Konten dari Pengguna

Guru Besar IPB Bahas Pembangunan Industri Sagu untuk Hadapi Krisis Pangan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
21 Mei 2020 10:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar IPB University Bahas Pembangunan Industri Sagu Berkelanjutan untuk Menghadapi Krisis Pangan di Masa Pandemi
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar IPB University Bahas Pembangunan Industri Sagu Berkelanjutan untuk Menghadapi Krisis Pangan di Masa Pandemi
ADVERTISEMENT
Guru Besar IPB University Bahas Pembangunan Industri Sagu Berkelanjutan untuk Menghadapi Krisis Pangan di Masa Pandemi
ADVERTISEMENT
Krisis pangan menjadi keresahan setiap negara di masa pandemi. Sebagai respon hal tersebut Dewan Guru Besar (DGB) IPB University adakan seminar daring tentang sagu, sebagai alternatif pangan pokok. Kegiatan bertajuk “8 Serial Webinar Sagu” ini dilaksanakan pada 19/05 melalui aplikasi Zoom. Diskusi ini merupakan seri pertama dari delapan diskusi tentang komoditas sagu yang telah direncanakan.
Prof Dr Evy Damayanti selaku Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DGB IPB University menyebutkan, kegiatan seminar ini mengusung tema besar “Pembangunan Industri Berbasis Sagu Terpadu dan Berkelanjutan”. Seri pertama membahas khusus tentang penguatan infrastruktur dan logistik industri tepung sagu.
“Diskusi seri ini akan dilakukan secara mendalam dan hasilnya akan dibuat sebuah policy brief untuk diusulkan pada pemerintah. Setiap seri akan menghasilkan pokok permasalahan, solusi, dan pokok kebijakan. Pembicara tidak hanya akademisi lintas disipilin, tapi juga para teknokrat, wirausahawan, jurnalis, dan pemerintah,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Prof Dr Arif Satria selaku Rektor IPB University, masa pandemi ini adalah momentum untuk mencapai kemandirian pangan. Modal ini sudah dimiliki bangsa kita semenjak lama, namun potensinya belum dioptimalkan. Pangan lokal seperti sagu sangat potensial untuk dikembangkan.
“Tidak sekedar seminar, dari kegiatan ini diharapkan muncul gagasan baru dan pengembangan baru dalam pengembangan industri pangan berbasis sagu. Pangan lokal ini harus beradaptasi terhadap revolusi industri 4.0, bukan hanya aspek teknologi produksi, tapi juga konektivitas. Agar masing-masing aktor dari hulu sampai hilir bisa terhubung,” ujar Prof Arif Satria.
Hadir sebagai pemateri Prof Bintoro, pakar sagu IPB University. Pembicara kedua adalah Dr Wibisono Poespitohadi, Direktur Pengadaan Badan Urusan Logistik (Bulog). Selanjutnya ada Dr Iwan Nasir, Bupati Kepulauan Meranti dan Dr Fakhri Karim, Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, yang memproduksi tepung sagu skala industri. Kegiatan dipandu oleh moderator, Prof Hadi Susilo Arifin dari DGB IPB University.
ADVERTISEMENT
Dalam paparannya, Prof Bintoto mengungkapkan pemanfaatan sagu ternyata baru sepuluh persen padahal potensi sagu sangat besar di Indonesia. Saat ini pohon sagu sangat banyak ditemui di Pulau Papua sebagai pohon liar. Selain itu tanaman ini juga mampu beradaptasi dengan baik di banyak wilayah di Indonesia. Jika dimanfaatkan dengan baik, produksi sagu bisa sampai 100-300 juta ton. Padahal kebutuan pangan Indonesia 30 juta ton, sisanya bisa kita impor.
“Selama ini sagu belum banyak dikenal masyarakat. Padahal bahan ini bisa dimanfaatkan menjadi banyak sekali manfaat, seperti dijadikan gula, industri makanan minuman, bahan bakar etanol bahkan bisa juga untuk mambuat plastik. Beberapa menu yang sudah kami kembangkan adalah mie sagu, gula sagu dan aneka kue,” tambah dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Dr Wibisono menjelaskan bahwa Bulog juga bisa membantu mengembangkan distribusi komoditas sagu. Menurutnya gudang Bulog bukan hanya untuk menyimpan beras dan jagung, namun memiliki fungsi untuk menyimpan bahan pangan lainya, khususnya penyimpanan bahan pokok. Hal ini direspon oleh Bupati Kabupaten Meranti, Dr Iwan Nasir, agar Bulog bisa membantu distribusi dan pasar sagu yang selama ini sulit di daerahnya.
Senada dengan pembicara sebelumnya, Dr Fakhri Karim mengatakan bahwa industri sagu masih sangat sulit, karena kurangnya dukungan pemerintah. Harus ada grand design pembangunan dan kebijakan industri sagu agar produk bisa bersaing di masyarakat. Menurutnya, perlu solusi holistik untuk masalah distribusi yang sangat mahal, izin masih sulit, dan kurang koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah. (**/Zul)
ADVERTISEMENT
Keyword: dosen IPB, Dewan Guru Besar IPB University, Industri Sagu, Krisis pangan, Kemandirian Pangan, Prof Bintoro, pakar sagu IPB