Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dua Jam di antara Dua Dewa
27 Mei 2023 11:01 WIB
Tulisan dari Busron Sodikun - Sesdilu MAN74B tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lahir dan besar di sudut kota Jakarta, membuat impian saya saat kecil terbatas hanya pada membuka usaha rental komputer dan gerai ponsel yang populer pada masanya. Tidak pernah dibayangkan sebelumnya, perjalanan hidup akhirnya mendudukkan saya persis disamping pucuk pimpinan tertinggi tanah air, berdampingan dengan orang nomor satu di belahan bumi utara.
ADVERTISEMENT
Jokowi
Meskipun saya dan Presiden Jokowi sama-sama makan nasi dan fasih berbahasa Indonesia. Namun memang ternyata ada ketenangan dan kearifan yang berbeda di dalam pribadi Presiden Jokowi. Ketenangan yang membius orang sekitarnya untuk tetap sabar dan fokus.
Beliau pun bukan tipe orang yang rewel dan banyak menuntut, sehingga semua persiapan dan kegiatan dapat berjalan mengalir lancar. Menjadi pemimpin bagi lebih dari 270 juta orang, memang diperlukan kearifan tingkat tinggi untuk mampu mengelola berbagai tantangan, dinamika, dan bahkan ekspektasi.
Putin
Tinggal selama hampir lima tahun di Rusia semasa kuliah, membuat saya cukup mengenal karakter Russkie (orang Rusia) dari dekat. Mereka tidak senyum bukan berarti tidak suka. Berjalan cepat, bukan berarti tergesa-gesa. Berbicara lantang bukan berarti temperamental.
ADVERTISEMENT
Tapi, Putin memang bukan orang Rusia biasa. Wajahnya rutin menampilkan senyum yang lepas. Langkah kakinya tenang namun tetap berwibawa. Suara dan tutur katanya lembut dan ramah. Kesan angker dan misterius yang selama ini ter-frame di berbagai media, sirna sudah.
Jokowi dan Putin
Lalu apa yang terjadi ketika dua orang ini bertemu? Tentu tidak bisa dijabarkan semuanya dalam kata-kata atau tergambar jelas dalam foto. Namun yang pasti, aura kedua orang luar biasa ini seperti saling mengunci dan memancar dengan kuat. Tidak menyilaukan namun sangat terasa menghangatkan seisi ruangan.
Bagai sahabat lama yang seolah sudah saling mengenal puluhan tahun, suasana cair dan akrab spontan menyelimuti kedua orang hebat ini. Saya sendiri yang duduk disamping Pak Jokowi, ikut terbawa suasana dan sejenak larut dalam canda renyah keduanya.
Sepertinya mereka tidak memerlukan lagi saya sebagai penerjemah. Karena ternyata “bahasa kalbu” mereka sama, yaitu saling menghormati, menghargai dan pengertian. “Lisan batin” mereka senada, tertata, dan penuh makna. “isi hati” mereka pun sejalan, mendobrak berbagai hambatan ekonomi, politik, dan sosial budaya di antara keduanya.
ADVERTISEMENT
Ya kalaupun akhirnya keahlian saya diperlukan sebagai penerjemah, pastilah hanya sebatas istilah teknis terkait kerja sama militer, investasi, dan pariwisata. Karena kalau salah angka bisa jadi malah celaka. Tapi itu pun hanya sebagian kecil dari total dua jam perbincangan keduanya.
Di ujung pertemuan, akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk berjabat tangan dengan Presiden Putin. Genggamannya kuat dan pasti. Tatapannya hangat dan setara.
“Spasibo schto prishlii” (terima kasih atas kedatangannya) – ujarnya, yang saya balas dengan “Spasibo vam, pozhaluista priizhaitie v Jakartu” (terima kasih, silahkan berkunjung ke Jakarta).
--o0o--
ADVERTISEMENT