Departemen PSP FPIK IPB Isi Bulan Ramadan dengan Mengkaji Ayat-Ayat Kauniyah

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
14 April 2023 13:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Departemen PSP FPIK IPB Isi Bulan Ramadan dengan Mengkaji Ayat-Ayat Kauniyah
zoom-in-whitePerbesar
Departemen PSP FPIK IPB Isi Bulan Ramadan dengan Mengkaji Ayat-Ayat Kauniyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mengisi bulan suci dengan menggelar kegiatan Bincang Ramadan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 8 seri secara online via zoom, setiap Senin dan Kamis sore menjelang buka. Bincang Ramadan berupa kajian ayat-ayat Kauniyah.
ADVERTISEMENT
Pada Bincang Ramadan Seri Perdana, Prof Ari Purbayanto memaparkan materi ‘Bumi yang Dimudahkan untuk Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya’. Ia mengutip salah satu surat dalam Al Quran yang menyatakan bahwa keberadaan bumi diperuntukkan untuk kebutuhan manusia.
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan kami pancangkan padanya gunung-gunung serta kami tumbuhkan disana segala sesuatu menurut ukuran,” ujarnya mengutip Surat Al Hijr ayat 19.
Prof Ari menambahkan, di beberapa surat telah dijelaskan bahwa kemudahan yang diberikan Allah SWT terdapat baik di darat, laut, maupun perut bumi. Bentuk kemudahan di darat seperti fotosintesis tumbuhan yang menyediakan sumber oksigen bagi semua makhluk hidup.
“Kemudahan di laut yaitu adanya angin darat dan angin laut yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan. Dari perut bumi ada kandungan minyak bumi yang bermanfaat bagi manusia,” ungkapnya. Prof Ari menegaskan, kemudahan-kemudahan tersebut harus diimbangi dengan usaha manusia untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dr Iin Solihin pada seri kedua menyampaikan materi ‘Pelajaran dari Umat Terdahulu’. Ia mengatakan, Al Quran merupakan kisah terbaik. Ada sekitar 1.600 ayat yang menyampaikan kisah sejarah, seperti kisah para nabi (Nabi Nuh, Hud, Saleh, dan nabi-nabi lainnya), kisah pribadi yang bukan nabi (Lukmanul Hakim, Maryam Ashabul Kahfi dan Zulkarnain), serta peristiwa di masa Rasulullah SAW (Perang Uhud, Hunain, Badar, serta Perang Bani Nadhir dan Isra Mi'raj).
“Kisah yang dijelaskan dalam Al Quran terbagi menjadi 4 karakteristik. Pertama, peristiwa yang benar-benar terjadi. Kedua, kisah-kisah yang sejalan dengan kehidupan manusia. Ketiga, kisah-kisah terdahulu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang berakal. Serta keempat, kisah-kisah dalam Al Quran merupakan kisah yang sering diulang ulang. Pengulangan kisah sebagai hikmah untuk menguatkan akidah dan memperluas sudut pandang,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Dr Iin menambahkan, kisah-kisah tersebut dapat dijadikan sebagai pengajaran. Penyampaian kisah dalam Al Quran juga ditujukan agar meneguhkan hati serta sebagai petunjuk bagi kaum beriman dalam menjalani kehidupan.
Adapun, Bincang Ramadan seri ke-3 diisi Prof Tri Wiji Nurani dengan materi 'Memahami Alam dari Perspektif Sistem’. Menurutnya, ada tiga hal yang bisa dipahami dari keberadaan alam semesta, yaitu adanya tujuan, keterkaitan dan keterpaduan, serta pengendalian.
“Allah SWT menciptakan alam semesta dengan tujuan, di antaranya ada dalam [QS. Ali Imron: 190-191], [QS. Al Ahqaf: 3], [QS. Ad Dukhan: 38-39], [QS. Az Zumar: 5] dan [QS. Shad: 27]. Penciptaan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya diciptakan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Prof Tri menambahkan, Allah SWT telah menciptakan alam semesta dalam keteraturan. Allah SWT menurunkan hujan serta dihembuskan angin menurut perintah-Nya. Allah SWT juga menciptakan alam semesta dalam suatu keterpaduan. Allah SWT telah menciptakan alam semesta ini untuk kehidupan manusia dan tersedia berbagai sumber makanan di bumi.
“Penciptaan alam semesta dilakukan agar manusia bersyukur, tetapi manusia cenderung membuat kerusakan. Manusia diberikan dua pilihan sebagai bekal untuk kembali kepada-Nya. Barangsiapa mengerjakan amal saleh, itu adalah untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, hal itu akan menimpa dirinya sendiri,” pungkasnya. (TWN/Rz)