Alternatif Sekolah Garuda, Pakar IPB Usulkan “Kelas Garuda”, Apa Bedanya?
8 Mei 2025 14:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Wacana pendirian Sekolah Garuda sebagai lembaga pendidikan unggulan bagi siswa-siswi terbaik Indonesia memunculkan berbagai tanggapan dari kalangan akademisi dan pemerhati pendidikan.
ADVERTISEMENT
Meskipun tujuannya mulia, yakni menyiapkan generasi cerdas yang mampu bersaing di perguruan tinggi terbaik dunia, sejumlah catatan penting turut disampaikan.
Prof Sofyan Sjaf, Pakar Sosiologi Pedesaan IPB University mengatakan, konsep Sekolah Garuda memang menarik. Ia dirancang untuk menampung putra-putri terbaik bangsa yang memiliki kapasitas intelektual di atas rata-rata.
“Namun, pendirian sekolah ini tidak bisa dilepaskan dari tantangan besar, baik dari segi kelembagaan, infrastruktur, maupun anggaran negara," ucap Prof Sofyan.
Menurutnya, pendirian lembaga baru semacam Sekolah Garuda membutuhkan proses adaptasi, pembentukan struktur organisasi, serta pembangunan sarana fisik. Hal ini tentu akan menguras energi dan biaya negara, apalagi di tengah semangat efisiensi anggaran seperti saat ini.
Sebagai alternatif, Prof Sofyan menawarkan pendekatan yang lebih efisien melalui pembentukan “Kelas Garuda” di sekolah-sekolah unggulan yang telah ada.
ADVERTISEMENT
“Kita sudah memiliki banyak sekolah negeri dan swasta dengan reputasi akademik tinggi, sekolah-sekolah ini bisa menjadi basis kelas garuda dengan penyesuaian tematik," tambahnya.
Model Kelas Garuda yang diusulkan Prof Sofyan berupa sistem seleksi nasional berbasis minat dan bakat, yang kemudian menyaring siswa sesuai dengan kekuatan akademik masing-masing, seperti matematika, fisika, biologi, atau ilmu sosial. Siswa-siswa terpilih akan ditempatkan di sekolah yang sudah unggul dalam bidang tersebut, tanpa harus membangun sekolah baru.
"Daripada mendirikan institusi baru, akan lebih efisien jika negara bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang sudah ada. Infrastruktur tidak perlu dibangun dari nol, cukup ditingkatkan, seperti laboratorium atau fasilitas khusus lainnya," jelasnya.
Hal terpenting, Prof Sofyan menegaskan bahwa akses terhadap pendidikan unggulan tidak boleh hanya diperuntukkan bagi kalangan ekonomi atas.
ADVERTISEMENT
"Kita harus memastikan bahwa anak-anak dari keluarga kelas bawah juga memiliki kesempatan yang sama, melalui proses seleksi yang adil dan transparan," katanya.
Dalam hal ini, ia juga menyinggung program Sekolah Rakyat yang ditujukan bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem. Menurutnya, program ini sangat penting dan harus didukung dengan sistem pendataan yang akurat agar tepat sasaran.
"Prinsipnya, Sekolah Garuda dan Sekolah Rakyat sama-sama penting. Yang membedakan adalah segmentasi peserta didiknya,” ungkap Prof Sofyan.
Sekolah Garuda diperuntukan untuk anak-anak dengan kapasitas intelektual unggul, sedangkan Sekolah Rakyat untuk menjamin hak pendidikan bagi masyarakat miskin ekstrem sesuai amanat Pasal 31 UUD 1945.
“Dengan sistem seleksi yang ketat, transparan, dan bebas dari praktik nepotisme, Kelas Garuda dapat menjadi solusi strategis dan hemat biaya untuk mencetak generasi emas Indonesia di masa depan,” tutupnya. (AS)
ADVERTISEMENT