Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Belangkas Hadapi Kepunahan, Pakar IPB Beri Solusi Selamatkan ‘Hewan Purba’ Ini
9 Mei 2025 10:50 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah mendengar tentang belangkas? Hewan purba berbentuk unik ini masih hidup di pesisir Indonesia. Umumnya, masyarakat mengenalnya dengan berbagai nama seperti mimi, mintuna, kepiting ladam, atau horseshoe crab.
ADVERTISEMENT
Belangkas merupakan fosil hidup yang hanya terdiri dari empat spesies di dunia, tiga di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu Tachypleus gigas, Tachypleus tridentatus, dan Carcinoscorpius rotundicauda.
Prof Yusli Wardiatno, Pakar Biologi Perairan IPB University, mengungkap bahwa populasi belangkas menurun akibat kerusakan habitat, eksploitasi telur dan darahnya, serta tangkapan sampingan para nelayan.
“Di beberapa daerah, telur belangkas dikonsumsi sebagai bagian dari tradisi lokal. Darahnya yang berwarna biru juga bernilai tinggi dalam industri biomedis karena kandungan hemocyanin-nya,” lanjut Prof Yusli.
Ia menambahkan, “Namun di balik manfaatnya, ancaman terhadap belangkas makin nyata. International Union for Conservation of Nature (IUCN) bahkan telah menetapkan Tachypleus tridentatus yang tersebar di wilayah Kalimantan Timur (Balikpapan), Sulawesi bagian Utara dan Maluku sebagai spesies yang terancam punah.”
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia telah memasukkan ketiga spesies belangkas dalam daftar satwa yang dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 20 Tahun 2018.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University ini mengusulkan sejumlah upaya pelestarian hewan ini. Di antaranya dengan pembentukan kawasan konservasi, penangkaran semi-alami, serta edukasi masyarakat.
“Salah satu inisiatif penting tengah berlangsung di Ketapang, Tangerang. Di lokasi ini, pemulihan ekosistem mangrove memicu kembalinya belangkas ke wilayah tersebut,” ungkapnya.
Jika tidak segera dilestarikan, bukan tidak mungkin belangkas hanya akan tinggal nama dalam buku sejarah. “Mari kita bergerak bersama menyelamatkan fosil hidup ini bagi keseimbangan alam, warisan hayati, dan masa depan generasi mendatang,” ajak Prof Yusli. (Fj)