Konten dari Pengguna

Karawitan FKIP UMS Iringi Pernikahan Putri Rektor UMS

Berita UMS
Universitas Muhammadiyah Surakarta
30 September 2024 11:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita UMS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karawitan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Langen Laras Sworo Universitas Muhammadiyah Surakarta  saat tampil dalam acara pernikahan putri Rektor UMS. Dok Humas UMS
zoom-in-whitePerbesar
Karawitan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Langen Laras Sworo Universitas Muhammadiyah Surakarta saat tampil dalam acara pernikahan putri Rektor UMS. Dok Humas UMS
ADVERTISEMENT
SOLO – Karawitan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Langen Laras Sworo Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengiringi prosesi pernikahan putri Rektor UMS, Minggu (29/9) di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS.
ADVERTISEMENT
Karawitan Langen Laras Sworo membawakan beberapa gendhing atau lagu untuk pasangan Dzakkia Ulul ‘Azmi, S.S., dan Basyar Ihsan Arijuddin, S.Si., M.Sc., dan tamu undangan yang hadir untuk menyampaikan doa dan harapan kepada pasangan.
Wakil Dekan II FKIP UMS Dr. Murfiah Dewi Wulandari, S.Psi., M.Psi., yang menjadi salah satu pengrawit menyampaikan, terdapat 26 pengrawit baik dari tenaga pendidik, dosen dari beberapa prodi, dan mahasiswa FKIP UMS.
“Kita memang ingin menampilkan karawitan sebagai salah satu gamelan tradisional dalam acara ini, kan yang diundang banyak,” ungkap Murfiah.
Pada pernikahan putri ke dua Rektor UMS ini, gendhing yang dibawakan adalah Gugur Gunung, Kotek, Sriwidodo, Kebogiro, Sekartejo, Tumadah, Ricik-Ricik, Kodok Ngorek, dan Larasmoyo.
Langen Laras Sworo ini dilatih secara langsung oleh seniman Waluyo S.Kar, M.sn yang juga turut serta menjadi bagian dari tim.
ADVERTISEMENT
“Kita ada pelatihan satu bulan. Sebenarnya sudah latihan sebelum-sebelumnya tapi kalau mau tampil latihannya semakin intens,” terang Wakil Dekan II FKIP UMS itu.
Murfiah menerangkan, latihan intens dilakukan karena ini ‘temanten’ jadi membawakan tambahan gendhing seperti Sriwidodo yang ditampilkan pada saat prosesi Sungkeman.
Kehadiran Karawitan Langen Laras Sworo ini juga menguatkan kebudayaan Jawa dengan Solo yang dikenal sebagai Kota Budaya. (Maysali/Humas)