Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jadi Khatib Hari Raya Idulfitri, Rektor IPB Sampaikan Empat Komitmen Umat Muslim
2 Mei 2023 14:14 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prof Arif Satria, Rektor IPB University memberikan beberapa pesan dalam ceramah Idulfitri 1444 H di Masjid Al Ghifari IPB (22/4). Dalam momen itu, ia menguraikan bahwa tekad seorang muslim adalah menciptakan perubahan melalui empat komitmen besar, yakni komitmen membuat legacy, orientasi kebaruan dan future practice, komitmen kerja keras dan berkualitas, serta mindset baru.
ADVERTISEMENT
“Umat muslim, sebagai pemimpin perubahan, perlu mewujudkan empat komitmen besar tersebut sehingga akan membawa bangsa menuju kemajuan,” sebut Prof Arif.
Menurutnya, tekad tersebut merupakan bentuk syukur manusia yang ditugaskan menjadi khalifah di muka bumi. Dengan menebar manfaat bagi sesama, umat muslim juga akan memberikan kualitas hidup yang baik, bagi dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.
“Kita akan menjadi khoirunnaas, manusia terbaik yang terus menebar manfaat untuk kemakmuran bumi ini. Dan inilah wujud syukur kita atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia,” ujarnya di depan para jemaah.
Prof Arif menjelaskan, orang yang bersyukur adalah orang-orang yang proaktif. Sebagai khalifah, mereka akan mendayagunakan nikmat untuk menjalankan fungsinya dalam menciptakan kemakmuran di muka bumi sekaligus menjaga kehidupan dunia dari kerusakan.
ADVERTISEMENT
“Dengan demikian, tanggung jawab kita sebagai hamba Allah yang terus menjalin habluminallah, habluminannas dan habluminalalam dapat kita jalankan dengan maksimal. Namun demikian, untuk itu semua kita tidak bisa sendiri. Kita harus bersatu, bersinergi dan berkolaborasi,” terangnya.
Dia menegaskan, Idulfitri bisa menjadi momentum penting untuk memperkuat persatuan untuk kepentingan bangsa yang lebih besar. Pasalnya, manusia kini dihadapkan oleh era disrupsi yang mengubah tatanan kehidupan.
“Bila kita menginginkan kemajuan dalam kendali kita, maka tidak ada pilihan lain kecuali menjadi pemimpin perubahan. Menjadi pemimpin perubahan sejatinya adalah menjalankan fungsi khalifah yang terus menciptakan kemakmuran dan menjaga bumi dari kerusakan,” kata dia.
Prof Arif mengurai, pemimpin perubahan bukanlah sebuah posisi, melainkan mentalitas keteladanan untuk selalu berinovasi yang berdampak positif atas perubahan sosial. Semua orang bisa menjadi pemimpin perubahan pada tingkatan dan skala masing-masing sesuai dengan kemampuannya.
ADVERTISEMENT
“Mari kita tebar gagasan dan inspirasi untuk kemajuan bangsa. Kita satukan langkah untuk menciptakan legacy-legacy baru untuk kemajuan bangsa. Mari kita wujudkan Indonesia sebagai baldatun toyyibatun warabbun ghofuur,” tutupnya. (MW/Rz)