Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dua Akademisi IPB Uraikan Pentingnya Sisipkan CSR dalam Pemberdayaan Petani Muda
3 April 2023 8:35 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dr Lala Kolopaking, Ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan Sekolah Pascasarjana IPB University menjelaskan, bantuan corporate social responsibility (CSR) seharusnya dapat memberdayakan petani untuk menghadapi dua isu, yakni penanganan krisis petani dan isu krisis pangan. Protokol CSR dapat dimanfaatkan untuk perlindungan dan pemberdayaan petani muda tanaman pangan pada era digital.
ADVERTISEMENT
“CSR perlu mendorong pertanian presisi sebagai upaya meningkatkan partisipasi generasi muda dalam sektor pertanian,” ujarnya dalam Seminar Nasional ‘Peran CSR dalam Membantu Pemberdayaan Petani Tanaman pangan’ hasil kerjasama Kementerian Pertanian RI dan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (27/03).
Menurutnya, pertanian ke depan adalah pertanian berbasis penggunaan teknologi presisi guna mendukung ekosistem pertanian pangan lestari. Tujuannya meningkatkan efisiensi dan produktivitas, menciptakan inovasi dan mendorong inklusivitas. Berangkat dari transformasi digital, generasi muda dapat diberdayakan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian berbasis digital dan integrasi data.
“Bila kita ingin menarik CSR maka kita harus mempunyai kebijakan pertanian presisi di tingkat nasional. Jelas hal ini akan menarik keterlibatan petani yang basisnya sudah terlibat dalam digitalisasi sejak muda atau warga digital,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, implementasi CSR dalam kaitan pemberdayaan petani pangan perlu dijadikan relasi saling melindungi dan memberdayakan antara petani dari generasi muda dalam ekosistem pertanian pangan presisi secara adil.
“Aksi nyata implementasi CSR di masa depan juga perlu menguatkan kedudukan sosial petani muda pangan sesuai dengan prinsip The Youth Engaged Development to Community Emergence. Dalam menyinergikan peran petani juga perlu inisiasi di tingkat pemerintah daerah,” pungkas Dr Lala Kolopaking.
Prof Tajuddin Bantacut, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University menambahkan, CSR perlu membangkitkan kerjasama jangka panjang antara produsen, prosesor dan konsumen. Pasalnya, saat ini teknologi dan logistik pertanian masih terbatas.
“CSR dapat disisipkan pada rantai nilai dalam distribusi pangan. Upaya ini diintegrasikan dan terprogram agar dapat menyelesaikan masalah pertanian di hulu dan hilir. Langkah ini seharusnya dilakukan seperti rencana pembangunan tahunan dengan bantuan CSR secara finansial maupun dukungan lain,” imbuh Prof Tajuddin .(MW)
ADVERTISEMENT