news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cerita Nelayan Dari Pekalongan : Mahalnya Biaya Kebutuhan Melaut

Pena Pesisir
Komunitas Masyarakat Peduli Pesisir
Konten dari Pengguna
27 Agustus 2019 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pena Pesisir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita Nelayan Dari Pekalongan : Mahalnya Biaya Kebutuhan Melaut
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pak Hadi adalah seorang nelayan dari Pekalongan. Ia telah melakoni profesi nelayan selama kurang lebih 25 tahun lamanya. Ia memulai profesinya saat remaja sejak tamat SMP. Kini usiaya sudah 42 tahun.
ADVERTISEMENT
Banyak cerita suka dan duka yang telah ia alami selama berlayar mengarungi lautan guna mencari ikan. Mencari sesuap nasi bagi diri dan keluarga kecil tercintanya. Menurutnya berlayar adalah keadaan di mana ia harus siap dengan semua resikonya. Harus mampu bertahan dari gelombang ombak yang besar. Tak main-main, nyawa yang menjadi taruhan.
Hal tersebut adalah sebuah keadaan yang sangat lumrah bagi para nelayan. Saat tengah berlayar jika cuaca tiba- tiba menjadi buruk dan tidak bersahabat. Apalagi nelayan dengan kapal kecil seperti Pak Hadi mudah terhempas oleh ombak besar.
Pak Hadi selalu berlayar seorang diri bersama kapal kecilnya. Setelah berlayar sekitar satu jam dari daratan, ia mulai beraksi lincah memutar jaring, menangkap semua ikan yang tengah bergerombol. Kemampuannya menangkap ikan tidak diragukan lagi, mengingat ia sudah melakukan puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
Menurut penuturannya, menjadi seorang nelayan itu boros, bahkan sangat boros. Sebab biaya yang ia keluarkan dalam sekali berlayar mencakup bahan bakar solar yang cukup mahal, serta keperluan bekal seperti makanan, jajanan ringan, rokok dan sebagainya.
Pendapatan yang ia dapat, ternyata berbanding lurus dengan biaya yang harus beliau keluarkan untuk berlayar, atau untuk biaya perawatan kecil- kecilan pada kapal yang harus rutin ia lakukan.
Pemasukan besar, pengeluaran pun besar. Sungguh hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Perlu semangat yang gigih serta rasa ikhlas dalam melakoninya.
Sejatinya tak ada cerita yang lebih menyenangkan dan mengesankan bagi para nelayan temasuk Pak Hadi sendiri, saat hasil tangkapan ikannya banyak dan semuanya laku terjual di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kota Pekalongan.
Cerita lain memiliki duka tersendiri yaitu apabila sedang kurang beruntung dimana jaring sebagai alat utama untuk menangkap ikan para nelayan rusak. Sebab akan membutuhkan biaya perbaikan yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Pernah jaring Pak Hadi tersangkut di karang saat menangkap ikan di laut sehingga jaringnya rusak. Ia harus merogoh kocek dalam untuk perbaikan. Belum lagi kerusakan-kerusakan pada mesin, atau perawatan-perawatan kapal yang harus rutin ia lakukan untuk meghindari kecelakaan akibat kapal yang tak layak berlayar.
Ia menuturkan pula harapannya terhadap pemerintah agar seorang nelayan kecil seperti dirinya. Permasalahan yang dialami kurang nelayan kecil kurang lebih sama, mahalnya biaya modal melaut dan rendahnya harga jual hasil tengkapan.
Oleh: Fatkhiyatun Naja