Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rektor Bahas Food Loss & Waste dalam Pembukaan Dies Natalis ke-59 IPB University
5 September 2022 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Demi mendukung penguatan resiliensi sistem pangan Indonesia, sistem logistik dan cadangan pangan berbasis kepulauan harus diterapkan. Hal ini disampaikan oleh Prof Arif Satria, Rektor IPB University dalam pidatonya di acara Pembukaan Dies Natalis ke-59 IPB University, (1/09) di Grha Widya Wisuda, Kampus Dramaga.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus sadar bahwa negara tercinta ini merupakan negara kepulauan. Sehingga memerlukan perlakuan khusus, tidak bisa disama-ratakan pola-pola pendekatan sistem logistik pangan di wilayah kontinental.
“Oleh karena itu IPB University sudah melahirkan beberapa policy paper. Sebuah pemikiran bagaimana kita meningkatkan pola-pola logistik dengan skema partially dynamic stock untuk pengelolaan beras, sehingga dapat mendukung peningkatan resiliensi pangan kita,” ungkapnya.
Ia menambahkan, di tengah perkembangan teknologi 4.0, IPB University juga mengembangkan PreciFlog (Precision Food Logistic). Pendekatan sistem logistik yang berbasis blockchain menjadi keniscayaan. Sehingga pengembangan ilmu dan pendekatan sistem logistik terus dilakukan oleh IPB University. Sekaligus menyusun langkah strategis untuk mencapai smart food logistic.
Menurutnya, hal yang tidak kalah penting adalah mengatasi persoalan food loss and waste (FLW). Pangan yang hilang dan limbah pangan masih menjadi momok bagi Indonesia. Indonesia berada pada urutan ke-8 untuk negara dengan timbulan FLW tertinggi, di angka 115-184 kilogram per kapita per tahun. Bahkan data sebelumnya menunjukkan angka yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Bila by product tersebut tidak terbuang dan tercecer, katanya, maka akan berdampak pada pengurangan emisi. Sejumlah 1.702,9 metrik ton karbon yang bisa diserap dan bisa mengamankan 61-125 juta orang dari kelaparan. Dan memberikan nilai ekonomi hingga 213-551 triliun rupiah.
“Jadi food loss and food waste tidak boleh kita anggap sepele,” terangnya. Ia menjelaskan, timbulan FLW dalam rantai pasok pangan pada umumnya disebabkan oleh produksi dan pascapanen pertanian. Gabah yang tercecer bisa mencapai 9 hingga 11 persen. Bila dapat hemat hingga tiga persen saja dapat meningkatkan ketersediaan pangan.
Dalam proses pemrosesan, distribusi, dan pemasaran juga diupayakan tidak terbuang. Begitu pula pola konsumsi yang boros juga berdampak besar pada peningkatan food waste. Menurutnya, solusi pengelolaan FLW di Indonesia dapat dilakukan mulai dari tahap produksi dengan teknologi produksi pangan yang efisien dan presisi. Begitu pula dalam distribusi dan pengolahan, terutama konsumsi dengan menjadi konsumen cerdas.
ADVERTISEMENT
“Circular economy adalah suatu tawaran untuk mengurangi food loss and food waste tadi. Banyak by product yang bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan ketersediaan pangan kita. Apa yang menjadi suatu output proses produksi, mestinya bisa menjadi input produksi berikutnya sehingga sistem pangan lebih ramah lingkungan,” kata Prof Arif. (MW/Zul)