Konten dari Pengguna

PENA: Model Perhitungan Nilai Kerugian dan Kerusakan di Sektor Pertanian Cianjur

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
31 Maret 2023 8:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PENA: Model Perhitungan Nilai Kerugian dan Kerusakan di Sektor Pertanian Cianjur
zoom-in-whitePerbesar
PENA: Model Perhitungan Nilai Kerugian dan Kerusakan di Sektor Pertanian Cianjur
ADVERTISEMENT
Pada launching hasil penelitian yang digelar Direktorat Riset dan Inovasi (DRI), IPB University meluncurkan PENA sebagai model perhitungan nilai kerugian dan kerusakan sektor pertanian akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur, (30/3). Melalui program Riset Aksi, PENA merupakan kerjasama DRI dan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).
ADVERTISEMENT
Dr Kastana Sapanli selaku ketua tim peneliti mengatakan, mengingat besarnya nilai kerugian dan kerusakan sektor pertanian akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur, penelitian ini merekomendasikan kebijakan yang dapat diimplementasikan dalam jangka pendek dan jangka menengah.
“Bentuk rekomendasi jangka pendek yaitu trauma healing petani, perbaikan infrastruktur pertanian yang terdampak dan bantuan sarana produksi pertanian,” ujarnya.
Sementara itu, rekomendasi di jangka menengah dapat dilakukan dengan penguatan kelembagaan petani berbasis tanggap bencana, peningkatan diversifikasi produk pertanian, implementasi smart farming, hingga penguatan rantai pasok pertanian yang berbasis digital. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rekonstruksi bagi masyarakat Kabupaten Cianjur, khususnya para petani.
“Oleh karena itu, melalui PENA dan saran rekomendasi kebijakan, IPB University berharap dapat turut berkontribusi dalam mempercepat upaya pemulihan sektor pertanian pasca-gempa bumi di Kabupaten Cianjur,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Anggota tim peneliti terdiri dari Dr Ahyar Ismail, Dr Nuva, Danang Pramudita, SP, MSi, Iqbal Ramdani, Sahaya Aulia Azzahra, Fikri Aldi Dwi Putro, Nabila Nur Septiani, Genadi Zuhdirabbani, Aditya Handoyo Putra, Surya Dwi Arifin dan Dandi Rivaldi Sudrajat.
Riset aksi ini juga berkolaborasi dengan beberapa instansi seperti Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Warungkondang, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Cugenang dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cianjur.
Sebagaimana diketahui, gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo di Kabupaten Cianjur menimbulkan kerugian pada sektor pertanian, seperti tanaman pangan, tanaman hortikultura, peternakan, hingga sarana dan prasarana pertanian. Padahal, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat tahun 2022, Kabupaten Cianjur menjadi salah satu daerah dengan luas panen dan produksi padi terbesar di Provinsi Jawa Barat. Selain itu, gempa bumi juga menyebabkan kerusakan lahan pertanian, penurunan produktivitas, hingga keberlanjutan usaha tani.
ADVERTISEMENT
“Kerusakan sarana dan prasarana pertanian seperti penggilingan padi, saprotan hingga irigasi menyebabkan proses produksi pertanian menjadi terhenti. Selain itu, beberapa petani juga belum kembali menggarap lahannya dikarenakan trauma pasca-gempa dan gempa susulan yang masih sering terjadi,” ungkap Dr Kastana.
Ia menuturkan, jika hal tersebut terus berlangsung, maka kondisi tersebut akan mengancam rantai pasok dan harga komoditas pangan yang naik. “Oleh karena itu, model perhitungan PENA dapat membantu menghitung kerugian dan kerusakan akibat gempa bumi. Nantinya, dapat dibentuk beberapa rekomendasi kebijakan untuk strategi pemulihan pasca-gempa bumi di Kabupaten Cianjur.”
Total nilai kerusakan sektor pertanian akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur sebesar Rp 26,17 miliar dengan komponen terbesar akibat pergeseran lahan sawah dan lahan sawah yang longsor. Perhitungan tersebut diestimasi dari standar harga pasar lahan dan biaya cetak sawah. Sedangkan total kerugian sektor pertanian akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur mencapai Rp 963,53 juta di dua kecamatan yang diestimasi dari hilangnya pendapatan usaha tani per musim tanam akibat lahan rusak atau lahan yang dipakai untuk pengungsian.
ADVERTISEMENT
Kecamatan Cugenang sebagai titik pusat gempa di Kabupaten Cianjur memiliki nilai kerugian yang lebih besar yaitu Rp 860,31 juta dibandingkan dengan Kecamatan Warungkondang yaitu Rp103,22 juta. Secara umum kerusakan yang timbul pada sektor pertanian telah penurunan pendapatan petani sebesar 11,44 persen. (*/Rz)