Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Guru Besar IPB University: Ramadan, Obat Mujarab Kesehatan Mental
21 Maret 2025 13:57 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Berpuasa selama bulan Ramadan memiliki begitu banyak manfaat bagi seseorang. Namun, apakah puasa juga memberi dampak bagi kesehatan mental?
ADVERTISEMENT
Menurut Guru Besar IPB University, Prof Hamim, Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk memperbaiki kondisi diri, baik raga maupun jiwa. Suasana Ramadan yang berbeda dengan bulan lain bisa menciptakan ketenangan yang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
“Ramadan merupakan momentum yang sangat penting bagi kaum muslim, karena selama bulan Ramadan Allah Swt menjadikan suasana dan lingkungan yang berbeda dengan bulan-bulan biasa. Dalam salah satu penggalan sabdanya, Rasulullah SAW menyampaikan bahwa ‘…setan-setan akan dibelenggu…," ucap Prof Hamim.
Masalah kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang terjadi pada seseorang karena faktor lingkungan atau masalah yang dihadapi. Kondisi ini membuat seseorang merasa tertekan bahkan terhantui secara personal sehingga akhirnya menghadapi situasi yang tidak biasa.
ADVERTISEMENT
Prof Hamim menambahkan, salah satu faktor seseorang memiliki masalah kesehatan mental muncul karena latar belakang masa lalu. Secara kejiwaan, Islam memberikan solusinya, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
"Jadikan Ramadan ini bulan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak dzikir, banyak membaca Al-Qur’an misalnya, sehingga jiwa menjadi tenang dan meminta ampun atas segala dosa untuk hidup lebih baik ke depan," ujarnya.
Ramadan dalam konteks seorang muslim bukan berarti terlepas dari aktivitas keseharian. Justru, sebut Prof Hamim, aktivitas keseharian terwarnai nilai-nilai spiritual karena Allah Swt.
"Saya yakin aktivitas seperti kuliah, penelitian, diskusi, dan bekerja tidak akan terganggu karena Ramadan, bahkan semua itu, bagi seorang Muslim akan dinilai sebagai ibadah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kesehatan mental, Prof Hamim melanjutkan, seseorang yang dihantui oleh dosa-dosanya dan terbebani secara mental, justru di bulan Ramadan ini akan terlepas dari beban tersebut.
Secara perlahan, seseorang akan kembali kepada Allah dalam situasi yang jernih dengan semangat baru. Allah Swt mendorong kebaikan agar tidak bercampur dengan keburukan. Niat yang baik dan pelaksanaan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik.
“Islam mendorong kita untuk mencapai kondisi keseimbangan yang optimal di bulan Ramadan. Allah Swt berjanji jika seseorang dengan sepenuh iman dan bersungguh-sungguh dalam beribadah Ramadan, Allah Swt akan mengampuni dosa masa lalu, sekelam apapun dosa kita,” ucapnya.
“Inilah saatnya kita menyeimbangkan dan menyelaraskan antara kehidupan kita dengan hubungan vertikal dengan Allah yang diatur oleh agama dalam satu kesatuan,” ajak Prof Hamim. (AS)
ADVERTISEMENT