Konten dari Pengguna

Feature: Profil Mie Sentosa

Ni Luh Made
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2022
16 Desember 2023 14:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni Luh Made tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Crew Mie Sentosa (Sumber:https://www.instagram.com/miesentosa.id)
zoom-in-whitePerbesar
Crew Mie Sentosa (Sumber:https://www.instagram.com/miesentosa.id)
ADVERTISEMENT
Mie adalah makanan yang saat ini digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat. Makanan pengganti nasi ini, kerap kali disantap ketika di tengah hari untuk mengganjal rasa lapar atau menjadi makan malam. Tidak peduli apapun cuacanya, mie tetap memiliki tempat di hati masyarakat.
ADVERTISEMENT
Di Solo, mie sendiri terbilang sangat populer. Hal itu dibuktikan dengan menjamurnya kedai-kedai mie yang mudah untuk ditemui hampir di setiap jalan. Berbagai jenis mie dan pengolahan, dapat menjadi opsi pilihan ketika bosan menikmati mie yang begitu-begitu saja.
Mie sentosa, mungkin dapat menjadi opsi untuk menikmati mie dengan cita rasa yang jarang kita temukan. Kedai yang berdiri pada Desember 2022 ini, menghadirkan inovasi rasa chilli oil pada mie, yang menjadikan masyarakat penasaran dan tertarik.
Dengan baju merahnya, Ridho, pemilik kedai mie ini menjelaskan bagaimana Mie Sentosa ini dapat berdiri. Semuanya berawal dari ajakan Chandra, teman mainnya, untuk mendirikan sebuah usaha. Kemampuan dan bekal usaha keluarga Ridho dalam produksi mie mentah, mendorong kedua teman ini terbesit suatu ide untuk membangun kedai mie.
ADVERTISEMENT
"Kan aku sama keluargaku emang dari awal udah bikin mie yang mentah gitu mbak, nah daripada gitu tok kenapa ga bikin kedai mie sekalian aja" ujar Ridho.
Sebagai lulusan program studi manajamen Universitas Sebelas Maret (UNS) bukanlah hal yang asing bagi Ridho terjun kedalam pengelolaan usaha. Ditambah Chandra juga almamater program studi yang sama juga di Universitas Gadjah Mada (UGM). Menjadikan keduanya partner bisnis yang klop.
Sebenarnya, setelah mereka lulus, pekerjaan yang mereka ambil bertolak belakang satu sama lain. Chandra yang menjadi 'budak' corporate dan Ridho yang punya usaha rumahan. Namun, perbedaan itu justru yang melengkapi mereka sehingga tercipta ide usaha.
Tapi, apalah arti sebuah ide jika tanpa eksekusi. Untuk membuat branding Mie Sentosa naik dan dikenal masyarakat, dengan digital marketing mereka mempromosikan varian mie chilli oil yang kala itu tengah booming.
ADVERTISEMENT
Melalui beberapa akun media sosial ternama di Kota Solo, Mie Sentosa mendapat banyak sorotan.
Karena melihat anak muda saat ini mudah fomo akan hal baru. Menjadikan ini sebagai sebuah potensi untuk mengenalkan Mie Sentosa.
Selama kurang lebih 7 bulan berjalan, Mie Sentosa yang tadinya hanya buka di belakang Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), akhirnya memutuskan untuk membuka cabang di belakang UNS. Sebenarnya, pembukaan cabang baru adalah bentuk dari keisengan yang terealisasi dengan apik. Bukan cuma itu, karena kepopulerannya, saat masih proses persiapan pembukaan kedai, sudah banyak masyarakat yang mengetahui beritanya dan tidak sabar menunggu kapan akan mulai beroperasi.
"Waktu itukan masi nyiapin kerja dan flow. Ternyata masyarakat udah banyak tau karena unggahan di Twitter. Eh dalam 2 hari buka langsung ludes". kata Ridho dengan senyuman.
ADVERTISEMENT
Seperti kata GenZ saat ini, 'kekuatan netizen' khususnya mahasiswa begitu berpengaruh pada kemajuan usaha Mie Sentosa ini.
"Mahasiswa cenderung gampang fomo. GenZ kan hidupnya di handphone jadi selama ada info baru mereka pengen coba" tambahnya.
Sebuah usaha pasti tidak mulus dalam berjalan, pasti menghadapi sebuah tantangan. Contohnya, saat ini kedai Mie Sentosa ramai dijam-jam tertentu saja. Berbeda dengan pada awal pembukaan dan saat booming yang hampir setiap jam akan penuh dengan pembeli. Namun, menurut Ridho, itu adalah hal yang biasa.
Malam itu kedai Mie Sentosa di UMS memang sedang ramai pengunjung, entah karena bertepatan dengan jam makan malam sehingga mereka menjatuhkan pilihan pada makanan tersebut, atau karena bosan saja makan nasi. Hanya mereka yang tau alasannya.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekarang sih bisa dibilang ramainya cuma dijam-jam tertentu sih mbak, mungkin karena yang datang rata-rata memang pelanggan, bukan lagi orang-orang yang fomo. Ya adasih mungkin, tapi beberapa. Sekarang tuh dah nggak ngejar hype lagi" ujar Ridho sambil memandangi keramaian kedai hari ini.
Untuk menjaga loyalitas dari konsumen terutama makanan, dibutuhkan konsistensi dalam meracik, menyajikan, dan pelayanan. Hal tersebut menjadi kunci agar konsumen tetap setia pada produk yang kita jual. Selain itu, keterbukaan dari usaha dalam menerima kritik dapat menjadi ajang untuk koreksi keberjalanan usaha serta menjadi 'pr' untuk acuan perkembangan.
Masukan dan review dari konsumen, menurut Ridho adalah potensi yang dapat dijadikan inovasi kedepannya. Ia sangat berterimakasih kepada konsumen yang memberikan kritik dan saran untuk peningkatan kualitas dari rasa atau pelayanan di Mie Sentosa.
ADVERTISEMENT
Ngomong-ngomong soal inovasi, Mie Sentosa berkomitmen untuk terus melakukan inovasi kedepannya. Ridho mengungkapkan harapannya dalam waktu dekat ini dapat memperbesar kedai yang berada di UMS. Selain itu, saat ini sedang dalam tahap perbincangan dan mengumpulkan ide untuk kemajuan Mie Sentosa.
"Inovasi pasti kan terus ada ya, tapi kalau saat ini apakah akan memunculkan menu baru, mungkin masih pertimbangan" ujarnya.
Melalui motto "Sentosa untuk Semua", Ridho berharap semua masyarakat dapat menikmati Mie Sentosa ini dan mungkin menambah cabang, sehingga konsumen-konsumen yang dari jauh akan lebih mudah menjangkau.
Sebagai penutup dari wawancara kemarin, mas Ridho memberi pesan kepada mereka yang ingin membuka usaha. Bukan cuma modal dan niat yang dibutuhkan, tapi pertimbangkan apa produk yang kamu jual dan siapa target pasar yang dikejar.
ADVERTISEMENT