Diskusi Mahasiswa IPB University Bersama Presiden Indonesia Institute

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
4 April 2023 10:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Diskusi Mahasiswa IPB University Bersama Presiden Indonesia Institute
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Mahasiswa IPB University Bersama Presiden Indonesia Institute
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua mahasiswa IPB University, M Ficky Haris Ardiansyah dan Apriyani melakukan diskusi bersama Presiden Indonesia Institute, Robbie Gaspar, beberapa waktu lalu. Diskusi ini membahas tentang position paper reformasi penguatan visa Indonesia ke Australia. Pasalnya, selama ini warga Indonesia mengalami kesulitan untuk bepergian ke Australia karena kendala di perizinan visa.
ADVERTISEMENT
Indonesia Institute adalah lembaga swadaya masyarakat di Western, Australia yang aktif mempromosikan hubungan Indonesia-Australia. Indonesia Institute sudah mengeluarkan position paper untuk penguatan dan reformasi visa Indonesia ke Australia.
“Masyarakat Indonesia masih kesulitan untuk bisa mengunjungi Australia akibat masalah visa. Ada sekira 600.000 visa Indonesia ke Australia yang belum diterbitkan lebih dari 12 bulan meskipun telah dibayar. Proses penerbitan visa yang sangat lama ini bahkan ada yang melewati tenggat waktu travel pemberangkatan,” ungkap Robbie.
Masalah ini, sebut dia, mengakibatkan rendahnya kepercayaan masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke Australia. Hal itu turut berdampak negatif dari sisi ekonomi karena menurunnya kunjungan turis.
Robbie menambahkan, upaya reformasi untuk perubahan persyaratan dan pelayanan visa Indonesia ke Australia perlu segera dilakukan. Oleh karena itu, Indonesia Institute dalam Position Paper-nya mengusulkan beberapa perubahan. Yaitu tersedianya jaminan uang kembali bagi pembuat visa yang mengalami keterlambatan dan membuat sistem pembuatan visa yang transparan.
ADVERTISEMENT
“Perlu juga dibuat teknologi yang dapat mempercepat aplikasi visa menggunakan Artificial Intelligence. Selain itu, biaya visa yang lebih murah dan aplikasi pembuatan visa online yang lebih cepat bagi warga Indonesia dengan kriteria tertentu,” usulnya. Robbie menyebut, pihaknya siap terlibat untuk mendukung gagasan ini bagi pengembangan model pembuatan visa ke depan.
Dengan adanya kesempatan diskusi ini, Ficky dan Apriyani mengatakan bahwa mereka belajar banyak mengenai reformasi visa yang diusahakan oleh pihak Indonesia Institute.
Ficky menuturkan bahwa ia belajar berdiplomasi secara internasional dengan baik. Salah satu nasihat yang diingat oleh Ficky adalah bahwa Indonesia yang memiliki hubungan baik dengan Australia harus bisa saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.
“Saya teringat pesan Robbie Gaspar bahwa ini merupakan langkah terobosan untuk kerjasama yang lebih baik. Saling memberi masukan dan menawarkan solusi serta bantuan,” pungkas Ficky. (FHA/Rz)
ADVERTISEMENT