Kabupaten Bogor Gandeng Departemen IKK IPB Adakan Pelatihan Edukasi Stunting

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
30 Mei 2023 9:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kabupaten Bogor Gandeng Departemen IKK IPB Adakan Pelatihan Edukasi Stunting
zoom-in-whitePerbesar
Kabupaten Bogor Gandeng Departemen IKK IPB Adakan Pelatihan Edukasi Stunting
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stunting adalah permasalahan gizi pada anak balita yang saat ini masih dihadapi Indonesia. Hasil studi menyatakan, keluarga merupakan bagian sangat penting dalam berkontribusi terhadap permasalahan masyarakat, termasuk dalam masalah stunting.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bogor menggandeng Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University mengadakan pelatihan Edukasi Keluarga untuk Mencegah Stunting.
Kegiatan ini melibatkan enam fasilitator dari Departemen IKK IPB University, antara lain Dr Tin Herawati, Dr Dwi Hastuti, Dr Lilik Noor Yuliati, Dr Istiqlaliyah, Dr Melly Latifah dan Alfiasari, SP, MSi. Pelatihan diikuti oleh 80 peserta dari 20 desa, 12 kecamatan di Kabupaten Bogor. Peserta terdiri dari tenaga penggerak desa, kader pendamping keluarga, Petugas Lapang Keluarga Berencana (PLKB) dan wakil dari setiap pemerintahan desa.
Dr Tin Herawati, Ketua Departemen IKK IPB University mengungkap, berdasarkan hasil survei status gizi balita tahun 2022, prevalensi stunting Indonesia menurun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen tahun 2021. Demikian juga Kabupaten Bogor yang mengalami penurunan dari 28,6 persen tahun 2021 menjadi 24,9 pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
“Meskipun mengalami penurunan, tetapi angka tersebut masih di atas standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) bahwa prevalensi stunting di suatu negara tak boleh melebihi 20 persen, sehingga stunting di Indonesia masih menjadi permasalahan masyarakat yang harus segera diatasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan stunting menyebabkan penderitanya mudah sakit, memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, kemampuan kognitif berkurang dan menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya, kata Dr Tin, secara luas stunting akan menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan.
“Masalah stunting, tidak hanya terkait masalah kesehatan, tetapi juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan. Oleh karenanya, upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan, baik secara langsung maupun tak langsung. Berbagai faktor langsung maupun tidak langsung mempunyai kaitan erat dengan masalah keluarga,” terang dia.
ADVERTISEMENT
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan, setiap peserta harus dapat melaksanakan edukasi keluarga di lapangan, yang terhimpun dalam kegiatan Akademi Keluarga Hebat Indonesia Kelas 1000 HPK untuk Mencegah Stunting. (*/Rz)