Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
UKF IPB Urai Strategi Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan RTH Kampus IPB
1 November 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB University , sebuah unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang upaya pelestarian alam, khususnya satwa liar dan habitatnya, menyelenggarakan kegiatan Webinar Nasional Prayatna, akhir pekan lalu. Nama Prayatna sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti upaya atau usaha.
ADVERTISEMENT
Webinar ini mengupas bagaimana keanekaragaman hayati dan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan urban berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim, khususnya yang terjadi di kampus IPB Dramaga.
“Kegiatan ini merupakan usaha untuk mengenal kampus sebagai kawasan urban yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan RTH. Sudah semestinya hal itu dikelola sesuai dengan prinsip dan kaidah pembangunan berkelanjutan,” ujar Ketua UKF IPB University, Virdhan Aiman Hadi.
Sebelum pemaparan materi dari narasumber, Virdhan mengemukakan tiga isu yang akan dibahas: potensi keanekaragaman hayati Kampus IPB Dramaga, prinsip kehati-hatian dalam perencanaan pembangunan, dan pentingnya dukungan regulasi dan upaya kolaboratif.
Hadir sebagai narasumber, Prof Ani Mardiastuti, dosen IPB University di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KHSE) Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) sekaligus Kepala Laboratorium Ekologi dan Manajemen Satwa Liar. Ia memaparkan potensi dan ancaman keanekaragaman hayati di Kampus IPB Dramaga.
ADVERTISEMENT
“Kampus IPB Dramaga dihuni oleh banyak spesies satwa: burung, herpetofauna, serangga, dan mamalia. Semuanya memiliki potensi yang besar untuk diteliti dan dimanfaatkan secara ilmiah,” ujarnya.
Prof Ani melanjutkan, beberapa satwa juga berpotensi membahayakan manusia, seperti ular berbisa dan satwa yang berpotensi membawa penyakit zoonosis. Di sisi lain, kata dia, masih terdapat ancaman terhadap kelestarian satwa tersebut. “Karena itu, memerlukan pengelolaan yang baik dan tanggung jawab kita semua,” ucapnya.
Sementara itu, Dr Nyoto Santoso, Ketua Departemen KSHE IPB University yang juga Ketua Tim Pengelola Arboretum Taman Hutan Kampus IPB Dramaga menyampaikan terkait kebijakan tata ruang lanskap.
Ia membeberkan, pengelolaan tata ruang dan lanskap di kampus dilakukan dengan inventarisasi dan penyerapan emisi. Upaya tersebut ditempuh dengan pemantauan emisi dari aktivitas kampus serta meningkatkan kapasitas serapan karbon melalui RTH.
ADVERTISEMENT
“Pemetaan lanskap juga dilakukan untuk mengelola tutupan vegetasi dengan menambah spesies asli yang memiliki daya serap karbon tinggi dan meningkatkan keanekaragaman hayati untuk habitat fauna lokal,” jelasnya.
Dr Nyoto juga memberikan sejumlah strategi dan rekomendasi kebijakan tata ruang untuk Kampus IPB Dramaga. Strategi tersebut berupa perlindungan arboretum dan RTH, edukasi lingkungan untuk civitas akademika, pengelolaan keanekaragaman hayati, serta pemeliharaan kualitas vegetasi.
“Selain itu, diperlukan rekomendasi kebijakan tambahan dengan mengonversi hasil penelitian biodiversitas di kampus untuk menyusun pedoman kebijakan, bekerja sama dengan organisasi lingkungan, dan evaluasi berkelanjutan melalui pemantauan rutin,” tandasnya. (*/Rz)