Nasib Nelayan di Banyuwangi Akibat Krisis Ikan Berkepanjangan

Pena Pesisir
Komunitas Masyarakat Peduli Pesisir
Konten dari Pengguna
18 Desember 2019 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pena Pesisir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nasib Nelayan di Banyuwangi Akibat Krisis Ikan Berkepanjangan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tryas Supardiyanto, biasa dipanggil Pardi, ayah dari tiga anak perempuan yang dulu mata pencahariannya sebagai nelayan di desa Kalimati, Kec. Muncar, Banyuwangi. Kini keadaan ekonomiya tak semujur 8 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Terakhir kira-kira 8 tahun lalu Pak Pardi menggantungkan hidupnya kepada laut, yang mana pada waktu itu penghasilan terbesarnya per hari bisa mencapai 3 – 5 juta rupiah.
Keadaan ekonominya saat itu bisa dibilang sangat tercukupi dan bisa menyekolahkan anak-anaknya. Namun pada tahun 2010, banyak hal yang terjadi sehingga menyebabkan laut di kawasan Desa Kalimati terjadi krisis ikan.
Warga sekitar menduga bahwa alasan utamanya karena ada limbah dari pabrik ikan sarden yang ada di sekitar Desa Kalimati.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan terjadinya krisis ikan yang cukup lama adalah pengambilan ikan-ikan kecil atau bibit ikan yang tidak sesuai prosedur. Hal tersebut bisasa dilakukan oleh nelayan-nelayan berperahu kecil.
Target utama jenis ikan yang dicari Pak Pardi adalah Ikan Lemuru, Tongkol, dan Layang. Semakin tahun jumlahnya semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menyebabkan kondisi pendapatan nelayan yang awalanya sehari bisa mencapai jutaan rupiah menjadi menurun drastis maksimal 100 – 200 ribu rupiah saja.
Hal tersebut juga dirasakan oleh warga sekitar Desa Kalimati. Mereka merasa jika keadaanya seperti itu terus, maka kehidupan mereka akan semakin memburuk.
Ikan semakin hari semakin susah untuk ditangkap. Banyak dari penduduk setempat yang akhirnya merantau ke luar pulau seperti Bali, Kalimantan, dan Papua, bahkan ada yang sampai ke luar negeri.
Pak Pardi pun melakukan hal yang sama, beliau pernah merantau di Kalimantan dan Bali. Beliau juga beranggapan jika hanya mengandalkan laut yang sedang krisis, maka tidak akan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan ketiga anaknya.
Masa-masa sulit Pak Pardi tidak cukup sampai di situ. Anaknya sering mengalami sakit di lambung dan sering dilarikan ke rumah sakit sehingga membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan.
ADVERTISEMENT
Di tahun yang sama istri Pak Pardi meninggal karena sakit. Sekarang beliau tinggal bersama ketiga anaknya dan beralih menjadi seorang petani jagung.
Tahun 2019 menjadi tahun berkah bagi warga Desa Kalimati. Pada tahun ini ikan mulai menjadi sumber kehidupan mereka kembali, namun keadaan tersebut belum stabil.
Masih banyak hal yang harus dilakukan masyarakat dan peran pemerintah agar keadaan laut di Desa Kalimati semakin baik dan tidak terulang lagi kisah kelam beberapa tahun silam.
Oleh: Lutfiah Nurhakimah