Guru Pembelajar Sepanjang Hayat

Nia Firdayanti
Seorang mahasiswa Bimbingan Konseling Islam semester empat di Universitas Islam Negri Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Konten dari Pengguna
4 Juni 2018 9:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nia Firdayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Nia Firdayanti
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berusaha memperoleh ilmu. Mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan informasi bisa dilakukan oleh setiap orang, baik melalui pendidikan formal, non formal ataupun belajar secara otodidak.
ADVERTISEMENT
Saat ini dunia pendidikan memiliki banyak permasalahan yang menjadi sorotan publik. Salah satu permasalahan di bidang pendidikan ada pada tenaga pendidik atau guru yang tidak selalu memberikan teladan yang baik kepada peserta didiknya, sehingga menimbukan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap gurunya sendiri. Apabila hal ini dibiarkan begitu saja, mau dibawa ke mana nilai-nilai dan hakikat pendidikan itu sendiri yang memanusiakan manusia? Mengapa peserta didik melakukan tindakan kekerasan tersebut terhadap gurunya sendiri? Siapa yang akan disalahkan? Gurunyakah atau peserta didiknyakah?
Menurut saya, seorang peserta didik yang melakukan tindakan kekerasan terhadap gurunya sendiri dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang dipengaruhi oleh individu dalam dirinya atau sesuai self control. Faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat atau sekolah. Apabila seorang peserta didik melakukan tindakan kekerasan terhadap gurunya yang disebabkan oleh faktor eksternal di sekolah atau ruang kelas dikarenakan guru yang egois dan tidak memperhatikan peserta didik ketika pembelajaran berlangsung, maka hal tersebut akan menyebabkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh peserta didik, misalnya, percekcokan antara guru dan peserta didik, seperti seorang peserta didik yang menganiaya gurunya hingga menyebabkan kematian ataupun sebaliknya guru yang menganiaya peserta didiknya. Kemudian, apabila tindakan kekerasan ini disebabkan oleh faktor eksternal, bagaimana dan harus seperti apa guru berada di ruangan kelas?
ADVERTISEMENT
Hakikat dari pendidikan itu sendiri adalah untuk memanusiakan manusia. Seorang guru memiliki amanah yang besar. Selanjutnya, apabila seorang guru keliru dalam proses pembelajaran di ruang kelas, maka hal tersebut berdampak pula kepada peserta didik, baik itu dampak positif atau negatif.
Oleh karena itu, tugas seorang guru tidak hanya sekadar menggugurkan kewajibannya sebagai pengajar. Guru tidak boleh hanya sekedar masuk kelas lalu menjelaskan materi sesuai silabus yang telah dibuatnya dan memberikan tugas kepada peserta didik, lalu keluar kelas. Hal itu dilakukan oleh guru secara berulang-ulang di ruang kelas tanpa mementingkan seberapa besar dampak proses pengajaran yang telah diberikan kepada peserta didiknya dan tanpa melihat adanya perubahan ke arah yang lebih baik dari peserta didik.
ADVERTISEMENT
Guru adalah pahlawan tanda jasa, dengan predikat seperti itu guru tidak boleh merasa jumawa atau besar kepala dengan ilmu yang telah dimilikinya. Mengambil perkataan dari Gia Ghaliyah, seorang guru mata pelajaran fisika di Pondok Pesantren Ibbadur Rahman Pandeglang, “Sekalipun telah menjadi guru, tetap saja guru adalah pembelajar sepanjang hayat. Maka, tidak ada lagi alasan seorang guru untuk berhenti karena lelah mengeksplorasi diri”. Artinya, seorang guru harus terus belajar mengerahkan segala potensi dan kelebihannya, salah satunya yaitu belajar dan mempelajari seluruh aspek tentang pendidikan, belajar kepada sesama guru, peserta didik, dan kepada semua kalangan. Pada saat ini ada banyak sekali komunitas yang menunjang para guru yang ingin bersama-sama terus belajar mengeksplorasi kemampuannya, salah satunya adalah Komunitas Guru Belajar (KGB) yang berada di Kabupaten Tangerang (Komunitas ini bisa diikuti oleh semua kalangan, baik yang telah menjadi guru, calon guru dan non guru, komunitas ini telah ada di beberapa daerah Indonesia).
ADVERTISEMENT
Guru yang berhasil dan sukses dalam mendidik peserta didiknya bukan hanya dilihat dari nilai raport seorang peserta didik, akan tetapi dari karakter, perilaku, sikap dan tingkah laku peserta didik. Hal itu dapat dilakukan oleh seorang guru yang bisa memberikan pengajaran dan pembelajaran yang baik yang sesuai kondisi fisik dan psikis peserta didik. Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan proses pengajaran dan pembelajaran yang menarik dan kreatif di ruang kelas untuk peserta didiknya. Mengapa seorang guru harus kreatif? Sebab, di zaman modern seperti ini seorang guru yang kreatif sangat diperlukan dan dibutuhkan agar proses pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dapat diterima sesuai dengan kondisi atau keadaan peserta didik. Guru yang kreatif adalah yang bisa mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya yang kemudian dapat mengembangkan dan mengeskplorasi kemampuannya tersebut di ruang kelas pada peserta didiknya.
ADVERTISEMENT
Guru yang kreatif adalah guru yang memiliki komitmen lebih untuk dirinya agar menjadi pembelajar yang baik dan menantang dirinya agar menjadi pendidik yang baik serta kreatif. Menurut Gia Ghaliyah, ada delapan ciri guru kreatif yaitu: pertama, berpikir inovatif dan out of the box, kedua, percaya diri dan selalu ingin berkembang, ketiga, tidak gaptek (gagap teknologi) dan terus belajar, keempat, selalu mencoba hal baru dan tidak gengsi, kelima, peka menemukan talenta siswanya keenam, pandai memanfaatkan “apa yang ada”, ketujuh, mengajar dengan cara menyenangkan, kedelapan, tidak berorientasi pada uang semata.
Apabila seorang guru memiliki beberapa ciri guru yang kreatif seperti di atas, maka akan dengan mudah dan baik proses pembelajaran yang akan dilakukan di ruang kelas bersama peserta didiknya. Peserta didik yang memiliki ilmu yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, bergantung dari siapa dan seperti apa pendidikan yang ia dapatkan.
ADVERTISEMENT