Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Dekan Fahutan IPB Sebut Rimbawan Juga Perlu Softskill di Era Krisis Iklim
4 April 2023 13:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peran rimbawan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak perubahan iklim sangat penting. Dr Naresworo Nugroho, Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University mengatakan, rimbawan tidak hanya membutuhkan hardskill, tetapi juga softskill.
ADVERTISEMENT
“Peran rimbawan juga semakin dibutuhkan dalam program pemerintah, antara lain Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030. Aktivitas rencana operasional program ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) di seluruh wilayah Indonesia untuk mencapai target penurunan emisi karbon,” katanya dalam Diskusi Daring: Ngolak Bareng Forest Digest ‘Masa Depan Rimbawan di Era Krisis Iklim’, (31/3).
Maka dari itu, lanjut Dr Naresworo, Fahutan IPB University menyusun kurikulum pengajaran khusus rimbawan di IPB University. Dengan kian meningkatnya isu-isu lingkungan, branding Fahutan IPB University juga tidak hanya berfokus di sekitar kehutanan saja. Isu terkait perubahan iklim, biodiversitas dan lainnya turut dilibatkan.
“Fahutan IPB University tidak hanya mengarahkan pembelajaran monodisiplin, tapi juga multidisiplin. Kepedulian sosial menjadi salah satu softskill yang diperlukan oleh mahasiswa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, mahasiswa sebagai rimbawan juga perlu mengasah kemampuan komunikasi dan kepemimpinan, tidak hanya ilmu kehutanan saja. Terlebih, di lapangan, lulusan akan bertemu dengan masyarakat lokal dan berbagai konflik yang menyelimutinya.
“Oleh karenanya, mahasiswa dituntut pula untuk berpikir kritis, kreatif, mampu kolaborasi dan siap berkarir,” tegas Dr Naresworo. Ia berharap, lulusan Fahutan IPB University akan terjun di sektor yang lebih luas, tidak hanya di sektor kehutanan, melainkan juga berhubungan lingkungan.
“Di era krisis iklim, rimbawan harus memiliki kemampuan ini, karena hanya SDM berkualitas yang dapat mengawal proses mitigasi iklim agar berjalan dengan baik. Salah satunya dengan kurikulum Fahutan IPB University yang membekali mahasiswa hardskill dan softskill sehingga menjadi lulusan yang adaptif dan tangguh bekerja di area hutan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kurikulum tersebut, mahasiswa Fahutan IPB University dibekali kompetensi ilmu dasar berbasis lingkungan yang sejalan dengan prinsip ilmu kehutanan, ‘preserve the forest, protect the future’.
“Fahutan IPB University berupaya merombak stigma ilmu kehutanan yang dinilai merusak menjadi melestarikan. Bisnis kehutanan sejatinya berlandaskan pada Sustainable Forest Management. Ilmu kehutanan yang diajarkan menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan dan kelestarian alam,” tambahnya.
Ilmu dan bisnis kehutanan, kata Dr Naresworo, menjunjung nilai konservasi yakni pemanfaatan, pelestarian dan perlindungan sebagai satu paket komplit. “Tidak ada material hutan yang mubazir, semuanya dimanfaatkan sebagai material hijau dan stok karbon dalam menanggapi krisis iklim,” sebut dia.
Ia menambahkan, walau frekuensi praktik lapang berkurang akibat pandemi, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan peluang besar agar mahasiswa dapat mempraktikan ilmunya di luar program studi. “Melalui MBKM, mahasiswa dapat mengasah softskill dan hardskillnya sesuai minat dan bakat dengan berbagai program pengayaan,” pungkasnya. (MW)
ADVERTISEMENT