Yuk! Pakai Produk Ramah Lingkungan dari Kolaborasi Departemen ESL IPB dan PT SMI

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
12 April 2023 8:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yuk! Pakai Produk Ramah Lingkungan dari Kolaborasi Departemen ESL IPB dan PT SMI
zoom-in-whitePerbesar
Yuk! Pakai Produk Ramah Lingkungan dari Kolaborasi Departemen ESL IPB dan PT SMI
ADVERTISEMENT
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University menyelenggarakan beberapa pelatihan mengenai lingkungan, salah satunya terkait pembuatan produk-produk seperti ekoenzim dan deterjen ramah lingkungan. Berlokasi di Desa Cibanteng, Bogor, Jawa Barat (9/4), kegiatan tersebut merupakan kolaborasi Departemen ESL IPB University dengan PT SMI (Persero).
ADVERTISEMENT
Dr Meti Ekayani, koordinator kegiatan ini menyampaikan, adanya kolaborasi ini menghasilkan banyak output yang memiliki manfaat besar dan dapat diterima oleh masyarakat. Salah satunya, program kelola sampah yang menurutnya dapat menjadi salah satu mata pelajaran praktikum di sekolah.
“Membuat ekoenzim dan sabun cair ramah lingkungan ini bisa dipraktikkan langsung di sekolah. Selain itu program mengembangkan maggot atau ternak maggot dengan sampah padat menjadi ekoenzim atau pupuk banyak manfaatnya dan bisa sebagai pakan maggot,” ungkapnya.
Sebagai narasumber, Unit Lingkungan Agrianita IPB University, Rachmasari, SP mengawali paparan dengan mengenalkan ekoenzim. Ia menjelaskan, ekoenzim adalah cairan alami serbaguna yang merupakan hasil fermentasi.
“Ekoenzim terbuat dari gula, sisa buah maupun sayuran serta air dengan perbandingan 1:3:10. Gula yang dipakai adalah gula merah dan molase, sisa buah berupa kulit buah, potongan sayuran dan buah sisa gigitan kelelawar,” terang Rachmasari.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, lanjutnya, air yang digunakan dapat berasal dari air tanah, tetesan Air Conditioner (AC) maupun air hujan. Namun, ia tidak menyarankan dengan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) karena mengandung kaporit.
“Ketiga bahan tersebut digabungkan selama 90 hari atau tiga bulan dengan hasil akhir cairan berwarna kecoklatan beraroma asam segar. Warna ekoenzim bervariasi bergantung pada jenis sisa buah/sayuran dan jenis gula yg digunakan,” tambahnya.
Selain pembuatan ekoenzim, terdapat pula pelatihan membuat deterjen ramah lingkungan atau methyl ester sulfonate (MES) yang terbuat dari minyak kelapa atau kelapa sawit. Rachmasari mengatakan, MES bertekstur bubuk atau serpihan dan dapat diperoleh di toko kimia atau toko online.
“Dengan menambahkan ekoenzim ke dalam MES, maka akan diperoleh deterjen yang mempunyai daya bersih luar biasa dan menjaga warna pakaian tetap cemerlang,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Pelatihan dihadiri oleh para murid Pondok Pesantren Darut Tafsir, pihak kantor desa dan para pemuda dan ibu-ibu desa Cibanteng. Para peserta pelatihan menyimak pemaparan narasumber dan mempraktikkannya langsung untuk mendapatkan ilmu mengenai cara membuat deterjen ramah lingkungan.
“Pada dasarnya mengelola sampah rumah tangga dapat mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang lebih banyak berasal dari sampah organik, sehingga dengan pengelolaan yang baik akan membantu beban bumi,” pungkas Rachmawati. (Ang/Rz)