Konten dari Pengguna

Manfaatkan Peluang dan Potensi, Tendik IPB Ikuti Sharing Sinergi Upskilling

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
9 Juni 2023 16:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Manfaatkan Peluang dan Potensi, Tendik IPB Ikuti Sharing Sinergi Upskilling
zoom-in-whitePerbesar
Manfaatkan Peluang dan Potensi, Tendik IPB Ikuti Sharing Sinergi Upskilling
ADVERTISEMENT
Tenaga Kependidikan (Tendik) IPB University hendaknya dapat memanfaatkan peluang dan potensi yang dimilikinya untuk saling sinergi dan meningkatkan keterampilan. Hal ini disampaikan Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) IPB University, Dr Heti Mulyati dalam acara Sharing Sinergi Upskilling (SHARI #) 1 di Kampus IPB Dramaga, Bogor, (5/6). Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama Forum Tenaga Kependidikan (Fortendik) dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) IPB University.
ADVERTISEMENT
“Dalam upskilling, tendik meningkatkan skill dan pengetahuan dalam suatu bidang tertentu atau dalam berbagai bidang yang sesuai dengan pekerjaan atau karier ke depannya. IPB University selalu mendukung kegiatan upskilling pegawai, khususnya tendik,” lanjut Dr Heti.
Wakil Ketua Fortendik IPB University, Nurwanto berharap, acara ini bisa memberikan gambaran sekaligus menjadi peluang tambahan hasil, entah itu dari membuat usaha ataupun dengan aktivitas kreatif yang menghasilkan tanpa harus mengeluarkan uang.
Terkait upskilling tendik dalam melihat peluang bisnis, Winarno, MSi, PLP Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University mengatakan, usaha budi daya ulat hongkong sangat menjanjikan. Ia menambahkan bahwa ulat hongkong memiliki nilai ekonomis sangat tinggi dan pemeliharaannya sangat mudah.
“Kita dapat memanfaatkan ruang atau kamar kosong yang tidak terpakai. Tidak kotor dan berbau. Cocok dibudi dayakan di lingkungan padat penduduk. Biaya budi dayanya lebih murah, dibandingkan ayam.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, ulat hongkong dapat diberikan pakan sisa sayur limbah rumah tangga. “Di kandang Fapet IPB University, kami beri gedebog pisang. Yang penting ada unsur airnya. Harga satu kilogram ulat hongkong sebesar Rp 30 ribu. Satu kilogram indukan ulat hongkong dapat menghasilkan sepuluh kilogram ulat,” papar Winarno.
Saat ini, lanjut Winarno, petani mengalami kendala dalam kontinuitas produksi ulat hongkong. “Harusnya produksi bisa puluhan ton, karena kebutuhan pasar sangat tinggi. Namun, yang baru terisi seratus kilogram. Kami siap menampung produksi bapak/ibu dan membantu memasarkannya,” tuturnya.
Dr Suratni yang juga narasumber mengatakan, untuk memasarkan hasil produksi ulat hongkong dapat memanfaatkan teknologi dan sosial media. “Bila dalam memasarkan produk, kita hanya memiliki email pelanggan saja, kita dapat melakukan blasting email secara serentak untuk meningkatkan peluang bisnis,” jelas Dr Suratni yang juga Kepala Unit Pengelola Asrama Mahasiswa IPB University ini.
ADVERTISEMENT
Usai pembekalan materi, peserta praktik langsung budidaya ulat hongkong di Kandang Fapet IPB University. (Ns/Rz)