Mengungkap Warisan Sejarah di Balik Indahnya Danau Tamblingan

MadeYuliasih
Pegawai Badan Riset dan Inovasi Nasional
Konten dari Pengguna
9 Juni 2023 14:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MadeYuliasih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Danau Tamblingan (Foto : dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Danau Tamblingan (Foto : dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Sejuknya udara pegunungan jauh dari hiruk pikuk perkotaan, di sudut bumi yang masih menyimpan pesona keindahan alam yang memukau, terbentang sebuah keindahan alam yang menakjubkan. Aroma segar pegunungan dilengkapi dengan nyanyian burung yang merdu mengantarkan jiwa ke tempat yang penuh kedamaian.
ADVERTISEMENT
Sesaat aku pejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, mensyukuri betapa beruntungnya aku masih bisa menikmati keindahan alam ciptaan-Nya. Sembari tersenyum aku mulai melangkahkan kaki mendekati suara air yang tertiup angin di antara pepohonan pegunungan yang menjulang tinggi. Indahnya pemandangan danau dengan dukungan cerahnya suasana pagi yang bersahabat membuat aku makin penasaran untuk lebih mendekatinya.
Danau Tamblingan, permata tersembunyi yang menawarkan pengalaman alam yang tak terlupakan, mengungkapkan berbagai peninggalan sejarah yang masih menjadi perbincangan di kalangan peneliti arkeologi. Situs Tamblingan dikenal sebagai salah satu situs budaya megalitikum di Bali yang berasal dari masa Neolitikum di Kabupaten Buleleng, Pulau Bali, Indonesia.
Tempat ini terkenal sebagai lokasi penemuan artefak-arkeologis yang berasal dari zaman megalitikum, yakni sekitar 3500 SM hingga 500 SM. Situs Tamblingan juga menjadi salah satu situs bersejarah di Bali yang cukup terkenal di kalangan wisatawan, karena di sana terdapat beberapa megalitikum yang masih utuh dan terjaga dengan baik. Di antara megalitikum yang dapat ditemukan di situs Tamblingan adalah punden berundak, tiang-tiang batu, dan meja batu.
ADVERTISEMENT
Tamblingan terletak di wilayah utara pulau Bali, Indonesia. Lebih tepatnya, terletak di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, memiliki sejarah peradaban yang kaya dan beragam. Tamblingan mencakup empat desa meliputi Desa Munduk, Desa Gobleg, Desa Gesing, dan Desa Uma Jero. Ke empat desa tersebut memiliki tinggalan arkeologi cukup padat yang tersebar di tengah-tengah hutan, di tepi danau, di sawah-sawah, di tengah-tengah perkebunan, di pura-pura, dan di tengah-tengah permukiman
Kerajaan Tamblingan diperintah oleh Wangsa Warmadewa yang berpusat di Singaraja. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Tamblingan mencapai masa kejayaannya. Peradaban di wilayah ini berkembang pesat di bidang seni, budaya, dan agama. Peninggalan sejarah di wilayah Tamblingan masih dapat ditemukan hingga kini, seperti arca-arca Hindu-Buddha dan candi-candi yang tersebar di sekitar Danau Tamblingan. Selain itu, tradisi dan kepercayaan masyarakat juga masih terjaga dengan baik, seperti upacara-upacara adat yang dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Sekarang, wilayah Tamblingan telah bergeser menjadi daerah pariwisata yang terkenal dengan keindahan alamnya, seperti danau dan hutan yang asri. Namun, peradaban dan sejarahnya masih dapat dijumpai dan dijelajahi oleh wisatawan yang tertarik dengan budaya lokal Bali.

Prasasti tentang Desa Tamblingan Kuna

Prasasti memegang peranan penting sebagai sumber pengetahuan mengenai sejarah dan budaya. Prasasti merupakan naskah yang diukir atau ditulis pada benda padat seperti batu, logam, atau kayu sebagai bentuk catatan yang memuat keterangan tentang suatu peristiwa, atau konsep tertentu.
Prasasti Tamblingan Pura Endek IV (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Telah dilakukan berbagai penelitian untuk membuktikan adanya kehidupan pada zaman prasejarah di Kawasan Tamblingan. Penelitian awal dilakukan karena adanya penemuan selembar prasasti Tamblingan oleh seorang petani bernama Pan Niki pada tahun 1987. Dari hasil pembacaan dapat diungkapkan bahwa prasasti tersebut dikeluarkan oleh Raja Bhatara Cri Parameswara pada tahun Caka 1306 (1384 M), ditujukan kepada keluarga pande besi Tamblingan agar kembali dari tempat pengungsian, dan kepada Arya Cengceng (Kenceng) diperintahkan agar segera kembali ke Lo Gajah (Gua Gajah), (Suantika, 1988: 3).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya telah ditemukan pula prasasti yang memuat keterangan tentang Desa Tamblingan Kuno yang dikutip dari (Suarbhawa Made, 2007), sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
Di samping temuan berupa prasasti di sekitar Danau Tamblingan juga ditemukan benda-benda arkeologi yang dapat mengungkap berbagai aktivitas yang terjadi di wilayah Tamblingan pada masa Bali Kuna.

Temuan Benda-benda Arkeologi di sekitar Danau Tamblingan

Berdasarkan hasil temuan benda bersejarah sebelumnya, Peneliti Arkeologi Sejarah dan Prasejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), I Gusti Made Suarbhawa menjelaskan untuk mengungkap wilayah Tamblingan, ia bersama tim peneliti lainnya melakukan eskapasi kembali untuk menemukan lebih banyak benda-benda bersejarah lainnya. Dari hasil kerja tersebut mereka telah berhasil menemukan benda-benda arkeologi seperti kereweng hias terajala, manik-manik, fragmen beliung persegi (masa prasejarah), palungan-palungan batu pendingin, batu ububan, batu landasan pukul, kerak-kerak logam, butiran-butiran logam, wadah lebur logam (kowi), alat kait besi, arang dan beberapa hasil produksi seperti pisau, keris, tombak, kereweng, keramik struktur bangunan, uang kepeng (masa klasik).
Palung batu yang ditemukan di sekitar Danau Tamblingan (Foto : Buku Situs Tamblingan)
Dari hasil kerja tersebut telah berhasil ditemukan benda-benda arkeologi seperti kereweng hias terajala, manik-manik, fragmen beliung persegi (masa prasejarah), palungan-palungan batu pendingin, batu ububan, batu landasan pukul, kerak-kerak logam, butiran-butiran logam, wadah lebur logam (kowi), alat kait besi, arang dan beberapa hasil produksi seperti pisau, keris, tombak, kereweng, keramik struktur bangunan, uang kepeng (masa klasik).
Temuan Artefak di sekitar Danau Tamblingan (Foto : Dokumentasi Balar Bali)
Temuan tersebut sangat erat kaitannya dengan adanya sebuah kegiatan membuat logam atau keberadaan sebuah komunitas masa lampau yang memiliki profesi sebagai pande besi. Indikasinya dapat dilihat berupa adanya temuan palungan-palungan batu pendingin, batu ububan, batu landasan pukul, kerak-kerak logam, butiran-butiran logam, wadah lebur logam (kowi), alat kait besi, arang dan beberapa hasil produksi seperti pisau, keris, dan tombak.
ADVERTISEMENT
Dari temuan benda-benda tersebut diyakini kalau di daerah Tamblingan terjadi aktivitas pande besi. Keyakinan adanya kegiatan pande besi di lokasi tersebut diperkuat dari pembacaan prasasti Tamblingan (1384 M), yang menyebutkan keberadaan pande besi di tepian Danau Tamblingan (Suantika, 1993, Suarbhawa, 2010). Hingga saat ini, Pura Dalem Tamblingan masih berdiri tegak dengan kokohnya. Pura ini dikenal karena adanya prapen yang merupakan ciri khas pande Bali, tempat di mana para pande membuat berbagai peralatan persenjataan seperti pisau, keris, dan senjata tajam lainnya. (Yul)