news-card-video
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Dosen IPB: Budaya Gotong Royong dan Open Donasi, Orang Indonesia Jagonya

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
25 Maret 2025 10:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dosen IPB University Budaya Gotong Royong dan Open Donasi, Orang Indonesia Jagonya
zoom-in-whitePerbesar
Dosen IPB University Budaya Gotong Royong dan Open Donasi, Orang Indonesia Jagonya
ADVERTISEMENT
Budaya donasi dan gotong royong di Indonesia memiliki akar yang kuat dalam nilai-nilai kearifan lokal dan agama. Gotong royong, sebagai tradisi turun-temurun, mencerminkan semangat kebersamaan dan solidaritas sosial.
ADVERTISEMENT
Menurut Mahmudi Siwi SP, MSi, dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB University, di Indonesia, donasi sering bersifat spontan, personal, dan berbasis komunitas.
Menurut data World Giving Index 2021 oleh Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia menempati peringkat ke-1 sebagai negara paling dermawan di dunia, dengan 83 persen penduduknya menyumbangkan uang, 60 persen menjadi relawan, dan 84 persen membantu orang asing.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa faktor psikologis yang mendorong masyarakat Indonesia gemar berdonasi. Faktor tersebut antara lain nilai agama, empati kolektif, budaya kolektivisme dan faktor sosial, di mana seseorang ingin diakui atau dihargai oleh lingkungan sekitarnya.
“Survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 menunjukkan bahwa 75 persen penduduk Indonesia merasa penting untuk membantu orang lain, terutama dalam situasi darurat. Menurut riset dari Universitas Indonesia, 80 persen responden menyatakan bahwa agama adalah motivasi utama mereka untuk berdonasi,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, ia memaparkan beberapa tantangan utama dalam distribusi donasi. Pertama, kurangnya transparansi. Banyak lembaga donasi maupun secara perorangan yang tidak memberikan laporan jelas tentang penggunaan dana. Kedua, korupsi atau penyalahgunaan dana.
“Ketiga, logistik distribusi. Indonesia negara kepulauan yang tidak semua wilayah memiliki kemudahan akses. Misalnya, bantuan untuk korban gempa di Nusa Tenggara Barat pada 2018 sempat terhambat karena akses jalan yang rusak. Keempat, minimnya pengawasan, membuat donasi rentan disalahgunakan,” urainya.
Karena itu, Mahmudi menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam memilih platform atau inisiatif donasi yang terpercaya. Beberapa langkah yang dapat diambil yakni:
Cek rekam jejak. Pastikan platform atau lembaga donasi memiliki reputasi baik. Misalnya, Kitabisa.com dan Dompet Dhuafa dikenal memiliki sistem pelaporan yang transparan;
ADVERTISEMENT
Verifikasi legalitas, jika akan berdonasi melalui lembaga formal, pastikan lembaga tersebut terdaftar secara resmi di Kementerian Sosial atau lembaga terkait.
Baca testimoni atau komentar yang orang lain berikan. Cari tahu pengalaman orang lain yang pernah berdonasi melalui platform tersebut.
Gunakan platform terpercaya. Pilih platform yang sudah dikenal luas dan memiliki sistem akuntabilitas yang baik.
Hindari donasi langsung tanpa verifikasi. Jika diminta untuk berdonasi secara langsung (misalnya melalui transfer pribadi), pastikan identitas penerima jelas dan dapat dipercaya. (Lp)