Mahasiswa Fahutan IPB University Bahas Konservasi Komodo

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
23 November 2020 19:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa Fahutan IPB University Bahas Konservasi Komodo
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Fahutan IPB University Bahas Konservasi Komodo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semarak Kehutanan merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University. Serangkaian topik diskusi menarik digelar diantaranya Eco-Edu Wisata sebagai Solusi Alternatif terhadap Kesehatan Mental dan Ekonomi di Masa Pandemi; Pemanfaatan dan Pengelolaan Limbah Makanan; hingga Fungsi dan Dampak Pembangunan di Taman Nasional Komodo terhadap Kondisi Lingkungan dan Sosial Masyarakat Sekitar.
ADVERTISEMENT
Topik diskusi yang terakhir tersebut menghadirkan Alienda M Fauzia (Alumnus IPB University, peneliti komodo di Pulau Komodo), Robi D Waldi (Anggota Redaksi Forest Digest), Lukita Awang N (Kepala Balai Taman Nasional Komodo), dan Nandang Prihadi (Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK).
Alienda M Fauzia, Alumnus IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, menjelaskan status komodo saat ini sebagai satwa yang dilindungi dan tidak dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta menjaga kelestarian komodo di Pulau Komodo.
Lebih lanjut ia menjelaskan komodo merupakan top predator yang memiliki air liur dengan kandungan bakteri mematikan. Biasanya, mangsa yang terinfeksi didiamkan terlebih dahulu, baru kemudian dimakan oleh komodo secara berkelompok.
ADVERTISEMENT
“Jika diperhatikan, komodo memiliki enam perilaku utama yaitu perilaku perpindahan, waspada, agonistik, ingestif, pemeliharaan, dan perkembangbiakan. Terdapat nilai signifikan dan durasi perpindahan dan pemeliharaan komodo jantan di kawasan wisata dan nonwisata. Komodo dapat terbiasa akan kehadiran manusia apabila hal tersebut terjadi secara terus menerus,” ujarnya.
Terkait upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah di Taman Nasional Komodo, Nandang Prihadi, mengatakan terdapat dampak multiplier dari Taman Nasional Komodo. Pasalnya sebanyak 87 persen wisatawan yang menggunakan penerbangan ke Labuan Bajo merupakan pengunjung yang hendak berwisata ke Taman Nasional Komodo.
“Pemerintah bersama pihak pengelola berusaha menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar dengan cara memberikan berbagai bantuan usaha, fasilitas, serta pelatihan budidaya. Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pembangunan yang dilakukan di Taman Nasional Komodo diharapkan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat tanpa merusak habitat dari reptil yang dilindungi tersebut,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Lukita Awang menjelaskan pengelolaan taman nasional tersebut terbagi secara zonasi. Taman Nasional Komodo terbagi menjadi zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan.
“Taman Nasional Komodo merupakan taman nasional dengan tingkat kunjungan tertinggi di wilayah Indonesia Timur dengan kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tertinggi dari aktivitas ekowisata di lingkup KLHK,” jelas Lukita.
Pembangunan sarana dan prasarana, lanjutnya, berada pada lokasi bekas sarana dan prasarana lama pada ruang publik di zona pemanfaatan di areal seluas 1,3 hektar dengan total luas bangunan 0,5684 hektar. Ia juga menjelaskan masyarakat sekitar taman nasional turut mendukung pembangunan yang dilakukan termasuk penataan kawasan di pulau Rinca sudah melalui proses yang cukup panjang dengan melibatkan beberapa ahli di bidangnya. (*/RA)
ADVERTISEMENT
Keyword: Fahutan IPB, komodo, Taman Nasional Komodo, mahasiswa IPB, konservasi komodo, alumnus IPB
Kategori: SDGs-15