Abdurrahman, Antara Cak Munir, Besi Tua dan Demokrat

Konten dari Pengguna
18 Juli 2017 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NH Muhni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
D
Bangkalan--- Dua hari setelah terpilih aklamasi sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, pada Rabu 12 Juli 2017 lalu. Redaksi beritamadura.co menemui Abdurrahman Umar di gedung DPRD Bangkalan. Di sanalah, ia berkantor sehari-hari, menempati satu ruangan khusus Wakil Ketua DPRD.
ADVERTISEMENT
Sebelum menduduki dua jabatan prestesius ketua dpc dan wakil ketua dprd, Abdurrahman pernah jadi aktivis di YLBHI Surabaya, kemudian banting setir ke bisnis besi tua sebelumnya akhirya berkarir di politik dengan jadi kader Partai Demokrat.
Yang banyak orang tidak tahu, Abdurrahman bisa dikatakan murid sekaligus sahabat Munir Said Thalib, aktivis HAM asal Batu Malang, yang mati diracun arsenik pada 7 September 2004 silam.
Oleh: Topan dan Mustain
Abdurrahman kelahiran Desa Lantek Timur, pada 26 April 1968. Lantek satu desa kecil di Kecamatan Galis, sekitar dua jam dari Kota Bangkalan. Ia lulus SD tahun 1981, kemudian menamatkan MTsnya di Pondok Pesantren Nurut Taufik Burneh. Kemudian sekolah di MAN 1 Bangkalan hingga lulus tahun 1987. Ia kemudian kuliah di Fakultas Hukum Unitomo Surabaya sampai dapat gelar sarjana hukum.
ADVERTISEMENT
Diakhir masa-masa kuliah, di tengah beban menyelesaikan skripsi, Abdurrahman terjun ke dunia aktivis dengan bergabung ke YLBHI Surabaya. Di sanalah ia kenal dengan Munir Said Thalib, sosok yang sejak 1998 dikenal sebagai aktivis HAM. Munir paling lantang bicara soal penculikan aktivis oleh Kopassus. Munir meninggal pada 7 September 2004, dalam pesawat Garuda rute Jakarta-Amsterdam karena diracun Arsenik.
"Saya sangat sedih waktu dikabari teman Munir meninggal," kata Abdurrahman. Waktu jenasah Munir tiba di juanda, ia ikut menjemput dan mengantarkan ke rumah duka di Kota Batu hingga prosesi pemakanan selesai
Bersama Munir, Abdurrahman pernah mengusut kasus penembakan warga oleh polisi saat kisruh pembangunan waduk Nipah di Kabupaten Sampang. Juga kasus penembakan warga di Desa Lantek Barat.
ADVERTISEMENT
Abdurrahman berpisah dengan Munir, setelah Munir pindah ke Jakarta dan bikin lembaga Imparsial dan kemudian Kontras. Setelah kuliah selesai, Abdurrahman pun memilih vakum dari dunia aktivis. Ia banting setir ke bisnis besi tua. Kirim barang bolak-balik Surabaya-Jakarta. Sebelum akhirnya menetap di Tangerang. Ia pun sempat kembali bersua dengan munir tiga kali, di Tangerang, Bekasi dan Jakarta. "Waktu bertemu terakhir di Jakarta, Munir sempat bilang mau perdalam ilmu ke Belanda," tutur dia.
Munir sempat mengkritik Abdurrahman karena meninggalkan dunia aktivis dan jadi pebisnis besi tua. "Kata Munir saya tak cocok di besi tua," kenang dia. Meski menekuni bisnis, Abdurahman tak sepenuhnya meninggal dunia aktivis, di Tangerang dia pernah jadi Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Madura.
ADVERTISEMENT
*******
Abdurrahman mengaku awalnya iseng terjun ke dunia politik. Ceritanya, sejak 2006 ia mulai sering bolak-balik Jakarta Bangkalan karena ayah dan ibunya yang menetap di Galis sering sakit-sakitan. Hingga muncul saran dari keluarga dan teman-temannya agar dia menetap di Madura.
Namun saat itu Abdurrahman ragu, sebab dia harus meninggalkan bisnis besi tuanya. Sementara bila menetap di Madura dia bingung harus berbisnis apa. Setahun setelah ayahnya meninggal, oleh Muzakki, Ketua DPC Demokrat Bangkalan saat itu, Abdurrahman ditawari jadi pengurus partai, ia diberi jabatan wakil ketua pada 2007. "Saya pengurus gak aktif, karena sering berada di Tangerang, hanya kalau lagi di Madura sering ikut rapat," kata dia.
ADVERTISEMENT
Setahun kemudian, pada 2008, giliran ibunya meninggal dunia. Kondisi ini memaksa Abdurrahman menetap di Bangkalan. Modal nekat, ia ikut Pemilu Legislatif pada 2009. Dia ingat, saat itu ia daftar pada hari terakhir. Setelah daftar, ia kembali ke Tangerang.
Dasar bernasib baik, meski hanya iseng, Abdurrahman lolos juga ke DPRD Bangkalan, ia meraih kurang lebih 6.494 suara. Ia duduk di Komisi C, waktu itu kakak kelasnya KH Ali Wahdin jadi Ketua DPRD Bangkalan. Sejak terpilih, ia menetap di Bangkalan. Pada Pileg 2014, ia ikut lagi, demokrat meraih 6 kursi, Abdurrahman pun didapuk jadi Wakil Ketua DPRD.
"Kalau soal pendapatan, masih besaran di dunia usaha, timbang jadi anggota dewan," tutur dia.
ADVERTISEMENT
*****
Pada Agustus 2016, citra Partai Demokrat Bangkalan terpuruk. Setelah Ketua dan bendahara partai Ismail Hasan dan Risky ditahan Kejaksaan Negeri Bangkalan atas kasus dugaan korupsi dana bantuan politik. Abdurrahman pernah nyalon ketua DPC Demokrat namun kalah oleh Ismail Hasan saat muscab.
Saat Ismail ditahan, roda organisasi partai diambil alih Sekertaris. Bukannya membaik, kinerja partai malah terpuruk. Banyak kader dan pengurus PAC yang datang ke Abdurrahman, mereka memintanya ambil alih jabatan ketua dpc.
Bersarnya dukungan kepada Abdurrahman tercermin dari hasil muscab Demokrat Bangkalan yang digelar 12 Juli 2017 lalu di Asrama Haji Surabaya. Abdurrahman terpilih aklamasi. Dari 18 PAC, 13 PAC memilih merekomendasikannya jadi ketua.
ADVERTISEMENT
Kini tugas berat dipundaknya, Abdurrahman mengembalikan citra partai yang terpuruk agar tetap memperoleh banyak suara pada Pileg 2019 mendatang. Sebelum Pileg, ujian pertama Abdurrahman adalah menentukan sikap pada Pilkada Bangkalan 2018.
Soal Pilkada, Abdurrahman belum menggangu pikirannya. Saat ini dia fokus membenahi pengurus partai termasuk mencarikan kantor baru buat DPC. "Saya fokus benahi internal dulu, pilkada belakangan. Percuma bicara Pilkada, kalau organisasi partai belum jalan," ungkap dia.