Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Program Studi Silvikultur, Menyiapkan Silvopreneur yang Berdaya Saing Tinggi
3 Maret 2021 10:40 WIB
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tren bisnis kehutanan terutama di era forestry 4.0 tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang mampu mengelola hutan dan produknya secara efisien. Sumber daya manusia yang unggul tersebut dapat ditemukan di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University .
ADVERTISEMENT
Praktik silvikultur sendiri merupakan praktik pembentukan dan pemeliharaan hutan berdasarkan sifat-sifat ekologi individu pohon. Memang istilah silvikultur masih terdengar asing bagi masyarakat awam, namun silvikultur memiliki peranan yang penting dalam menjaga dan mengelola hutan terutama dengan luasnya lahan yang terdegradasi di Indonesia.
Ketua Departemen Silvikultur, Dr Omo Rusdiana menjelaskan bahwa Departemen Silvikultur tak hanya menginginkan lulusannya kompeten dan unggul tak hanya secara profesionalitas dan prestasi, namun juga mampu menjadi technosociopreneur. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk mampu mengembangkan diri dan menjunjung tinggi etika.
Departemen Silvikultur perlu dikenal luas oleh masyarakat terutama siswa-siswi SMA calon mahasiswa karena tak hanya didukung oleh dosen dan tenaga kependidikan yang berkualitas, prospek kerjanya pun amat menjanjikan. Kualitas Departemen Silvikultur tidak perlu diragukan lagi dan dapat dibuktikan dengan perolehan Akreditasi Nasional BAN-PT dengan nilai “A” serta memperoleh Sertifikat Internasional dari ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA). Bahkan baru-baru ini sedang berproses untuk mendapatkan Akreditasi Internasional ASIIN (Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik) dari Jerman untuk disiplin ilmu rekayasa, matematika sains, pertanian, dan biologi.
ADVERTISEMENT
Reputasi dosen silvikultur pun dikenal amat baik dan kompeten, mulai dari menduduki jabatan struktural penting di IPB University maupun pemerintahan, hingga memperoleh beberapa penghargaan Internasional. Contohnya Prof Bambang Hero Saharjo yang meraih Penghargaan Internasional "John Maddox Prize” tahun 2019. Ia juga dikenal luas sebagai pakar kebakaran hutan dan lahan dan telah diundang ke berbagai seminar internasional.
Kontribusi Departemen Silvikultur di bidang keilmuan dan pembangunan pun sangat banyak. Departemen Silvikultur merupakan perintis di bidang kebakaran hutan dan lahan, mikoriza, genomik tanaman hutan, hingga reklamasi tambang dan agroforesti. Setiap bidang keilmuan tersebut juga memiliki pakarnya masing-masing.
Selain itu, Departemen Silvikultur juga merupakan penggagas praktik silvopastura, yakni agroforesti yang menggabungkan kegiatan kehutanan dan peternakan dalam satu sistem pengelolaan lahan. Di samping itu juga sebagai penggagas konsep multisistem silvikultur sebagai tindak lanjut atas kondisi hutan Indonesia yang tak lagi seragam.
ADVERTISEMENT
“Konsep multisistem atau multiusaha kehutanan ini seiring dengan waktu membuktikan bahwa yang Departemen Silvikultur usulkan merupakan hal yang perlu diterapkan dalam pembangunan Indonesia” ungkapnya.
Departemen Silvikultur mengampu tiga divisi yakni Divisi Silvikultur, Divisi Ekologi Hutan, dan Divisi Perlindungan Hutan. Seluruh divisi tentunya berkontribusi untuk memenuhi mandat departemen yakni mengembangkan ilmu dan teknologi silvikultur yang diperlukan untuk membina hutan alam serta membangun dan membina hutan tanaman yang lestari.
Demi mendukung tercapainya mandat dan luaran yang diharapkan, Departemen Silvikultur juga terus memperbaiki kinerja dan infrastruktur secara kontinyu. Hal tersebut juga dilakukan dalam menyikapi perkembangan teknologi dan kurikulum K-2020 dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Departemen Silvikultur juga memiliki jejaring yang amat luas baik nasional maupun internasional. Dengan keunggulan tersebut, mahasiswa dapat menggunakan fasilitas di luar departemen misalnya menggunakan fasilitas dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup atau Balai Penelitian untuk keperluan pembelajaran dan riset. Mahasiswa juga berkesempatan untuk menjalin kerja sama internasional misalnya melalui kerja sama riset, pertukaran pelajar, dan seminar.
ADVERTISEMENT
Kehidupan kampus pun terbilang unik, menarik, dan tidak membosankan. Mahasiswa dapat bergabung dengan organisasi mahasiswa seperti Tree Grower Community yang terkenal berprestasi dan inovatif. Di sana, mahasiswa dapat melakukan ekpedisi dan melakukan studi ekologi hutan secara menyenangkan bahkan dapat menggelar seminar berbasis ilmiah.
Alumni Fakultas Kehutanan juga terkenal amat kompak dan kuat sehingga jejaring yang dimiliki oleh lulusannya tak perlu diragukan lagi.
“Dari segi infrastruktur pun tak kalah unggul, Departemen Silvikultur menjadi satu-satunya Departemen di Indonesia yang memiliki Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan,” imbuhnya.
Dr Omo juga menyebutkan bahwa Departemen Silvikultur akan mengoptimalkan segala sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan luaran yang diharapkan serta diakui hingga ke Internasional.
Terkait dengan fungsi tri darma, dalam waktu Departemen Silvikultur akan memiliki dampingan-dampingan kelompok tani dan desa hutan. Hal tersebut dirintis agar Departemen Silvikultur dapat senantiasa berkontribusi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan melalui teknologi agroforestri.
ADVERTISEMENT
“Hal tersebut diperlukan agar lulusan silvikultur dapat memenuhi ekspektasi masyarakat dan berkontribusi secara nyata di lapangan. Dalam jangka panjang, Departemen Silvikultur bercita-cita agar lulusannya dapat mendampingi masyarakat dalam kaitannya dengan pembangunan kehutanan sehingga pendapatan masyarakat meningkat serta kondisi lingkungan membaik,” imbuhnya.
Dalam menghadapi tantangan ke depan yakni percepatan digitalisasi, Departemen Silvikultur juga memiliki strategi tersendiri agar lulusannya dapat berdaya saing. Di samping itu, diharapkan pula lulusannya tak hanya unggul dalam penelitian, namun juga dalam menerapkan bisnis kehutanan sehingga nantinya akan muncul sebagai silvopreneur. (MW/Zul)