Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lawatan Delegasi UPM ke IPB Bahas Program Dual Degree Magister Ilmu Gizi
16 Desember 2024 11:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Delegasi Universiti Putra Malaysia (UPM) melakukan kunjungan ke IPB University dalam rangka mendiskusikan inisiasi program dual degree untuk Magister Ilmu Gizi.
ADVERTISEMENT
Fokus utama dari kunjungan ini adalah mendiskusikan inisiasi program magister dual degree antara IPB University dan UPM, termasuk penyesuaian jumlah kredit, perencanaan skema dan jadwal program, serta mengatasi tantangan yang mungkin muncul.
Delegasi UPM yang hadir terdiri dari Prof Zalilah Mohd Shariff (Dekan Sekolah Pascasarjana), Prof Loh Su Peng (Ketua Departemen Gizi), Prof Narhaizan Mohd Esa (Koordinator Program Magister Ilmu Gizi), dan Prof Azrina Azlan (Guru Besar pada Departemen Gizi).
Kunjungan ini diterima oleh jajaran Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University secara hybrid (9/12), diwakili oleh Dr Zuraidah Nasution (Sekretaris Departemen), Prof Rimbawan (Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Gizi), dan Dr Eny Palupi (Sekretaris Prodi Pascasarjana Ilmu Gizi).
ADVERTISEMENT
Selain itu, diskusi strategis juga dihadiri Prof Yusli Wardiatno (Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana/SPs IPB University bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni), Indri Hapsari Fitriyani, SP, MSi (Asisten Direktur Perencanaan dan Pengembangan Pendidikan Internasional) serta Dr drh Dordia Anindita Rotinsulu (Asisten Direktur Layanan Program Internasional).
Salah satu tantangan utama adalah penyesuaian jumlah satuan kredit semester (SKS) di IPB University agar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023. Penyesuaian ini memiliki implikasi yang memerlukan perhatian khusus, terutama terkait harmonisasi skema pembiayaan antara kedua institusi.
Dalam diskusi, dipertimbangkan pula bagaimana kebijakan ini dapat diselaraskan agar tetap menjaga kenyamanan mahasiswa dari kedua negara, termasuk mahasiswa Malaysia yang melanjutkan studi di UPM melalui program ini.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari program kerja sama dual degree ini dirancang untuk menciptakan alumni yang siap berkompetisi di kancah global dalam bidang ilmu gizi, sekaligus menyediakan sarana akademik internasional yang mendukung kolaborasi antarnegara. Prinsip kerja sama yang disepakati meliputi complementary, inclusivity, flexibility, sustainability, dan global-adaptivity, serta reciprocality.
Dalam diskusi tersebut, Prof Yusli Wardiatno menyampaikan bahwa SPs IPB University sangat mendukung inisiatif kerja sama ini karena akan memberikan manfaat besar bagi mahasiswa kedua institusi dalam menghadapi tantangan global.
“Meskipun ada kendala seperti penyesuaian SKS, kami optimis dengan kolaborasi yang baik, maka solusi yang inovatif akan dapat ditemukan agar program ini dapat berjalan lancar dan berkelanjutan,” ujarnya.
Terkait transparansi akademik, Indri Hapsari Fitriyani, SP, MSi menegaskan pentingnya pencantuman status program dual degree secara jelas dalam transkrip akademik. Hal ini untuk memastikan agar peserta program tidak salah memahami dan mengklaim telah mengikuti pendidikan penuh masing-masing dua tahun di IPB University dan UPM.
ADVERTISEMENT
“Indikasi yang jelas dalam dokumen resmi seperti transkrip akan membantu menjaga integritas dan akurasi informasi akademik,” jelasnya.
Diskusi ini menjadi langkah awal dalam menjajaki kerja sama akademik yang lebih mendalam antara IPB University dan UPM. Diharapkan, program magister dual degree ini dapat menjadi wadah bagi pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan mempererat hubungan akademik antara kedua institusi.
Kerja sama ini juga menunjukkan komitmen IPB University dan UPM dalam mendukung pendidikan tinggi yang adaptif terhadap kebutuhan global, sekaligus menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan melalui kolaborasi yang saling menguntungkan. (HBL/Rz)