Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Guru Besar IPB Ungkap Teluk Jakarta Paling Banyak Terima Limbah Domestik
28 Maret 2022 11:21 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guru Besar IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Ario Damar sebut Teluk Jakarta paling tinggi terima limbah domestik. Hal ini disampaikannya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah (24/3) dengan materi berjudul Eutrofikasi Perairan Pesisir Tropis: Karakter, Mekanisme dan Mitigasinya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perairan ini menerima setidaknya 22.500 ton nitrogen dan 6.700 ton fosfat per tahunnya dari 13 muara sungai. Akibatnya adalah perairan ini kaya akan bahan organik dan nutrien, menjadikannya sebagai perairan terproduktif di dunia, di bagian sisi dekat pantai.
“Saya melakukan riset dari 2001-2019, Teluk Jakarta eutrofikasinya meningkat terus. Eutrofikasi ini ada untung ada ruginya. Manfaatnya, perairan jadi lebih subur karena banyak bahan organiknya. Tapi kalau terlalu banyak, air akan menjadi bau dan oksigen berkurang. Contohnya, tahun 2015 lalu ada kejadian 650 kilogram ikan mati massal di Teluk Jakarta,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa untuk mengurangi masukan bahan organik ke perairan, dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan. Seperti pendekatan teknologi melalui instalasi pengolah air limbah komunal di perkotaan padat penduduk dan aplikasi budidaya biota grazer pemakan plankton. Seperti budidaya kerang dan rumput laut pemakan nutrien.
ADVERTISEMENT
“Untuk mengurangi bahan organik yang masuk, kita bisa juga menempatkan kerang atau biota penyaring lainnya. Sayangnya perairan yang mengalami eutrofikasi juga mengalami masalah kontaminasi senyawa lain. Sehingga, penyerapan bahan organik oleh hewan penyerap, juga dikhawatirkan akan menyerap bahan kontaminan lain yang berbahaya. Misalnya logam berat. Sehingga harus hati-hati dalam menggunakan solusi ini,” jelasnya.
Pendekatan lainnya, tambahnya, adalah pendekatan sosial dan kelembagaan. Yaitu melalui penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah langsung ke sungai dan penegakan hukum bagi pelanggarnya. (Zul)