news-card-video
5 Ramadhan 1446 HRabu, 05 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Dewan Guru Besar IPB University Bedah Buku Dark Academia How Universities Die

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
14 September 2021 9:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dewan Guru Besar IPB University Bedah Buku Dark Academia How Universities Die
zoom-in-whitePerbesar
Dewan Guru Besar IPB University Bedah Buku Dark Academia How Universities Die
ADVERTISEMENT
Dalam Statuta, IPB University memiliki tugas untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dewan Guru Besar (DGB) IPB University mempunyai kewenangan untuk memberikan pencerahan dan menjaga nilai-nilai luhur IPB University.
ADVERTISEMENT
“Budaya akademik, etika akademik dan integritas moral civitas akademika adalah bagian dari nilai-nilai luhur tersebut,” jelas Prof Evy Damayanthi, Ketua Dewan Guru Besar (DGB) IPB University dalam acara bedah buku "Dark Academia How Universities Die" karya Peter Fleming, (10/9).
Dalam kegiatan yang digelar oleh Komisi A DGB IPB University, buku karya Fleming dibahas oleh beberapa pakar dari dalam maupun luar negeri.
Menurut Dr Zulfan Tadjoeddin, alumni IPB University yang saat ini menjadi akademisi di Western Sydney University, Peter Fleming mengutuk dunia yang telah membesarkannya.
“Menurut observasi saya, mungkin Indonesia lebih Fleming daripada Fleming. Artinya semua tren yang digambarkan oleh Fleming, professor di University Technology Sydney, itu terjadi juga di perguruan tinggi di Indonesia,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Prof Arya Hadi Dharmawan, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University menambahkan bahwa kata kunci dari buku ini adalah korporatisasi perguruan tinggi. Utamanya terjadi di Inggris, Amerika, Australia dan Asia.
“Menurut Fleming, dalam bukunya, pasar di era neo classical economy tidak berhasil mengangkat peradaban. Hanya berpihak kepada segolongan kecil saja yang diuntungkan,” ungkap Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB University ini.
Dalam buku tersebut, ia menambahkan, Fleming mengungkap fenomena neoliberalisasi perguruan tinggi dengan gejala korporatisasi. Ada tiga ciri pokok yaitu posisi politis universitas mengalahkan posisi partai kiri di hadapan penguasa, universitas-universitas berada di dalam situasi kompetisi dengan sesamanya dan komersialisasi serta birokratisasi kehidupan kampus sangat jelas terjadi.
“Apa yang dicari adalah posisi teratas dan terkenal. Publikasi jurnal bereputasi menjadi ukuran kesuksesan karir seorang akademisi di universitas. Komersialisasi dan birokratisasi kehidupan kampus sangat jelas terjadi. Sehingga beban pembayaran kuliah oleh mahasiswa meningkat,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Prof Hariadi Kartodihardjo, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University menerangkan bahwa pengaruh pasar sudah menembus perguruan tinggi.
“Saya yakin pasar yang kita maksud ini lebih luas. Bukan hanya persoalan tentang hubungan-hubungan yang menghasilkan komoditas dan keuntungan saja tetapi juga pasar politik,” imbuhnya.
Dalam kesimpulannya, Prof Evy menambahkan, “Ketika gelombang globalisasi lebih membuat kita berpikir kuantitatif untuk bersaing di kancah internasional, kita lupa ada bagian yang harus menjadi tanggung jawab kita. Pendidikan itu untuk mensejahterakan masyarakat. Harusnya publikasi berdampak pada kesejahteraan masyarakat.”
Menurutnya, produk knowledge yang dihasilkan perguruan tinggi seharusnya bisa didiseminasikan ke masyarakat. "Kalau kita fokus kepada industri, maka siapa yang akan memikirkan masyarakat yang termarjinalkan kalau bukan pendidikan tinggi,” simpul Prof Evy. (pera/Zul)
ADVERTISEMENT