news-card-video
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Kasus Anemia Massal Cirebon, Dosen IPB: Dampak nya Tidak Boleh Dianggap Sepele

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
27 Februari 2025 14:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kasus Anemia Massal Cirebon, Dosen IPB:  Dampak nya Tidak Boleh Dianggap Sepele
zoom-in-whitePerbesar
Kasus Anemia Massal Cirebon, Dosen IPB: Dampak nya Tidak Boleh Dianggap Sepele
ADVERTISEMENT
Anemia masih menjadi masalah kesehatan yang perlu diwaspadai, terutama di kalangan remaja putri. Beberapa waktu lalu dilaporkan, sebanyak 30 persen atau 1.440 remaja putri di Kabupaten Cirebon mengalami anemia.
ADVERTISEMENT
Menurut Prof Sri Anna Marliyati, dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, anemia merupakan penyakit yang tidak boleh dianggap sepele. Dampaknya yang berkepanjangan, mengharuskan upaya pencegahan anemia perlu dilakukan, salah satunya melalui edukasi yang terus-menerus.
“Anemia dapat terjadi karena kekurangan zat besi, vitamin B12, atau folat. Jenis anemia yang paling umum adalah anemia akibat kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh rendahnya asupan makanan yang kaya zat besi, terutama dari pangan hewani yang lebih mudah diserap tubuh,” jelasnya.
Ia mengatakan, jika seorang remaja wanita mengalami anemia, pada saat masuk masa dewasa, siklus menstruasinya tidak akan teratur dan mengganggu masa subur.
“Pada umumnya, banyak remaja mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengalami anemia. Pada saat menstruasi, dia merasa pusing, lemas dan seterusnya. Hal itu dikarenakan hemoglobin (Hb)-nya rendah,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia menyarankan beberapa makanan yang dapat mencegah dan mengatasi anemia pada remaja. “Harus banyak mengonsumsi pangan sumber zat besi, lebih bagus pangan hewani karena lebih mudah diserap oleh tubuh seperti hati, daging sapi, dan pangan hewani lainnya,” jelasnya.
Lanjutnya, jika dirasa pangan hewani terlalu membebani secara ekonomi karena harganya yang relatif mahal, bisa digantikan dengan mengonsumsi pangan nabati sumber zat besi seperti kedelai, kacang hijau, sayuran hijau, dan lainnya.
“Namun, untuk pangan nabati perlu pendorong agar penyerapannya optimal oleh tubuh. Misalnya dibarengi dengan mengonsumsi makanan sumber vitamin C seperti jeruk, jambu biji dan buah-buahan lainnya. Suplemen tambah darah (tablet tambah darah) juga perlu dikonsumsi seminggu sekali agar Hb tetap normal jika asupan dari makanan tidak mencukupi,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Dosen Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University ini juga mengungkapkan, anemia pada remaja dapat berdampak negatif terhadap produktivitas belajar, menyebabkan sulit fokus, mudah lelah, dan akhirnya menurunkan kinerja akademik.
"Seorang remaja wanita yang mengalami anemia dan kemudian menjadi seorang ibu hamil dengan anemia, maka berisiko melahirkan bayi dengan kondisi lemah, bahkan dalam kasus tertentu dapat berujung pada keguguran, pendarahan selama kehamilan, persalinan prematur, gangguan janin, gangguan persalinan dan masa nifas" ujar Dr Anna.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa jika seorang ibu hamil melahirkan bayi dalam kondisi anemia, kemungkinan besar anak tersebut akan memiliki intelligence quotient (IQ) yang rendah, yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan.
"Saat ini, masih banyak remaja yang kurang memahami dan kurang peduli terhadap kesehatan, khususnya anemia. Oleh karena itu, edukasi yang berkelanjutan sangat diperlukan, mengingat dampak anemia bisa serius dan berkepanjangan," tambahnya. (Lp)
ADVERTISEMENT