Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Peneliti IPB Bicara Masa Depan Makroalga sebagai Feedstock Penghasil Biogas
8 September 2022 13:52 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Makroalga merupakan biota laut yang biasanya dimanfaatkan pada bidang pangan. Padahal biota laut ini berpotensi sebagai bahan baku bioenergi (biohidrogen dan biogas) dan meningkatkan bauran energi baru terbarukan untuk mencapai target 23 persen di tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Namun sumber bioenergi di Indonesia masih berfokus pada biomassa darat karena merupakan negara penghasil sawit terbesar. Sedangkan biomassa laut seperti makroalga belum banyak dibahas dalam roadmap energi baru terbarukan (EDT). Padahal, potensi produksinya bisa mencapai lebih dari 10 juta ton. Produksinya terus meningkat. Tahun ini sudah mencapai 13 juta ton, menduduki posisi kedua setelah China. Pemanfaatannya terbatas pada produk pangan. Makroalga seperti ulva dan sargassum belum dimanfaatkan untuk pangan dan energi.
Dr Eng Obie Farobie, Peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University mengatakan bila dibandingkan dengan biomassa darat, biomassa laut memiliki beberapa keunggulan. Makroalga tidak memerlukan lahan yang luas, tanpa pemupukan dan dapat dibudidaya secara alami di laut.
ADVERTISEMENT
“Pertumbuhannya juga sangat cepat dan biomass yield per hektar lebih besar,” ujarnya dalam SBRC IPB University Webinar Series ke-14 dengan tema “Pengembangan Biohidrogen sebagai Sumber Energi Terbarukan Masa Depan di Indonesia”, (3/9).
Menurut literatur, makroalga memiliki beberapa komponen unik seperti gula unik dan pigmen antioksidan yang dapat diolah menjadi bahan baku biogas. Kolaborasi riset IPB University bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), dan Matching Fund Kedai Reka telah menjelajahi topik riset seputar potensi makroalga ini. Salah satunya menyangkut komponen istimewa makroalga.
Riset pertama yakni produksi dari makroalga Ulva melalui gasifikasi air subkritis. Riset yang dilakukan menghasilkan produk syngas dan produk samping berupa hydrochar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat. Hydrochar dengan nilai pemanasan tinggi ini kualitasnya dapat dibandingkan dengan batu bara kualitas rendah. Analisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), juga menunjukkan hydrochar ini berpotensi juga dimanfaatkan sebagai katalis, biosensor, pengelolaan air limbah, baterai dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Riset kedua, makroalga Sargassum atau alga coklat yang juga belum termanfaatkan di bidang pangan. Alga ini dimanfaatkan sebagai penghasil biohidrogen melalui gasifikasi dengan air superkritis. Hasilnya mampu meningkatkan kadar hidrogennya lebih tinggi daripada riset sebelumnya. Secara prinsip lebih memiliki keunggulan karena membutuhkan waktu lebih singkat.
Ketiga potensi makroalga untuk biogas yang dimanfaatkan sebagai feedstock untuk pencapaian target biogas ini masih jauh dari harapan. Hasil pencucian dengan fresh water dibanding dengan saline water menghasilkan kadar metana lebih tinggi, sisa limbah hasil biogas juga jauh lebih rendah. Kumulatif biogas yang dihasilkan cukup baik untuk pengaplikasian.
“Estimasi potensi biogas dari makroalga di Indonesia terbesar berada di Sulawesi Selatan karena merupakan sentra produksi penghasil makroalga,” tambahnya. (MW/Zul)
ADVERTISEMENT