Konten dari Pengguna

Departemen MSP IPB Hadirkan Ahli Fishway dari Australia untuk Konservasi Aquatic

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
5 Juni 2023 8:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Departemen MSP IPB Hadirkan Ahli Fishway dari Australia untuk Konservasi Aquatic
zoom-in-whitePerbesar
Departemen MSP IPB Hadirkan Ahli Fishway dari Australia untuk Konservasi Aquatic
ADVERTISEMENT
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University selenggarakan kuliah umum bertajuk ‘Tema Importance of Fishway to Maintain Aquatic Biodiversity’. Kegiatan tersebut menghadirkan Prof Lee Baumgartner, Executive Director of Gulbali Institute for Agriculture, Water and Environment, Charles Sturt University (CSU), New South Wales-Australia.
ADVERTISEMENT
“Mempertahankan biodiversitas perairan merupakan salah satu kompetensi Departemen MSP IPB University,” ujar Ketua Departemen MSP IPB University, Prof Hefni Effendi. Kuliah ini merupakan salah satu aktivitas kerjasama antara MSP IPB University dengan CSU dan Pusat Riset Konservasi Sumberdaya Laut dan Perairan Tawar, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Prof Lee membawakan kuliah berjudul ‘Pushing Fish Uphill-Opportunities for Recovering Fisheries in the Oceania Region’. Terdapat empat bagian materi yang dipaparkannya; pertama terkait ‘All Fish Are Important and All Fish Migrate’. Pada bagian ini, Prof Baumgartner menarik perhatian peserta dengan kekayaan biodiversitas ikan di Indonesia.
“Terdapat kurang lebih 1.000 spesies ikan air tawar di Indonesia. Beberapa jenis memerlukan migrasi melewati sungai dari hulu ke hilir atau sebaliknya untuk melengkapi daur hidupnya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pada bagian kedua, ia memaparkan mengenai ‘River Development Can Impact Both Salt And Freshwater Fish’. Ia berpadangangan, pembangunan bendung irigasi dapat mengganggu proses migrasi ikan.
“Penghalangan ini bagi ikan berupa penghalang tingkah laku yang disebabkan perubahan berbagai kondisi lingkungan perairan seperti suhu, cahaya, oksigen terlarut dan cemaran kimiawi. Contohnya adalah penurunan jumlah ikan di Murray Darling River Basin-Australia, penurunan jumlah ikan Chinook salmon di USA serta penurunan jumlah glass eels (larva ikan sidat) di Indonesia,” urainya.
Bagian ketiga berjudul It is possible to reconstruct swimways, fishways are a solution. Ditekankannya bahwa penghalang yang ada bukan berarti harus disingkirkan, akan tetapi dapat diperbaiki.
“Ada solusi untuk membantu ikan bermigrasi. Kuncinya adalah kita harus mempelajari seluruh siklus hidup ikan untuk membangun suatu fishway atau jalur ikan. Dengan demikian setiap spesifikasi dan jenis fishway yang akan dibangun harus sesuai dengan ikan target dan hidrologi sungai,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Bagian terakhir, Prof Lee menyampaikan materi berjudul ‘reinstating Fish Passage is not Quite Enough to Recover Fisheries’. Menurutnya, jalan keluar yang dilakukan untuk memperbaiki perikanan perlu terintegrasi pada level daerah aliran sungai (DAS) agar dapat memperbaiki biodiversitas ikan di sungai.
Dr Arif Wibowo, Kepala Pusat Riset Konservasi Sumberdaya Laut dan Perairan Tawar, BRIN menambahkan, dengan terbitnya Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan. Instuksi tersebut dinilainya dapat memperkuat perlunya fishway untuk melengkapi infrastruktur yang dibangun di sungai.
Pada webinar tersebut hadir juga Dr Caroline Turner (Programme Manager Food and Agriculture Organization); Dr Chris Barlow (Adjunct Research Profesor-CSU); PhD candidate Dwi Atminarso dan Vitas Atmadi Prakoso, MS. Kuliah umum dipandu oleh Dr Majariana Krisanti dan dihadiri ratusan peserta yang hadir baik secara luring maupun daring. Mereka yang hadir antara lain mahasiswa magister dan doktor dari Program Studi (Prodi) Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP), Prodi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL), Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) serta sejumlah praktisi dari industri, pemerintahan dan lembaga swadaya masyarakat. (MYK/AAY/Rz).
ADVERTISEMENT