Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rilis Riset MPDNA, IPB Ungkap Strategi Pemulihan Sektor Pertanian dan Pariwisata
31 Maret 2023 8:41 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bencana alam gempa bumi yang melanda Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menyebabkan kerugian bagi sektor ekonomi, khususnya di bidang pertanian dan pariwisata. Kebijakan pemerintah yang efektif diperlukan agar mampu menghasilkan program pemulihan yang tepat pasca gempa bumi bagi masyarakat dan pihak yang terdampak.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut menjadikan IPB University menginisasi salah satu dari beberapa penelitian ilmiah yang dikhususkan untuk membantu masyarakat dan pemerintah Cianjur pasca bencana gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi strategi pemulihan pasca gempa bumi di Cianjur pada sektor ekonomi pertanian dan pariwisata dengan menggunakan metode Modified Post Disaster Need Assessment (MPDNA).
MPDNA adalah sebuah modifikasi PDNA yang dikembangkan dengan penyesuaian terhadap karakteristik lokal dan jenis dampak tertentu. Pada kasus ini, penelitian difokuskan kepada sektor pertanian dan pariwisata.
Penelitian dilaksanakan oleh tim dosen IPB University dari Sekolah Bisnis yang terdiri atas Muchamad Bachtiar, STP, MM sebagai ketua tim, serta Dr Nimmi Zulbainarni, Dr Hartoyo, Dr Popong Nurhayati, dan Fithriyyah Shalihati, SE, MM sebagai anggota. Beberapa mahasiswa IPB University juga turut serta berkontribusi pada penelitian ini yaitu Ramadhova Mahros Majdi dan Dindi Ayu Agustini (Sekolah Bisnis), Muhammad Resta Destyana (Fakultas Kehutanan dan Lingkungan) serta Anisa Nurazizah (Fakultas Pertanian)
ADVERTISEMENT
“Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pemerintah, tokoh masyarakat dan para korban bencana di tiga kecamatan dengan dampak terparah yakni Kecamatan Cilaku, Kecamatan Cugenang dan Kecamatan Warungkondang,” ujar Muchammad Bachtiar, STP, MM selaku ketua tim peneliti.
Ia menambahkan, terdapat matriks yang dijadikan sebagai acuan selama proses wawancara berlangsung. Hal itu dilakukan agar wawancara berjalan secara terstruktur.
“Pada bagian kolom matriks terdiri dari tiga sektor utama yang menjadi ruang lingkup pada penelitian ini yaitu pertanian, peternakan-perikanan dan pariwisata,” terangnya.
Sementara, pada bagian baris matriks terdiri dari empat klaster yang terdiri dari infrastruktur, kebutuhan produk dan jasa, kebijakan pemerintah dan risiko ke depan yang akan diidentifikasi dampak pasca gempa pada setiap klaster tersebut pada sektor pertanian, peternakan dan perikanan, serta pariwisata.
ADVERTISEMENT
Muchammad Bachtiar menuturkan, proses wawancara dilakukan secara langsung pada tanggal 26-30 Desember 2022. Terdapat 38 responden untuk dimintai keterangan terkait dampak bencana alam gempa bumi di Cianjur. Hasil yang didapatkan lalu dirumuskan menjadi rekomendasi jangka pendek (<6 bulan) dan jangka panjang (>6 bulan).
“Di sektor pertanian terdapat rekomendasi jangka pendek yang didasari oleh kondisi yang ditemukan di lapangan. Mayoritas petani saat ini kehilangan fokus dalam mengelola lahan pertaniannya. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dasar kehidupan mereka masih belum terpenuhi dengan baik akibat bencana gempa bumi,” sebutnya.
Akibatnya, lanjut dia, banyak lahan pertanian yang terbengkalai. Karenanya, diperlukan usaha jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan dasar para petani agar mereka bisa hidup dengan tenang dan fokus untuk bekerja kembali.
ADVERTISEMENT
“Untuk aspek peternakan dan perikanan, perlu adanya perawatan yang baik bagi hewan ternak seperti pemberian makanan yang layak, vitamin, perbaikan kandang dan lainnya. Dikarenakan beberapa peternak mengalami hewan ternak yang mati akibat stres,” kata dia.
Adapun rekomendasi jangka panjang bagi sektor pertanian, diperlukan bantuan pemerintah untuk membuat saluran irigasi yang baru dan layak. Pasalnya, terdapat beberapa laporan dari petani bahwa infrastruktur irigasi mengalami kerusakan dan kekeringan.
“Ditemukan juga beberapa laporan yang mengatakan bahwa sistem bagi hasil antara buruh tani dengan pemilik lahan belum memiliki standarisasi yang tetap. Dalam hal ini, pemerintah perlu membuat standarisasi sistem bagi hasil antara buruh tani dengan pemilik lahan agar tercipta sistem yang adil dan efektif,” imbuh Muchammad Bachtiar.
ADVERTISEMENT
Sementara, di sektor pariwisata, ditemukan bahwa pendapatan pariwisata di Cianjur cenderung stabil bahkan meningkat karena adanya relawan yang datang. Warga lokal juga lebih memilih berwisata di daerah sendiri semenjak pasca gempa. Namun, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan luar agar mau kembali datang ke Cianjur dikarenakan masih belum banyak masyarakat luar yang datang ke Cianjur untuk berwisata pasca gempa.
“Rekomendasi jangka panjang dari aspek pembangunan, pariwisata harus membuat bangunan anti gempa yang bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan akibat bencana di masa yang akan datang.” Menurutnya, pihak pengembang harus mempertimbangkan kondisi lahan seperti ketinggian dan kemiringan lahan apabila ingin membangun suatu lahan wisata.
“Dengan telah disampaikannya riset aksi ini, IPB University berharap dapat turut membantu dan mendukung pemulihan pasca bencana di Kabupaten Cianjur,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT