SCORES IPB University Hadirkan Pakar Terumbu Karang dari Thailand

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
1 Maret 2023 14:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SCORES IPB University Hadirkan Pakar Terumbu Karang dari Thailand
zoom-in-whitePerbesar
SCORES IPB University Hadirkan Pakar Terumbu Karang dari Thailand
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Laut dan segala sumberdaya yang ada di dalamnya sangat penting dan erat kaitannya dengan kelangsungan ekosistem. Salah satu ekosistem di laut yang perlu dijaga adalah terumbu karang. SCORES season ke-2 yang digelar belum lama ini menghadirkan Dr Lalita Putchim dari Departement of Marine and Coastal Resources of Thailand.
ADVERTISEMENT
Sharing session bertemakan ‘Status dan Rehabilitasi Terumbu Karang di Thailand’ ini dimaksudkan untuk saling belajar tentang teknologi, penanganan, konservasi terumbu karang serta permasalahan yang dihadapi untuk dapat bertukar ide dan menemukan solusi bersama.
Menurut Dr Lalita, ekosistem terumbu karang sebagian besar berada pada kategori low threat (ancaman kepunahan rendah) hingga high threat (ancaman kepunahan tinggi). Beranjak dari hal ini, Thailand secara rutin melakukan pemantauan status terumbu karang setiap tahunnya.
“Usaha tak menghianati hasil, data pada tahun 2022 menunjukkan adanya peningkatan kesehatan terumbu karang di Thailand. Jadi secara keseluruhan, di Thailand terjadi peningkatan status terumbu karang menjadi lebih baik tahun ini. Saya rasa Indonesia juga mengalami peningkatan kondisi yang sama,” ujar Dr Lalita.
ADVERTISEMENT
Dr Lalita menyebutkan survei komunitas ikan sangat penting untuk menilai kesehatan terumbu karang. Ini karena fungsi terumbu karang sebagai tempat tinggal ikan, sehingga makin banyak jenis ikan karang yang ditemukan maka makin sehat kondisi terumbu karang.
Selain itu, imbuhnya, dilakukan juga identifikasi tutupan karang, jenis substrat, penyakit, gejala gangguan kesehatan karang, debris, dan macrobenthos.
Ia juga mengungkapkan sejumlah penyebab kematian terumbu karang antara lain, perubahan iklim yang memicu kenaikan suhu permukaan perairan, pariwisata dan aktivitas penyelaman yang tidak ramah lingkungan, marine debris, dan penyakit karang akibat infeksi bakteri.
“Itu adalah survei yang rutin kami lakukan tiap tahunnya. Lalu bagaimana dengan ancaman terhadap ekosistem karang? Ada berbagai faktor ancaman terhadap karang di Thailand dan saya kira ini sama dengan tempat lain di seluruh dunia. Faktor utama yang mengancam keberadaan terumbu karang di Thailand yaitu pariwisata, global warming, penyakit, dan sedimen,” jelas Dr Lalita.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Thailand telah mengupayakan berbagai teknik rehabilitasi karang dengan transplantasi, pembibitan karang dan substrat buatan. Monitoring dilakukan dengan melihat tingkat kelangsungan hidup dan tutupan karang, komunitas ikan dan komunitas makrobentos.
“Keberhasilan transplantasi karang dipengaruhi oleh berbagai parameter lingkungan yang berbeda di setiap lokasi, musim dan cuaca buruk misalnya badai. Oleh karena itu yang kita lakukan adalah belajar serta melibatkan relawan dan berbagai lembaga untuk ikut serta membantu rehabilitasi terumbu karang,” tambah Dr Lalita.
Sesi diskusi diikuti dengan aktif oleh peserta. Dr Tries Razak selaku salah satu periset karang dari IPB University memberikan informasi terkait proyek restorasi karang di Indonesia yang telah disajikan dalam bentuk publikasi ilmiah.
“Sebagian besar proyek restorasi karang di Indonesia masih bersifat seremonial dan one-off show saja. Meski demikian proyek ini telah dilakukan oleh berbagai kalangan mulai dari institusi hingga mahasiswa sendiri,” ujarnya. (DHA/RAT/Zul)
ADVERTISEMENT